Kisah Wajah Jenazah Ayah Sufyan ats-Tsauri yang Diusap Rasulullah SAW, Karomah Wali

Ketika wajah mayat ayah Sufyan ats-Tsauri diusap oleh Rasulullah SAW.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Sep 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2024, 12:30 WIB
Sufyan ats-Tsauri (SS: YT. @karomahIslam)
Sufyan ats-Tsauri (SS: YT. @karomahIslam)

Liputan6.com, Cilacap - Sufyan ats-Tsauri merupakan seorang tokoh sufi garda depan. Namanya sangat masyhur di kalangan umat Islam. Banyak pula literatur yang mengulas tokoh sufi ini.

Nama besar Sufyan ats-Tsauri tak lepas dari sosok ayahandanya yang sholeh dan rajin beribadah kepada Allah SWT. Berdasarkan riwayat, ayah Sufyan ats-Tsauri meningga dunia saat dirinya tengah menjalankan ibadah haji.

Sebelum dikebumikan, terjadi peristiwa langka yang menunjukan karomah ayahanda Sufyan ats-Tsauri yang telah wafat, yakni wajahnya diusap oleh Rasulullah SAW.

Atas peristiwa ajaib itu maka pertanyaannya ialah apa amalannya sewaktu hidup di dunia hingga beliau mendapatkan anugerah agung ini?

Simak kisahnya sampai selesai.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Ayah Sufyan ats-Tsauri Wafat saat Ibadah Haji

Ilustrasi - Ka'bah zaman Makkah kuno. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)
Ilustrasi - Ka'bah zaman Makkah kuno. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)

Imam Sufyan At-Tsauri bercerita bahwa ketika sedang melakukan ibadah thawaf bersama ayahnya ia melihat seseorang yang hanya duduk berdiam. Ia tidak ikut thawaf bersama mereka yang thawaf. Tetapi, uniknya ia banyak membaca shalawat nabi.

"Wahai Tuan, Tuan telah meninggalkan tasbih dan tahlil. Tuan hanya membaca shalawat. Ada apa dengan tuan?" tegur Imam Sufyan At-Tsauri kepada pria yang hanya duduk membaca shalawat.

"Anda ini siapa? Semoga Allah mengafiatkanmu," tanya balik pria asing tersebut.

 "Saya Sufyan At-Tsauri."

"Sekiranya kau tidak gharib di tengah orang hari ini, niscaya kukabarkan tentang diriku dan kubuka rahasiaku," kata pria tersebut.

 Percakapan selesai. Sufyan At-Tsauri meninggalkan pria tersebut. Ia dan ayahnya kemudian melanjutkan aktivitas ibadah haji. Keduanya terus merampungkan rangkaian ibadah haji hingga sampai di satu titik ayahnya jatuh sakit. Kesehatannya menurun tajam.

Sufyan At-Tsauri berusaha keras untuk mengobati ayahnya yang sudah tua. Ia duduk di sisi kepala ayahnya. Tetapi ayahnya tidak tertolong. Ayahnya meninggal dunia. Tetapi betapa sedihnya Sufyan At-Tsauri ketika wafat wajah ayahnya menghitam.

 "Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Ayahku telah wafat dan wajahnya menghitam," kata Sufyan At-Tsauri.

Ia kemudian menarik ke atas kain yang dikenakan ayahnya sehingga kain tersebut menutupi wajah ayahnya.


Wajahnya Diusap Rasulullah SAW

Bisa melihat Nabi Muhammad SAW dalam mimpi
Ilustrasi (Sumber: Pinterest.com/kalbarsatu id)

Sufyan At-Tsauri terserang ngantuk yang hebat. Ia pun tertidur. Ia bermimpi melihat seorang laki-laki yang sangat tampan, berpakaian sangat bersih, dan beraroma sangat harum.

Laki-laki ini melangkah mendekati ayah Sufyan At-Tsauri yang tengah disemayamkan sebelum dimakamkan. Ia membuka kain yang menutupi wajah almarhum dan kemudian mengusapnya. Seketika wajah almarhum yang menghitam berubah kembali putih cerah.

Ketika hendak meninggalkan persemayaman almarhum, Sufyan At-Tsauri memegang ujung baju pria tersebut.

 "Tuan ini siapa? Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu. Allah telah mengaruniakan anugerah-Nya kepada ayahku melalui tangan tuan di tanah yang asing ini," tanya Sufyan At-Tsauri.

"Aku Muhammad bin Abdullah, shahibul Qur’an. Ayahmu termasuk orang yang melewati batas terhadap dirinya. Tetapi ia memang orang yang banyak membaca shalawat kepadaku. Ketika kesulitan alam kubur menderanya, ia meminta tolong kepadaku. Aku adalah penolong orang-orang yang banyak membaca shalawat kepadaku," jawab laki-laki tersebut.

"Aku pun terjaga dari tidurku. Dan aku senang mendapati wajah ayahku kembali putih," kata Sufyan At-Tsauri. Riwayat ini dikutip dari Kitab Kifayatul Atqiya karya Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, (Indonesia, Haramain: tanpa catatan tahun), halaman 119. Wallahu a’lam.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya