Gagal Masuk Akmil, Anak Buruh Tani Tasikmalaya Ini Justru Raih Gelar Profesor di Purwokerto

Anak Buruh Tani, Profesor Ahmad kuliah lantaran gagal mengikuti seleksi TNI Angkatan Darat (AD) (dulu ABRI-red). Dia gagal saat pantukhir Akmil di Magelang

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jun 2022, 04:00 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2022, 04:00 WIB
Pengukuhan Profesor Ahmad sebagai Guru Besar Pendidikan Matematika UMP, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/UMP)
Pengukuhan Profesor Ahmad sebagai Guru Besar Pendidikan Matematika UMP, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/UMP)

Liputan6.com, Purwokerto - Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Begitu ujaran yang barangkali tepat disematkan untuk menggambarkan perjuangan Profesor Drs Ahmad, MPd PhD.

Ia mampu merengkuh cita-cita hingga meraih gelar prestisius, yakni profesor di dunia Pendidikan Matematika di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Banyumas, Jawa Tengah.

Lahir di keluarga yang sederhana tak menyurutkan semangat Prof Ahmad untuk mengenyam Pendidikan. Almarhum ayah dan ibu Prof Ahmad bekerja sebagai buruh tani di sebuah desa terpencil daerah Tasikmalaya, Jawa Barat.

Sebagai anak terakhir dari 10 bersaudara pasangan dari Alm Ibu Oyah dan Alm Bapak Tarmedi, tidak mungkin mampu mengkuliahkan. Setelah lulus SMA, keluarganya semula tidak tahu jika ia sudah kuliah di IKIP Muhammadiyah, Yogyakarta.

Mengutip keterangan tertulis UMP, Profesor Ahmad kuliah lantaran gagal mengikuti seleksi TNI Angkatan Darat (AD) (dulu ABRI-red).

Saat seleksi di Bandung, Ahmad dinyatakan lolos. Karena masuk nominasi dari Jawa Barat, lalu dikirim ke Magelang. Akan tetapi Ahmad gagal masuk Akmil, karena kalah di tes pantukir tahun 1984.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Kuliah Tanpa Sepengetahuan Orangtua

Ia memutuskan tidak kembali ke kampung halaman, namun merantau ke Yogyakarta, dan bekerja. Ia bisa kuliah setelah mengajar sebagai guru dan jualan buku di Shooping Pringharjo. Saat kuliah, juga sempat jadi asisten dosen, hingga lulus. Kemudian diterima menjadi dosen di kampusnya selama dua tahun.

Meneguhkan diri sebagai seorang akademisi, merupakan tantangan keilmuan bagi dosen berprestasi bidang Pendidikan Matematika UMP tersebut. Mulai dari SD hingga SMA ia lalui di kota kelahirannya.

Prof Ahmad sapaan akrabnya, mengaku saat SD dan SMP, harus jalan kaki sepanjang 7-9 km dari rumahnya, di lereng Gunung Galunggung. Ia pun menempuh pendidikan sarjana di IKIP Muhammadiyah Yogyakarta dan Magister di UPI Bandung.

Konsistensi dan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan dibidang pendidikan matematika berhasil mengantarkannya meraih gelar PhD dari UPSI Malaysia pada tahun 2018 silam. Saat ini Prof Ahmad yang merupakan dosen senior pada Program Studi Matematika Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMP.

"Keluarga baru tahu saya kuliah saat semester enam. Ini gara-gara saya dapat beasiswa harus minta tanda tangan orang tua. Awalnya saya mengajar di IKIP Muhammadiyah Yogyakarta (UAD) dua tahun, setelah lulus tes PNS dosen, saya ditempatkan di UMP sebagai dosen diperbantukan (PNS DPK)," tuturnya.

 

Ragam Prestasi dan Jaban Prof Ahmad

Pengukuhan Profesor Ahmad sebagai Guru Besar Pendidikan Matematika UMP, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/UMP)
Pengukuhan Profesor Ahmad sebagai Guru Besar Pendidikan Matematika UMP, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/UMP)

Berbagai prestasi dan capaian yang telah diraih tidak lantas membuat Ahmad berpuas diri. Tidak heran jika sejumlah penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional telah berhasil diraihnya.

Ahmad pernah mendapat amanah sejumlah jabatan, yakni kepala laboratorium workshop pendidikan matematika FKIP UMP, Ketua Program Studi pendidikan matematika FKIP UMP, sekretaris eksekutif BPH UMP, Sekretaris BPH UMP, Dekan FKIP UMP.

Belum cukup sampai disitu, Prof Ahmad juga pernah menjadi staf khusus rektor UMP, konsultan kelembagaan beberapa PTM, hibah beberapa PTM, asosiasi LPTK PTM Indonesia, Pengurus Forum PPG NASIONAL, Koordinator PPG FKIP UMP.

Kegiatan lain, Prof Ahmad aktif di Indonesian Mathematics Educators' Society (I-MES), Indonesian Mathematical Society (INDOMS), Pengurus Cabang Muhammadiyah Kalibagor, assistensi majlis diktilitbang PP Muhammadiyah, Dosen Pakar, DETASER DIKTI KEMDIKBUD RISTEK, Asesor Kelembagaan DIKTI KEMDIKBUD RISTEK, Pengurus Asosiasi Muslim Asia Tenggara/AMCA, Dewan Pakar Reviewer Jurnal PGRI Kabupaten.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya