Liputan6.com, Denpasar Reportase: Dewi Divianta
Perang Puputan atau yang oleh masyarakat Bali dikenal juga dengan perang penghabisan adalah sebuah tindakan perlawanan dari masyarakat Bali terhadap para penjajah yang dahulu ingin menguasai Bali.
Tercatat ada empat peristiwa Puputan yang pernah terjadi di Bali, namun yang paling fenomenal adalah Puputan Badung. Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut, maka belum lama ini Puputan Badung ditampilkan dalam bentuk kreativitas seni budaya.
Festival yang digelar Banjar (Dusun) Tainsiat, Denpasar itu mengambil tema Mahabandana Prasada. Dalam acara tersebut pula warga Bali berkesempatan melihat keris pusaka Puputan Badung dan Lontar Kekawian Cokorda Mantuk Ring Rana.
Pada kesempatan itu, Wali Kota IB Rai Dharmawijaya Mantra mengatakan, peringatan Puputan Badung sebagai spirit nilai-nilai positif semangat kepahlawanan yang telah dipahamai oleh masyarakat.
"Kegiatan ini telah mendapat sambutan dan pengertian yang baik di masyarakat, salah satunya Banjar Tainsiat sebagai pelaku sejarah dengan peranan yang sangat baik dalam mengkemas FPB," ujar Wali Kota Rai Mantra.
Ia berharap kegiatan ini dapat menginspirasi kaum muda untuk semakin mendekatkan anak-anak muda pada sejarahnya.
Di samping menampilkan prosesi budaya, Festival Puputan Badung ini juga diisi dengan kegiatan pasar rakyat yang mengangkat potensi warga "Banjar Prekanti" yakni Banjar Tainsiat, Banjar Kaliungu Kaja dan Banjar Tampak Gangsul.
Selain acara di atas, digelar juga pemeriksaan kesehatan gratis, pameran foto perjuangan Puputan Badung dan berbagai hiburan yang bertempat di Banjar Tainsiat.
Darmaja mengharapkan kegiatan ini mampu memberikan warna berbeda dalam kegiatan festival baik yang dilaksanakan Pemerintah Kota Denpasar, maupun warga masyarakat yang ada di empat kecamatan di Kota Denpasar. (Dewi Divianta/Ars)