Liputan6.com, Jakarta - Mukena warna-warni kini semakin digemari oleh kalangan muslimah di Indonesia, menggantikan tren mukena putih yang sebelumnya lebih dominan. Beragam pilihan warna dan motif yang menarik membuat mukena tidak hanya berfungsi sebagai perlengkapan ibadah, tetapi juga menjadi bagian dari gaya pribadi.
Para produsen pun semakin kreatif dalam menghadirkan desain yang elegan dan nyaman, sesuai dengan selera masyarakat yang terus berkembang.
Advertisement
Selain faktor estetika, mukena berwarna juga menawarkan variasi bahan yang lebih beragam, seperti katun, satin, dan rayon, yang memberikan kenyamanan lebih saat digunakan.
Advertisement
Banyak wanita memilih mukena dengan warna dan motif yang sesuai dengan kepribadian mereka atau bahkan untuk disesuaikan dengan suasana tertentu, seperti Ramadhan, hari raya, atau sekadar koleksi harian.
Tren ini juga didukung oleh kemudahan mendapatkan mukena berwarna melalui toko online dan marketplace, sehingga semakin banyak pilihan yang tersedia.
Meskipun demikian, ada sebagian masyarakat yang masih lebih menyukai mukena putih karena dianggap lebih sederhana dan sesuai dengan tradisi. Namun, semakin banyaknya pilihan warna tidak mengurangi esensi utama mukena sebagai pakaian ibadah.
Selain tampilannya yang menarik, harga yang relatif murah juga membuatnya banyak diburu. Namun, di tengah tren ini, muncul pertanyaan: apakah penggunaan mukena warna-warni termasuk dalam kategori pakaian syuhroh?
Konsep pakaian syuhroh dalam Islam merujuk pada pakaian yang menarik perhatian secara berlebihan, baik karena terlalu bagus maupun terlalu buruk. Pakaian yang menjadikan seseorang terkenal dan menjadi bahan perbincangan bisa termasuk dalam kategori ini. Sehingga, muncul diskusi mengenai tren mukena warna-warni, apakah termasuk dalam kategori pakaian syuhroh atau tidak.
Baca Juga
Orangtua Tidak Pernah Sholat Meninggal, Apakah Bisa Diganti Fidyah? Simak Penjelasan Gus Baha Sekaligus Solusinya
Sudah Sholat Tarawih dan Witir, Apakah Boleh Sholat Tahajud? Begini Penjelasan UAH
Resep Tokcer Gus Baha untuk Orang Frustasi yang Banyak Utang dan Istri Minggat, Cukup Lakukan Hal Mudah Ini
Simak Video Pilihan Ini:
Penjelasan Pakaian Syuhroh
Dikutip dari Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB (www.piss-ktb.com), pakaian syuhroh bukan hanya tentang kemewahan atau keanehan, tetapi juga berkaitan dengan pakaian yang membuat seseorang menjadi pusat perhatian. Jika motif atau warna mukena sudah umum di pasaran dan tidak menarik perhatian secara berlebihan, maka tidak termasuk pakaian syuhroh.
Al-Imam Ibnu Baththal dari kalangan ulama Malikiyah menjelaskan dalam Syarh Shahihil Bukhari bahwa seseorang sebaiknya berpakaian sesuai dengan zamannya, selama tidak mengandung unsur dosa. Hal ini karena menyelisihi pakaian yang lazim digunakan bisa menyebabkan seseorang menjadi sorotan.
Sejalan dengan itu, Al-Imam Ath-Thabari dari kalangan ulama Syafi’iyah menegaskan dalam Fathul Bari bahwa menjaga kesesuaian pakaian dengan kebiasaan masyarakat adalah bagian dari sikap muru’ah. Pakaian yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat dapat menjadikan pemakainya terkenal dan dibicarakan oleh orang banyak.
Dalam pembahasan lain disebutkan bahwa pakaian syuhroh tidak memiliki ciri khusus, melainkan bersifat situasional. Jika suatu pakaian membuat seseorang menjadi pusat perhatian dan bahan pembicaraan, maka bisa dikategorikan sebagai pakaian syuhroh. Namun, pakaian yang sama belum tentu menjadi syuhroh bagi orang lain yang mengenakannya.
Mukena warna-warni pada dasarnya hanyalah variasi dari mukena yang sudah lama digunakan. Jika banyak muslimah yang mengenakan mukena dengan warna-warna cerah, maka hal itu tidak termasuk pakaian syuhroh. Sebaliknya, jika seseorang mengenakan mukena dengan desain yang tidak lazim dan menarik perhatian berlebihan, maka bisa dikategorikan sebagai pakaian syuhroh.
Larangan pakaian syuhroh dalam Islam bertujuan untuk menghindari kesombongan dan pergunjingan. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk bersikap sederhana dalam berpakaian dan tidak mencari perhatian dengan pakaian yang dikenakan. Oleh karena itu, dalam memilih pakaian, termasuk mukena, hendaknya mempertimbangkan kesesuaian dengan lingkungan sekitar.
Advertisement
Pertimbangkan Aspek Kesesuaian dan Adab
Dalam realitas saat ini, tren pakaian terus berkembang dan masyarakat semakin terbuka terhadap berbagai variasi busana. Mukena warna-warni yang kini sedang tren tidak serta-merta masuk dalam kategori pakaian syuhroh, selama masih dalam batas kewajaran dan tidak menimbulkan kegemparan.
Namun, tetap diperlukan sikap bijak dalam mengikuti tren. Tidak semua hal yang populer harus diikuti tanpa mempertimbangkan aspek syariat dan kesopanan dalam berpakaian. Oleh karena itu, penting bagi muslimah untuk tetap menjaga niat dalam beribadah dan tidak sekadar mengikuti mode tanpa pemahaman.
Fenomena mukena warna-warni ini menunjukkan bahwa perkembangan dunia fashion muslimah semakin dinamis. Meskipun demikian, esensi dari penggunaan mukena adalah sebagai penutup aurat saat sholat, bukan untuk tampil mencolok atau menarik perhatian.
Tren busana muslim memang terus mengalami perubahan, namun nilai-nilai kesederhanaan dalam Islam tetap harus dijunjung tinggi. Dengan demikian, penggunaan mukena warna-warni harus disertai dengan kesadaran bahwa tujuan utamanya adalah ibadah, bukan sekadar gaya.
Mukena warna-warni tidak secara otomatis masuk dalam kategori pakaian syuhroh. Namun, jika dikenakan dengan niat untuk menarik perhatian atau berbeda dari kebiasaan masyarakat pada umumnya, maka dapat mendekati kategori tersebut. Oleh sebab itu, muslimah perlu menimbang aspek kesesuaian dan adab dalam berpakaian.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
