Liputan6.com, Jakarta - KH Abdurrahman Wahid atau lebih akrab disapa Gus Dur dikenal sebagai politikus yang pernah menjabat sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia. Gus Dur terkenal sebagai pemimpin negara yang menjunjung tinggi nilai toleransi umat beragama, bahkan mendapat julukan Bapak Pluralisme Indonesia.
Selain mantan presiden, sebenarnya Gus Dur adalah seorang ulama yang punya latar belakang pendidikan pesantren. Pendidikan agamanya sudah ditempa sejak kecil oleh sang kakek, KH Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari.
Setelah lulus dari sekolah dasar (SD), Gus Dur melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) di Gowongan sambil mondok di Pesantren Krapyak, Yogyakarta.
Advertisement
Baca Juga
Tamat dari SMEP, ulama NU ini melanjutkan ke Pondok Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah selama dua tahun. Kemudian belajar di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang.
Pada usia 22 tahun, Gus Dur menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Lalu ia dikirim belajar ke Al-Azhar University, Kairo, Mesir, Fakultas Syari'ah (Kulliyah al-Syari'ah) dari tahun 1964 sampai 1966, lalu ke Universitas Baghdad, Irak, Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab pada 1966 hingga 1970.
Dalam kariernya, Gus Dur pernah bekerja sebagai jurnalis untuk Tempo dan Kompas serta akademisi sebagai Dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam Universitas Hasyim Asy’ari.
Pada 1984, Gus Dur berkiprah di NU hingga menjabat Ketua Umum Tanfidziyah selama tiga periode hingga tahun 2000. Ketika Gus Dur menjadi pemimpin NU, ada satu kisah menarik yang dibagikan oleh KH Said Aqil Siradj, yakni saat ia membongkar samaran wali yang sedang bersembunyi. Simak kisah selengkapnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Mencari Wali untuk Dimintai Doa
Mustasyar (Penasihat) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2022-2026 KH Said Aqil Siradj menilai KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah seorang ulama yang memiliki banyak kelebihan.
Salah satu kelebihan Gus Dur yang diungkap Kiai Said adalah mampu membuka tabir wali yang sedang bersembunyi. Kejadian ini disaksikan Kiai Said saat melakukan ibadah umrah bersama Gus Dur.
Suatu hari di Madinah, tepatnya selepas sholat Isya, Kiai Said bersama Gus Dur jalan-jalan mencari wali. Apabila bertemu dengan seorang wali maka akan meminta didoakan agar diberi keselamatan dunia dan akhirat.
Pertama, Kiai Said melihat wali yang jenggotnya panjang, pakai gamis, menggunakan udeng besar, kitabnya setumpuk, dan muridnya banyak. Kiai Said lantas menunjuk wali tersebut yang sedang dicari.
“Mboten, mboten, bukan,” kata Gus Dur, disampaikan Kiai Said seperti dikutip dalam tayangan YouTube PP Dzikrul Ghofilin Al-Hasyimiyyah, Jumat (4/10/2024).
Pencarian terus berlanjut. Beberapa kali menunjukkan seseorang yang terlihat seperti wali tapi menurut Gus Dur bukan.
Advertisement
Wali yang Bersembunyi Merasa Berdosa
Kemudian rombongan Gus Dur melihat ada orang Mesir yang sedang sendirian, sorbannya tidak begitu besar. Gus Dur meminta Kiai Said berbicara kepada orang tersebut.
“Assalamualaikum. Ini ketua jam'iyah Islam di Indonesia paling besar di Indonesia, Nahdlatul Ulama. Namanya Abdurrahman Wahid mau minta doa,” ucap Kiai Said.
“Doa apa?” tanya orang tersebut.
“Ya minta selamat dunia akhirat,” jawab Gus Dur.
Akhirnya orang tersebut mau mendoakan rombongan Gus Dur. Lima menit berselang, doa pun selesai dipanjatkan.
“Setelah itu dia lari. Beliau ini pergi. Sajadahnya diseret malah. Sambil ngomong gini pake bahasa Arab, ‘Ya Rabb, dosaku apa kok sampai kau membuka rahasia kepada orang ini nih’,” ungkap Kiai Said.
“Jadi, wali ini sedang sembunyi ketahuan Gus Dur. Orang lain gak akan tau dia wali, Gus Dur tahu. Sampai dia merasa punya dosa apa sehingga lagi sembunyi, nyamar (akhirnya) ketahuan,” tambah cerita Kiai Said.
Wallahu a'lam.