Cegah Bencana Hidrometeorologi, Jakarta Kembali Lanjutkan Operasi Modifikasi Cuaca Tahap 3

BPBD Jakarta bekerja sama dengan BNPB, BMKG, dan TNI melanjutkan operasi modifikasi cuaca untuk mencegah potensi bencana hidrometeorologi akibat curah hujan yang ekstrem. Potensi cuaca ekstrem di wilayah Jakarta dan sekitarnya diprediksi berlangsung pada pekan ini.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro Diperbarui 12 Mar 2025, 08:46 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2025, 08:46 WIB
Cegah Bencana Hidrometeorologi, Jakarta Kembali Lanjutkan Operasi Modifikasi Cuaca Tahap 3
BPBD Jakarta kembali melanjutkan operasi modifikasi cuaca untuk mencegah potensi terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti banjir hingga longsor akibat curah hujan yang ekstrem. (Foto: Tim Media BPBD Jakarta)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki tanggal berpotensi cuaca ekstrem, Pemerintah Provinsi Jakarta kembali melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) tahap 3. Diketahui, hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan bencana hidrometeorologi akibat curah hujan ekstrem di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Plt Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo menjelaskan, pelaksanaan OMC tahap 3 kali ini menyiapkan bahan semai sebanyak 20 ton selama 10 hari operasi dan direncanakan akan berlangsung sebanyak 25 sorti penerbangan.

"Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa potensi pertumbuhan awan hujan pada 11 Maret 2025 terpantau cukup signifikan, dengan kelembaban relatif (RH) di lapisan 3.000 kaki masih cukup tinggi," kata Budi melalui siaran pers dikutip Rabu (12/3/2025).

Budi menerangkan, berdasarkan prediksi BMGK, potensi hujan merata diperkirakan terjadi di wilayah barat Pulau Jawa, terutama pada siang dan malam hari, namun dapat mereda pada sore hari.

"Secara umum, potensi curah hujan harian dalam empat hari ke depan masih tergolong tinggi,” terang Budi.

Budi juga menjelaskan bahwa posko OMC di wilayah Jakarta akan beroperasi dari pagi hingga sore hari. Pelaksanaan OMC kali ini juga dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui posko di Lanud Halim Perdanakusuma dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat melalui posko di Lanud Husein Sastranegara

"Kegiatan ini bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) dan PT Rekayasa Atmosphere Indonesia (RAI)," jelas dia.

 

Promosi 1

Kurangi Hujan Ekstrem di Jakarta dan Sekitarnya

Cegah Bencana Hidrometeorologi, Jakarta Kembali Lanjutkan Operasi Modifikasi Cuaca Tahap 3
BPBD Jakarta kembali melanjutkan operasi modifikasi cuaca untuk mencegah potensi terjadinya bencana hidrometeorologi akibat curah hujan yang ekstrem. (Foto: Tim Media BPBD Jakarta)... Selengkapnya

Sementara itu, Ketua Sub Kelompok Logistik dan Peralatan BPBD Provinsi DKI Jakarta sekaligus juru bicara OMC Jakarta tahun 2025, Michael Sitanggang menyebut, operasi ini diharapkan dapat mengurangi ekstremitas hujan di Jakarta dan sekitarnya.

“Misi operasi hari ini (11 Maret) telah berlangsung sebanyak 3 sorti dengan durasi penerbangan selama 6 jam 30 menit yang menggunakan bahan semai NaCl sebanyak 2,4 ton. Penyemaian hari ini menyasar pada wilayah barat laut, Selat Sunda dan Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada Sorti 1 dan area Laut Jawa pada Sorti 2 dan Sorti 3”, jelas Michael.

Michael memastikan, pihaknya terus berkoordinasi dengan berbagai pihak agar operasi ini dapat efektif dalam mengurangi hujan ekstrem di Jakarta dan sekitarnya.

"Koordinasi juga kami lakukan dengan BNPB dan BPBD Provinsi Jawa Barat yang juga melakukan OMC agar pelaksanaan operasi bisa berjalan secara sinergis dan terpadu" kata dia menandasi.

