Liputan6.com, Jakarta Tak ada yang salah dengan pekerjaan mencuci. Masalahnya menjadi berbeda ketika kegiatan-kegiatan domestik seperti itu diklaim sebagai kodrat satu gender. Dalam sejarah peradaban, aktivitas rumah tangga dikenakan sebagai identitas keperempuanan. Bukan hanya hal itu melimitasi ruang gerak pengembangan potensi diri, yang lebih berbahaya adalah asumsi dibalik ide itu bahwa perempuan tak punya kapabilitas untuk berkecimpung di urusan-urusan lain.
Perkembangan perjuangan melawan diskriminasi gender salah satunya mewujud dalam pencetusan 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional oleh Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 1975. Terkait perayaan hari itu, media-media internasional menyorot jersey Pusamania Borneo Football Club, Samarinda, buatan label Salvo. “Washing Instructions. Give This Jersey To Your Woman. It’s Her Job” demikian kalimat-kalimat itu tercetak pada baju olahraga itu.
Advertisement
Seperti dilansir dari Independent.co.uk pada Senin (9/3/2015), akun Twitter @SALVO_ID pada 7 Maret 2015 menulis beberapa tweet sebagai respons berbagai komplain untuk menjelaskan maksud dari kalimat-kalimat yang ada di jersey tersebut. “3. Pesan sederhananya `drpd repot2 dan salah nyucinya, lebih baik serahkan ke wanita aja, karena mereka memang lebih paham masalah itu`” tulis akun Twitter tersebut.
Tweet-tweet selanjutnya berbunyi “4. Tidak ada sama sekali maksud untuk merendahkan wanita. Justru sebaliknya, belajarlah merawat pakaian dari wanita krn mereka lebih telaten.” “5. Karena memang tidak semua pria paham/becus bagaimana cara merawat sendiri pakaiannya, wanita lebih paham/expert untuk masalah itu.” Rangkaian tweet tersebut kemudian diakhiri dengan sebuah permintaan maaf. “6. Terkait multi-interpretasi yang timbul kami memohon maaf sebesar-besarnya, demikian penjelasan dari kami. Terima kasih.”