Jawaban Jenaka Gus Dur saat Wartawan Mengadu Ada Kiai Berbuat Salah

Gus Dur bilang, justru yang boleh salah itu para kiai. Kalau wartawan, tidak boleh salah, nanti repot. Kiai salah karena punya hal ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Nov 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2024, 14:30 WIB
Bicara tentang kelakar Gus Dur tentunya banyak yang masih terkenang di ingatan masyarakat.
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (Sumber ipnu.or.id)

Liputan6.com, Jakarta - KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sosok Presiden ke-4 RI yang dikenal dengan kebijaksanaan dan humor khasnya, selalu memiliki cerita menarik. Dalam sebuah pengajian, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengungkap guyonan Gus Dur yang memancing gelak tawa para pendengar.

Dalam tayangan video yang diunggah di kanal YouTube @MKTV9-KG3SL, Gus Baha membagikan cerita yang menyingkap sisi jenaka sekaligus sarat makna dari Gus Dur. Cerita ini bermula ketika seorang wartawan bertanya mengenai kesucian para kiai.

“Ada wartawan yang berpikir bahwa semua kiai itu pasti orang suci,” ungkap Gus Baha, sambil mengawali kisahnya.

Pertanyaan itu dilontarkan kepada Gus Dur dengan nada penasaran. Wartawan tersebut kebingungan karena mendengar kabar bahwa seorang kiai pernah melakukan kesalahan kecil.

“Gus, itu kok ada kiai yang salah? Padahal kan kiai itu orang suci,” tutur Gus Baha menirukan pertanyaan si wartawan.

Gus Dur, seperti biasa, menjawab dengan guyonan yang memukau. Menurut Gus Baha, jawaban itu penuh logika sederhana yang tetap menghibur.

“Gus Dur bilang, justru yang boleh salah itu para kiai. Kalau kamu, wartawan, tidak boleh salah,” cerita Gus Baha, disambut tawa hadirin. Gus Dur pun melanjutkan alasannya dengan gaya khasnya, “Karena mereka tahu caranya tobat. Kalau kamu salah, repot!”

 

Simak Video Pilihan Ini:

Manusia Tempatnya Salah

Gus Baha
Gus Baha (TikTok)

Jawaban Gus Dur tersebut, meski dikemas dengan humor, sejatinya menyiratkan pesan mendalam. Sebagai manusia, kiai tetaplah tidak luput dari kekhilafan. Namun, keistimewaan mereka terletak pada pemahaman yang mendalam tentang agama, termasuk tata cara bertobat.

Gus Baha menambahkan, guyonan tersebut menjadi pengingat agar tidak menempatkan para kiai di pedestal yang terlalu tinggi hingga melupakan sisi manusiawi mereka.

“Namanya manusia, ya pasti ada salah. Tapi jangan bayangkan dosa besar, ya. Salah kecil-kecil saja,” ujarnya dengan santai.

Mendengar cerita ini, suasana di majelis pengajian yang dipimpin Gus Baha sontak menjadi riuh dengan tawa. Kisah ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan keseimbangan dalam memandang sosok kiai.

Selain itu, Gus Baha juga menekankan pentingnya para wartawan menjaga akurasi dan etika dalam menyampaikan informasi.

“Kalau kiai salah, dia tahu harus bagaimana. Tapi kalau berita salah? Wah, repot sekali urusannya,” ujar Gus Baha sembari menyelipkan nasihat bijak.

Guyonan Gus Dur memang tak lekang oleh waktu. Tak hanya membuat orang tertawa, tetapi juga kerap menyisipkan nilai-nilai penting tentang kehidupan.

Humor Gus Dur Melegenda

Guyonan Gus Dur yang Bisa Bikin Ceria Puasa 2015-mu
Gus Dur, dikenal dengan rasa humornya yang tinggi.

Gus Baha dikenal sering menghidupkan kembali cerita-cerita Gus Dur di berbagai kesempatan. Hal ini, menurut Gus Baha, adalah cara untuk terus mengingat kebijaksanaan Gus Dur yang tak hanya menyentuh ranah agama, tetapi juga kehidupan sehari-hari.

Para hadirin yang menyimak cerita tersebut tampak antusias. Bagi mereka, kisah-kisah seperti ini menjadi sarana refleksi yang ringan namun mendalam.

Salah seorang netizen pengajian bahkan mengungkapkan kekagumannya. “Humor Gus Dur itu memang khas. Selalu ada makna di balik candaannya,” tuturnya dalam kolom komentar.

Bagi Gus Baha, mengingatkan masyarakat tentang sisi humoris Gus Dur adalah bentuk penghormatan. “Gus Dur itu legenda. Bukan hanya pemimpin, tapi juga guru kehidupan dengan caranya sendiri,” tutupnya.

Melalui cerita ini, Gus Baha kembali membuktikan bagaimana guyonan bisa menjadi media dakwah yang efektif.

Tak hanya menyentuh hati, tetapi juga menguatkan pemahaman umat tentang nilai-nilai Islam yang penuh toleransi dan kemanusiaan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya