Pelaksanaan ibadah haji telah berlangsung sejak ratusan tahun silam, sejak Nabi Muhammad masih hidup. Setiap tahun, penyelenggaraan rukun Islam ke-5 itu terus mengalami perkembangan. Menyesuaikan perkembangan zaman.
Dulu kala, saat teknologi belum semaju sekarang, pelaksanaan haji dilakukan dengan teknologi sederhana. Didominasi unsur-unsur tradisional. Namun saat ini, dikala teknologi telah berkembang, hanya sedikit ruang yang tersisa untuk unsur tradisi dalam penyelenggaraan haji.
Maklum saja, jumlah jamaah haji terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun ini, sekitar 3 juta jamaah berbondong-bondong ke Tanah Suci. Sementara, pada 1941, hanya ada 24.000 jamaah yang datang. Pada tahun 1960-an, mungkin hanya ratusan ribu jumlahnya.
Laman Arab News, Selasa (15/10/2013) sedikit mengulas sejumlah perkembangan pelaksanaan haji. Dalam tulisan itu, kita diajak untuk kembali ke masa lampau. Di mana saat itu banyak warga sekitar menawarkan rumah-rumah mereka untuk tempat tinggal orang asing yang melaksanakan haji.
Tentu, suasana itu sudah jarang ditemui--bahkan kalau boleh dikatakan sudah tidak ada lagi--saat ini. Dunia modern sangat sulit melanjutkan tradisi berharga seperti itu. Demikian pula dengan cara pembagian air Zamzam kepada para jamaah haji yang terus berubah seiring perkembangan teknologi.
"(Dulu) Ada petugas khusus untuk mengantarkan air Zamzam ke tempat tinggal jamaah untuk dibeli," kata Fuad Nyata mengenang pelaksanaan haji sekitar 50 tahun lalu.
"Petugas (Zamzamah) memiliki pekerjaan menggantikan termos Zamzam di Masjidil Haram. Ada orang yang menyiapkan air Zamzam di dalam kaleng yang disebut Samkari. Dia membetulkan kaleng, mengisi dengan air Zamzam dan menyegelnya sehingga bisa dibawa pulang oleh jamaah haji sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan teman-temannya," tambah Nyata.
Tradisi yang lebih tua soal pembagian air Zamzam diungkap oleh Abdullah, warga Arab Saudi yang telah berhaji lebih dari setengah abad silam. Dia mengatakan Zamzamah mengambil air dari sumur dan menempatkannya ke tembikar besar dan kemudian menempatkannya ke tembikar kecil untuk menjaga air Zamzam tetap dingin. Air Zamzam diberikan kepada jamaah haji dari pintu ke pintu dan tembikar penyimpannya diganti dengan yang baru setiap hari. "Tembikar yang wangi dengan dupa," tutur Abdullah.
Tradisi itu saat ini sudah punah. Saat ini, pelaksanaan haji telah terstruktur. Jamaah haji bisa menerima layanan lengkap dengan hanya membayar 6.000 riyal. Namun, itu membuat jamaah haji saat ini sangat bergantung pada Al Mutawifeen yang bertanggung jawab pada jamaah haji sebuah negara, mulai tempat tinggal, makanan, dan transportasi.
Mutawif bertugas mengantar jamaah haji ke Masjidil Haram, Arafah, Muzdalifah, dan Mina, sebelum mengembalikan mereka ke Mekah. Mutawifeen adalah bisnis keluarga yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Keluarga yang sama menangani jamaah haji dari suatu negara dari tahun ke tahun, sebab mereka telah paham dengan bahasa dan budaya jemaah haji klien mereka.
"Mutawif biasanya memasarkan jasanya dengan pergi ke negara jamaah haji untuk berhubungan dengan klien mereka sebelumnya," kata saalah seorang Mutawif.
Tradisi lain yang saat ini sudah punah adalah perayaan di antara para perempuan dan anak-anak yang tinggal di belakang Kota Mekah saat jamaah haji menuju tempat-tempat suci. Tradisi itu dikenal dengan sebutan Gais. Tradisi ini dilakukan para perempuan saat para pria pergi haji.
Toko-toko tutup dan ibu-ibu rumah tangga memanggang kue tradisional ma'moul dan ghuraibah. Kue-kue tradisional itu bentuknya bermacam-macam. Tidak ada rumah yang kosong.
Itu yang saat ini sudah tidak ditemukan lagi. Dengan era kebebasan saat ini, para perempuan akan mengenakan seragam, dan bahkan sebagian mereka mengenakan seragam polisi. "Sejumlah perempuan mengenakan topi dan berkeliling ke tetangga mereka atau berkumpul di suatu tempat untuk bernyanyi, menari, dan mungkin berakting," kata salah satu warga Mekah.
Dunia modern telah mempengaruhi tradisi Gais, khususnya sejak lingkungan di Mekah digantikan dengan hotel-hotel besar di dekat Masjidil Haram. "Meski demikian, beberapa orang tua yang masih hidup hingga kini masi melanjutkan tradisi Gais," kata seorang warga Mekah.
Tradisi lain yang saat ini mulai punah adalah Jojoe, yang merupakan peringatan untuk anak-anak yang melaksanakan haji untuk pertama kalinya. (Eks)
Dulu kala, saat teknologi belum semaju sekarang, pelaksanaan haji dilakukan dengan teknologi sederhana. Didominasi unsur-unsur tradisional. Namun saat ini, dikala teknologi telah berkembang, hanya sedikit ruang yang tersisa untuk unsur tradisi dalam penyelenggaraan haji.
Maklum saja, jumlah jamaah haji terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun ini, sekitar 3 juta jamaah berbondong-bondong ke Tanah Suci. Sementara, pada 1941, hanya ada 24.000 jamaah yang datang. Pada tahun 1960-an, mungkin hanya ratusan ribu jumlahnya.
Laman Arab News, Selasa (15/10/2013) sedikit mengulas sejumlah perkembangan pelaksanaan haji. Dalam tulisan itu, kita diajak untuk kembali ke masa lampau. Di mana saat itu banyak warga sekitar menawarkan rumah-rumah mereka untuk tempat tinggal orang asing yang melaksanakan haji.
Tentu, suasana itu sudah jarang ditemui--bahkan kalau boleh dikatakan sudah tidak ada lagi--saat ini. Dunia modern sangat sulit melanjutkan tradisi berharga seperti itu. Demikian pula dengan cara pembagian air Zamzam kepada para jamaah haji yang terus berubah seiring perkembangan teknologi.
"(Dulu) Ada petugas khusus untuk mengantarkan air Zamzam ke tempat tinggal jamaah untuk dibeli," kata Fuad Nyata mengenang pelaksanaan haji sekitar 50 tahun lalu.
"Petugas (Zamzamah) memiliki pekerjaan menggantikan termos Zamzam di Masjidil Haram. Ada orang yang menyiapkan air Zamzam di dalam kaleng yang disebut Samkari. Dia membetulkan kaleng, mengisi dengan air Zamzam dan menyegelnya sehingga bisa dibawa pulang oleh jamaah haji sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan teman-temannya," tambah Nyata.
Tradisi yang lebih tua soal pembagian air Zamzam diungkap oleh Abdullah, warga Arab Saudi yang telah berhaji lebih dari setengah abad silam. Dia mengatakan Zamzamah mengambil air dari sumur dan menempatkannya ke tembikar besar dan kemudian menempatkannya ke tembikar kecil untuk menjaga air Zamzam tetap dingin. Air Zamzam diberikan kepada jamaah haji dari pintu ke pintu dan tembikar penyimpannya diganti dengan yang baru setiap hari. "Tembikar yang wangi dengan dupa," tutur Abdullah.
Tradisi itu saat ini sudah punah. Saat ini, pelaksanaan haji telah terstruktur. Jamaah haji bisa menerima layanan lengkap dengan hanya membayar 6.000 riyal. Namun, itu membuat jamaah haji saat ini sangat bergantung pada Al Mutawifeen yang bertanggung jawab pada jamaah haji sebuah negara, mulai tempat tinggal, makanan, dan transportasi.
Mutawif bertugas mengantar jamaah haji ke Masjidil Haram, Arafah, Muzdalifah, dan Mina, sebelum mengembalikan mereka ke Mekah. Mutawifeen adalah bisnis keluarga yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Keluarga yang sama menangani jamaah haji dari suatu negara dari tahun ke tahun, sebab mereka telah paham dengan bahasa dan budaya jemaah haji klien mereka.
"Mutawif biasanya memasarkan jasanya dengan pergi ke negara jamaah haji untuk berhubungan dengan klien mereka sebelumnya," kata saalah seorang Mutawif.
Tradisi lain yang saat ini sudah punah adalah perayaan di antara para perempuan dan anak-anak yang tinggal di belakang Kota Mekah saat jamaah haji menuju tempat-tempat suci. Tradisi itu dikenal dengan sebutan Gais. Tradisi ini dilakukan para perempuan saat para pria pergi haji.
Toko-toko tutup dan ibu-ibu rumah tangga memanggang kue tradisional ma'moul dan ghuraibah. Kue-kue tradisional itu bentuknya bermacam-macam. Tidak ada rumah yang kosong.
Itu yang saat ini sudah tidak ditemukan lagi. Dengan era kebebasan saat ini, para perempuan akan mengenakan seragam, dan bahkan sebagian mereka mengenakan seragam polisi. "Sejumlah perempuan mengenakan topi dan berkeliling ke tetangga mereka atau berkumpul di suatu tempat untuk bernyanyi, menari, dan mungkin berakting," kata salah satu warga Mekah.
Dunia modern telah mempengaruhi tradisi Gais, khususnya sejak lingkungan di Mekah digantikan dengan hotel-hotel besar di dekat Masjidil Haram. "Meski demikian, beberapa orang tua yang masih hidup hingga kini masi melanjutkan tradisi Gais," kata seorang warga Mekah.
Tradisi lain yang saat ini mulai punah adalah Jojoe, yang merupakan peringatan untuk anak-anak yang melaksanakan haji untuk pertama kalinya. (Eks)