Prediksi Puncak Cuaca Ekstrem

Sebelumnya diberitakan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem yang berpotensi menyebabkan banjir di beberapa wilayah Indonesia. Peringatan ini disampaikan langsung oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Banjir Jabodetabek pada Selasa (4/3/2025).

Peringatan ini mencakup wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), termasuk Banten, dan Lampung, yang diperkirakan akan mengalami dampak paling signifikan dari cuaca ekstrem tersebut. BMKG mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah antisipasi.

Kepala BMKG menekankan pentingnya pemantauan informasi cuaca secara berkala. "Peringatan dini ini kami ulang-ulang. Terakhir tadi malam kami melakukan komunikasi langsung melalui telepon dengan Ibu Kalaksa BPBD Jawa Barat, SAR Bandung, serta beberapa BPBD di wilayah Banten dan Lampung. Wilayah-wilayah ini diperkirakan akan terdampak cuaca ekstrem," ujar Dwikorita Karnawati.

Meskipun sempat mengalami penurunan, kata dia, kondisi cuaca diprediksi akan kembali memburuk dan berpotensi ekstrem pada 10 hingga 11 Maret 2025 mendatang. BMKG meminta masyarakat untuk selalu memperbarui informasi cuaca setiap tiga jam, bahkan hingga setiap 30 menit sekali pada hari H.

"Mohon tindak lanjutnya, terutama untuk masyarakat yang berada di bantaran sungai sebelum mereka terjebak (banjir)," ucap Dwikorita.

Selain imbauan untuk memantau informasi cuaca, BMKG juga menyoroti pentingnya antisipasi terhadap infrastruktur yang rentan terhadap cuaca ekstrem. Hal ini penting untuk meminimalisir dampak buruk yang mungkin terjadi. 

"Jika ada jembatan yang sangat rawan, sebaiknya ditutup sementara. Begitu juga dengan daerah lereng yang rawan longsor, sudah mulai bisa diprediksi. Mohon untuk ditutup atau dialihkan demi keselamatan masyarakat," kata Dwikorita.

Waspada Banjir dan Longsor

BMKG memberikan peringatan khusus bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai untuk meningkatkan kewaspadaan. Mereka diminta untuk segera mengungsi jika situasi semakin membahayakan. "Mohon tindak lanjutnya, terutama untuk masyarakat yang berada di bantaran sungai sebelum mereka terjebak," kata Dwikorita.

Peringatan serupa juga diberikan kepada daerah-daerah yang rawan longsor. Pemerintah daerah diminta untuk melakukan langkah-langkah antisipasi, seperti menutup sementara jembatan dan jalur yang rawan longsor demi keselamatan masyarakat.

Dwikorita juga menekankan pentingnya koordinasi antar instansi terkait dalam menghadapi cuaca ekstrem. "Jika ada jembatan yang sangat rawan, sebaiknya ditutup sementara. Begitu juga dengan daerah lereng yang rawan longsor, sudah mulai bisa diprediksi. Mohon untuk ditutup atau dialihkan demi keselamatan masyarakat."

Ia mengapresiasi koordinasi yang telah dilakukan oleh BPBD Jawa Barat, SAR Bandung, dan pihak-pihak terkait lainnya dalam menghadapi potensi bencana ini.

BMKG mengimbau masyarakat untuk aktif mengakses dan menyebarluaskan informasi cuaca terkini. Informasi yang tersedia melalui situs resmi dan aplikasi Info BMKG diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mempersiapkan diri dan mengambil langkah-langkah antisipasi yang tepat. Dengan kesiapsiagaan yang tinggi, diharapkan dampak dari cuaca ekstrem dapat diminimalisir. 

Banner Infografis Warning Banjir Masih Hantui Jabodetabek dan Jurus OMC Menghadangnya
Banner Infografis Warning Banjir Masih Hantui Jabodetabek dan Jurus OMC Menghadangnya. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya