Kisah Mo Chang, Profesi Penjinak Gajah Tertua di Thailand

Bagi bangsa Thailand, gajah telah menjadi ikon nasional, binatang yang cerdas dan membawa keberuntungan.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 30 Mar 2016, 16:31 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2016, 16:31 WIB
Mo Chang
Banyak laki-laki meninggalkan profesi Mo Chang setelah pemerintah setempat mengeluarkan aturan yang memperketat perburuan gajah liar.Foto: Weather/ Nuttawut Jaroenchai.

Liputan6.com, Jakarta Bagi bangsa Thailand, gajah telah menjadi ikon nasional sejak zaman kuno. Raksasa lembut ini tidak hanya dipandang memiliki kekuatan, tapi juga dianggap binatang yang cerdas dan menjadi simbol keberuntungan. Kelekatan bangsa Thailand dengan gajah sudah terjalin lama, bahkan ada satu desa di Thailand yang dikenal sebagai desa gajah bernama Ban Ta Klang.

Seperti diberitakan situs Weather, Rabu (30/3/2016), orang-orang Ban Ta Klang telah memelihara gajah sebagai teman untuk bekerja di ladang sejak ratusan tahun silam. Kedekatan mereka telah dibuktikan dengan saling berbagi ruangan dalam satu tempat tinggal. Tak heran jika dari desa terpecil Thailand ini lahir “Mo Chang”, sebutan bagi laki-laki yang terampil menjinakkan gajah liar.

Meski demikian, menurut Bangkok Post, profesi Mo Chang di Desa Ban Ta Klang kini hanya tersisa empat orang. Banyak laki-laki meninggalkan profesi tersebut setelah pemerintah setempat mengeluarkan aturan yang memperketat perburuan gajah liar.

Bagi bangsa Thailand, gajah telah menjadi ikon nasional, binatang yang cerdas dan membawa keberuntungan. Foto: Weather/Nuttawut Jaroenchai

Mengingat tidak ada lagi kesempatan untuk menangkap gajah liar dan memanfaatkan tenaganya, para Mo Chang kini bekerja memperkenalkan desa mereka kepada para wisatawan yang datang. Seorang fotografer bernama Nuttawut Jaroenchai yang mengunjungi Provinsi Surin, tempat Desa Ban Ta Klang berada, berhasil menangkap gambar yang menakjubkan tentang desa gajah tersebut.

Desa Ban Ta Klang di Thailand menjadi museum terbuka bagi mereka yang tertarik dengan gajah. Foto: Weather/ Nuttawut Jaroenchai.

“Saya pikir desa ini menyimpan keindahan yang menakjubkan, orang dapat berkomunikasi dengan gajah dan hidup bersama menjadi satu keluarga,” ungkapnya.

Ban Ta Klang telah menjadi “museum terbuka” bagi mereka yang tertarik dengan gajah. Wisatawan yang berkunjung dapat menyaksikan Pusat Sudi Gajah, yaitu rumah pelatihan bagi banyak gajah. Gajah-gajah yang telah terlatih akan tampil di festival gajah Surin yang terkenal.Tak hanya itu, wisatawan yang datang juga dapat mendaftar menjadi relawan dalam berbagai kegiatan, seperti merawat gajah, menyediakan makanan gajah, hingga memandikannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya