Riwayat Kerbau Bule di Alun-Alun Selatan Solo, dari Kenang-Kenangan sampai Pengawal Pusaka Keraton Surakarta

Sebagian masyarakat Solo mengenal kerbau atau kebo dalam bahasa Jawa ini dengan nama Kiai Slamet.

oleh Tifani diperbarui 24 Jul 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2022, 00:00 WIB
Kirab Kebo Bule
Kawanan Kerbau Bule keturunan Kerbau Pusaka Keraton Kyai Slamet membuka jalan bagi rombongan Kirab Peringatan Malam 1 Suro Keraton Surakarta Hadiningrat, di Solo, Sabtu (31/8/2019). Kirab diadakan tepat malam 1 Suro yang menandai pergantian tahun baru penanggalan Jawa (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Solo - Keberadaan kerbau bule di kawasan Alun-Alun Selatan Solo, Jawa Tengah kerap menyita perhatian para pengendara yang melintas. Warna kulit kebau yang putih kemerahan membuat kerbau ini dijuluki sebagai “bule”.

Sebagian masyarakat Solo mengenal kerbau atau kebo dalam bahasa Jawa ini dengan nama Kiai Slamet. Bukan hanya itu, kerbau miliki Keraton Surakarta ini juga dianggap keramat dan bertuah.

Dikutip dari berbagai sumber, kebau bule merupakan salah satu pusaka milik Keraton Surakarta. Konon, leluhur kebau bule adalah hewan kesayangan Pakubuwono II.

Dalam cerita lain disebutkan, kerbau bule didapatkan Pakubuwono II dari Bupati Ponorogo sebagai kenang-kenangan. Konon Pakubuwono II melakukan semedi setelah sampai di Ponorogo.

Dalam semedinya, ia mendapatkan petunjuk mengenai benda pusaka bernama Kiai Slamet. Pusaka tersebut dapat dijadikan media untuk menyejahterakan masyarakat Keraton Surakarta pada saat itu.

Terlebih kondisi Keraton Surakarta luluh lantak karena geger pecinan. Sebagai syarat, Pakubuwono II harus mencari kerbau berwarna putih untuk mengawal pusaka tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Pengawal Pusaka

Berdasarkan cerita tersebut, kerbau bule milik Keraton Solo ini bukan lah pusaka Kiai Slamet yang selama ini dikenal. Namun merupakan pengawal pusaka tersebut, hingga kini diketahui Keraton Solo tak pernah menggambarkan seperti apa pusaka Kiai Slamet tersebut.

Konon, saat PB II sedang mencari lokasi untuk keraton baru pengganti Keraton Surakarta, leluhur kebo-kebo bule itu dilepas. Kemudian, kerbau-kerbau bule itu diikuti para abdi dalem keraton.

Akhirnya, kebo-kebo bule itu berhenti di lokasi yang kini menjadi Keraton Kasunanan Surakarta. Hingga saat ini kerbau bule selalu ditunggu-tunggu masyarakat saat kirap 1 Sura dilaksanakan.

Kerbau bule akan dikirab dan menjadi cucuk lampah atau pembuka/pengawal dari pusaka-pusaka keraton lainnya. Di malam 1 Sura, yang dinilai sakral oleh masyarakat Jawa, kerbau bule diperlakukan istimewa.

Mereka akan dikalungi bunga melati. Sebelum kirab dimulai, mereka “dijamu” dengan ubi. Konon, kirab tidak akan dimulai bila rombongan kerbau bule itu belum mau keluar dari kandangnya.

Kirab malam 1 Sura dihadiri oleh banyak orang, tak hanya warga Solo saja. Beberapa dari mereka ada yang berkeinginan untuk ngalap berkah atau mencari berkah dari kerbau bule.

Maka tak jarang ada pengunjung yang ingin menyentuh kerbau bule, bahkan sampai mengambil kotorannya. Mereka percaya hal-hal tersebut mendatangkan manfaat, baik itu untuk keselamatan, panjang umur, awet muda, menyuburkan tanah, dan lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya