Liputan6.com, Jakarta - Anting, sebuah perhiasan yang identik dengan perempuan di pasang di telinga kanan kiri, ternyata memiliki kisah asal-usul yang menarik. Gus Baha, seorang ulama yang kerap membahas sejarah Islam dengan gaya santai dan mendalam, mengungkap cerita di balik anting yang berawal sejak zaman Nabi Ibrahim AS.
Gus Baha menyampaikan bahwa kisah ini terkait dengan kehidupan keluarga Nabi Ibrahim AS yang memiliki dua istri, Sarah dan Hajar. Dalam ceramahnya, ia menggambarkan bagaimana kecemburuan antara kedua istri Nabi Ibrahim melahirkan sebuah tradisi yang akhirnya dikenal sebagai anting.
Advertisement
Dalam sebuah tayangan video yang dikutip dari kanal YouTube @ngajigusbahaaa, Gus Baha memulai ceritanya dengan menjelaskan hubungan Nabi Ibrahim AS dengan Sarah, istri pertamanya. Pada awalnya, Sarah tidak memiliki anak, sehingga ia menyarankan Nabi Ibrahim untuk menikah dengan Hajar.
Advertisement
Namun, setelah Hajar melahirkan seorang anak, perasaan cemburu mulai muncul dalam hati Sarah. Gus Baha menuturkan bahwa kecemburuan ini memunculkan permintaan Sarah yang cukup unik. "Sarah meminta agar Hajar dilukai sebagai bentuk pelampiasan rasa cemburunya," ungkapnya.
Nabi Ibrahim yang menghadapi permintaan tersebut berusaha mencari solusi. Menurut Gus Baha, Nabi Ibrahim tidak melukai Hajar secara fisik, tetapi menemukan cara yang tidak menyakiti namun tetap memenuhi permintaan Sarah.
"Dari sinilah lahir konsep anting. Luka kecil yang dibuat pada telinga Hajar justru menghasilkan sesuatu yang mempercantik," ujar Gus Baha sambil menambahkan bahwa hal ini merupakan salah satu bentuk kebijaksanaan seorang nabi dalam menghadapi situasi sulit.
Gus Baha menegaskan bahwa tindakan Nabi Ibrahim tersebut bukanlah bentuk kekerasan, melainkan sebuah solusi yang diberikan oleh Allah. Ia juga menjelaskan bahwa peristiwa ini menunjukkan bagaimana nabi memiliki cara unik untuk menyelesaikan masalah dalam rumah tangganya.
Baca Juga
Bukti Cemburu Ada Sejak Lama
Menurut Gus Baha, kisah ini menjadi bukti bahwa bahkan perasaan manusiawi seperti cemburu pun telah ada sejak zaman para nabi. Namun, cara penyelesaiannya tetap berlandaskan hikmah dan tidak melibatkan tindakan yang merugikan.
Kisah ini juga menjadi pengingat bahwa setiap perhiasan atau tradisi memiliki asal-usul yang sering kali berakar pada sejarah panjang umat manusia. "Anting, yang sekarang kita anggap sebagai aksesoris biasa, ternyata memiliki cerita yang luar biasa," kata Gus Baha.
Gus Baha juga menyinggung tentang konsep "barokah" dalam kisah ini. Ia menjelaskan bahwa tindakan Nabi Ibrahim yang sederhana tersebut justru membawa manfaat besar. "Luka kecil yang diubah menjadi anting memperlihatkan bagaimana sesuatu yang tampak negatif bisa menjadi positif dengan izin Allah," tuturnya.
Ia kemudian mengutip sebuah kalimat hikmah yang berbunyi, "Min babi hasanat al-abror sayyi'atul muqorrobin." Kalimat ini, menurut Gus Baha, mengajarkan bahwa apa yang dianggap baik oleh orang biasa bisa jadi merupakan kesalahan kecil bagi orang yang dekat dengan Allah.
Dalam ceramahnya, Gus Baha juga mengingatkan bahwa para nabi selalu dibimbing oleh Allah dalam setiap tindakan mereka. Kisah ini, menurutnya, bukan untuk dijadikan alasan dalam melakukan sesuatu yang salah, tetapi untuk dipahami sebagai bentuk kebijaksanaan seorang nabi.
Advertisement
Pelajaran yang Bisa Diambil
Ia menambahkan bahwa kisah ini juga menjadi pelajaran tentang bagaimana mengelola hubungan dalam rumah tangga. "Cemburu itu wajar, tapi bagaimana kita menyikapinya itulah yang menentukan apakah masalah akan selesai atau justru membesar," ujarnya.
Gus Baha juga menyoroti bagaimana kisah-kisah para nabi sering kali mengandung hikmah yang relevan dengan kehidupan modern. Menurutnya, memahami sejarah para nabi bisa menjadi panduan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Ia mengajak umat Islam untuk terus mempelajari kisah-kisah para nabi agar dapat mengambil pelajaran yang berharga. "Setiap cerita memiliki hikmah, dan tugas kita adalah menggali hikmah tersebut untuk kehidupan kita," katanya.
Dalam penutup ceramahnya, Gus Baha menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan pasangan dan keluarga. Ia mengingatkan bahwa setiap masalah pasti memiliki solusi jika dihadapi dengan kebijaksanaan dan kesabaran.
Melalui penjelasan ini, Gus Baha berharap umat Islam dapat memahami bahwa setiap tradisi, termasuk anting, memiliki sejarah yang kaya dan penuh makna. Kisah ini juga menjadi pengingat bahwa kebijaksanaan para nabi selalu relevan sepanjang zaman.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Simak Video Pilihan Ini:
Advertisement