Liputan6.com, Jakarta - Penceramah asal Banten, Ustadz Adi Hidayat (UAH), memberikan penjelasan terkait proses peniupan ruh pada janin berdasarkan hadis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Penjelasan ini disampaikan dalam salah satu ceramahnya yang membahas tahapan kehidupan manusia sebelum lahir.
UAH menyampaikan bahwa hadis Nabi telah menjelaskan proses peniupan ruh yang terjadi pada usia 120 hari atau empat bulan usia kandungan. Pengetahuan ini telah terbukti secara ilmiah meskipun disampaikan 15 abad yang lalu.
Advertisement
"Kalau usia 40 hari ketiga, berarti 40 kali 3, hasilnya 120 hari. Kalau dibagi ke dalam bulan, dibagi 30, ya 4 bulan," jelas UAH dalam ceramahnya. Penjelasan ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @tvcahayaislammuslim.
Advertisement
Menurut UAH, usia 120 hari menandai momen penting dalam kehidupan janin. Pada fase ini, malaikat yang diutus oleh Allah SWT meniupkan ruh ke dalam janin dan menetapkan beberapa ketentuan hidup, seperti rezeki, amal, ajal, serta kebahagiaan.
"Ditiupkan malaikat atas perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Jadi, usia 4 bulan roh sudah ditiupkan," tambah UAH.
Hadis Nabi juga menjelaskan bahwa sebelum ruh ditiupkan, manusia melewati tiga fase. Fase pertama selama 40 hari berupa sel sperma, fase kedua berupa segumpal darah, dan fase ketiga berupa segumpal daging. Pada fase ketiga ini, ruh ditiupkan, dan takdir janin mulai ditetapkan.
Baca Juga
Penjelasan Hadis
Penjelasan serupa juga ditemukan dalam pandangan ulama yang dikutip dari NU Online. Para ulama sepakat bahwa peniupan ruh terjadi pada fase mudghah atau segumpal daging, yakni saat janin berusia 4 bulan.
Pada fase ini, janin telah sempurna terbentuk menjadi manusia. Selain itu, rezeki, ajal, amal, dan keadaan hidupnya di dunia juga ditetapkan oleh Allah SWT.
Penjelasan ini dikuatkan oleh pendapat Imam An-Nawawi yang menegaskan bahwa ketetapan takdir ini merupakan bagian dari kelembutan Allah SWT kepada hamba-Nya.
Imam An-Nawawi menyebutkan, meskipun ada hadis yang menyatakan seseorang bisa berubah nasib dari ahli maksiat menjadi ahli surga, atau sebaliknya, hal itu hanya terjadi pada segelintir orang.
"Yang dimaksud dengan hadis ini hanya terjadi pada segelintir manusia, bukan pada mayoritas," tulis Imam An-Nawawi dalam kitabnya, Syarh Shahih Muslim.
Imam An-Nawawi juga menjelaskan bahwa perubahan dari keburukan menjadi kebaikan merupakan bukti kelembutan dan keluasan rahmat Allah SWT.
Adapun perubahan dari kebaikan menjadi keburukan sangat jarang terjadi. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang menyatakan bahwa rahmat-Nya mendahului dan mengalahkan amarah-Nya.
UAH menambahkan, pengetahuan tentang peniupan ruh ini menunjukkan betapa pentingnya usia kandungan 4 bulan. Orang tua dianjurkan untuk berdoa agar ketetapan yang diberikan Allah SWT adalah yang terbaik.
"Berdoalah kepada Allah, mohon agar rezeki, amal, ajal, dan kebahagiaan anak ditetapkan dalam keadaan yang baik," ujar UAH.
Advertisement
Proses Peniupan Ruh
Proses peniupan ruh ini juga menjadi pengingat bagi manusia bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. UAH menyampaikan bahwa kehidupan sejati adalah kehidupan akhirat, yang dimulai sejak ruh ditiupkan ke dalam janin.
"Kalau dunia ini sementara, maka akhirat itu abadi. Setelah ruh ditiupkan, manusia mulai menjalani perjalanan hidup yang akan menuju akhirat," tambah UAH.
Penjelasan ini sejalan dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT. Kehidupan yang dimulai sejak di dalam kandungan menjadi fase awal dari perjalanan panjang menuju akhirat.
Dengan pemahaman ini, UAH mengingatkan umat Islam agar mempersiapkan amal baik sejak awal kehidupan. Segala ketetapan yang diberikan Allah SWT harus disyukuri dan dijadikan motivasi untuk meningkatkan keimanan.
Pemahaman tentang peniupan ruh ini juga menjadi dasar penting bagi orang tua untuk mendidik anaknya kelak. UAH menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai keislaman sejak dini.
"Dari awal, niatkan untuk membimbing anak menjadi hamba yang bertakwa," pesan UAH.
Semoga penjelasan ini dapat menjadi pengingat bagi umat Islam untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mempersiapkan bekal terbaik untuk kehidupan akhirat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul