Waspada Bencana Hidrometeorologi Puncak Musim Hujan Februari di Jateng

Koordinator Bidang Bencana Geologi Pusat Mitigasi Unsoed tersebut mengatakan upaya antisipasi sangat diperlukan guna mendukung program mitigasi atau pengurangan risiko bencana

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jan 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2022, 21:00 WIB
Anak sekolah melintasi genangan banjir di Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Anak sekolah melintasi genangan banjir di Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purwokerto - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Indra Permanajati memandang perlu mengantisipasi bencana hidrometeorologi pada puncak musim hujan pada bulan Februari 2022.

"Perlu sejumlah langkah strategis guna mengantisipasi bencana hidrometeorologi pada puncak musim hujan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.

Koordinator Bidang Bencana Geologi Pusat Mitigasi Unsoed tersebut mengatakan upaya antisipasi sangat diperlukan guna mendukung program mitigasi atau pengurangan risiko bencana.

"Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang disebabkan karena pengaruh perubahan iklim dan cuaca. Khususnya pada puncak musim hujan seperti sekarang ini," katanya.

Pengaruh intensitas air hujan yang meningkat akan memberikan dampak kepada lingkungan.

"Dampaknya bisa positif dan bisa juga negatif, dampak positifnya adalah terpenuhinya kebutuhan akan air dan distribusinya untuk cadangan air, sementara dampak negatifnya adalah peningkatan potensi bencana seperti banjir dan longsor," katanya, dikutip Antara.

Berdasarkan kondisi tersebut, kata dia, perlu langkah mitigasi untuk meminimalkan dampak yang mungkin terjadi akibat terjadinya bencana.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Sinergi dan Mitigasi

"Dengan memahami siklus alam dan perubahannya, diharapkan langkah-langkah mitigasi yang dilakukan akan lebih tepat sasaran," katanya.

Dikatakan pula bahwa mitigasi bencana hidrometeorologi harus berbasis sinergi antarinstansi terkait.

"Misalkan upaya mitigasi harus disinergikan dengan informasi dari BMKG sehingga penanganan bencana ini menjadi lebih tepat. Beberapa aplikasi kebencanaan sudah dibuat oleh BMKG untuk bisa mendapatkan informasi mengenai kondisi cuaca dan kebencanaan serta aplikasinya untuk dunia pertanian dan bidang-bidang lainnya," katanya.

Dengan adanya sinergi dan kolaborasi yang intensif, kata dia, maka diharapkan program mitigasi dan penanganan bencana akan berjalan makin optimal.

Sementara itu dia juga menambahkan bahwa upaya mitigasi bencana perlu didukung dengan pembentukan desa tangguh bencana di masing-masing wilayah.

"Pada tahun 2022 ini pembentukan desa tangguh bencana harus menjadi program prioritas dari pemerintah daerah melalui badan penanggulangan bencana di masing-masing wilayah, terutama perlu diprioritaskan untuk wilayah-wilayah yang rawan bencana," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya