Liputan6.com, Jakarta Anda yang lahir pada tahun 70 hingga 80-an pasti ingat betul dengan sampul buku "Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 1" dan buku "Belajar Membaca dan Menulis Kelas 2" Sekolah Dasar dengan gambar tiga anak sekolah. Sketsa yang menghiasi sampulnya adalah hasil goresan tangan Drs. Suyadi alias Pak Raden.
"Kekuatan garis hitam-putihnya, juga gerak dan ekspresi dalam gambarnya itulah yang menggerakan hati saya,"kata Prasodjo Chusnato, kurator yang juga manajer Pak Raden.
Ya, Suyadi acap menggambarkan kehidupan anak Indonesia penuh kegembiraan, lengkap dengan efek dramatisnya. Ada yang asyik dengan layangannya. Ada yang ikut ‘terbawa’ orang tuanya ngamen di sebuah kedai. Ada yang seru sendiri saat bermain gendang masal. Anak-anak Indonesia tergambar ria dengan aktivitasnya, bermain. Ada juga puluhan gambar wajah membesut karakter, bermimik penuh ekspresi. Close up dan hidup.
Advertisement
Unyil hanya sebagian kecil dari kiprah seni seorang Suyadi. Jagat panggunglah yang menjadi semestanya. Sebagai seniman lukis yang telah menghasilkan puluhan lukisan bergaya figuratif-naratif, kata Prasodjo.
Suyadi adalah seorang penulis buku sekaligus menjadi ilustrator bukunya. Suyadi juga pendongeng dengan gaya yang khas dengan boneka dan menggambar.
Suyadi adalah seniman Jawa yang mampunyai atensi pada seni tari, gamelan, karawitan, dan menjadi seorang dalang. Suyadi juga salah satu tokoh yang sangat berpengaruh terhadap sejarah perkembangan awal animasi di Indonesia. Suyadi juga seorang pengajar, baik sebagai guru seni akademik di seni ilustrasi di almamaternya, ITB Bandung, pengajar khusus animasi di IKJ Jakarta dan pembicara pada workshop dongeng dan animasi di even-even khusus.
"Kehidupan Suyadi keseluruhannya didedikasikan untuk anak-anak. Sebagai sebagai pecinta anak-anak ia mencurahkan hasil kreasinya dalam bentuk dongeng, buku, dan lukisannya untuk anak-anak Indonesia. Puluhan buku cerita anak hasil karyanya beredar sejak tahun 70-an, bahkan hingga sekarang,"ujar Prasodjo.