Menpar Arief Yahya Jualan 10 Bali Baru ke Investor Tiongkok

Kali ini, Menpar Arief Yahya tidak hanya mempromosikan Wonderful Indonesia di pasar Tiongkok.

oleh hidya anindyati diperbarui 29 Agu 2016, 16:30 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2016, 16:30 WIB
Kali ini, Menpar Arief Yahya tidak hanya mempromosikan Wonderful Indonesia di pasar Tiongkok
Kali ini, Menpar Arief Yahya tidak hanya mempromosikan Wonderful Indonesia di pasar Tiongkok

Liputan6.com, Shanghai Kali ini, Menpar Arief Yahya tidak hanya mempromosikan Wonderful Indonesia di pasar Tiongkok yang tahun 2015 lalu, outbound traveler-nya 120 juta orang itu. Tetapi juga menawarkan skema investasi menarik bagi para investor yang ingin menanamkan modal di sektor pariwisata di tanah air.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 asumsi pemerintah 5,3%, sama dengan prediksi oleh analis The World Bank dan Standard Chartered. ADB (Asian Development Bank) lebih optimis 5,4%,” kata Menpar Arief Yahya dalam Business Forum yang digelar INACHAM – Indonesia Chamber of Commerce in China di Grand Hyatt, Shanghai.

Realisasi investasi juga terus mengalami pertumbuhan positif. Tahun 2015, investasi naik 17,8% dengan realisasi USD 40,4 Miliar. Sedangan komitmen untuk investasi mencapai USD 137 Miliar, atau naik 45% dari tahun sebelumnya.

“Persentase realisasi investasi di sector pariwisata lebih besar lagi, naik 53% dari tahun lalu. Nilainya USD 1,049 juta. Investasi di pariwisata itu menyumbangkan 2,29% dari total investasi nasional,” jelasnya.

Presiden Joko Widodo, menurut Arief Yahya, menempatkan 5 prioritas utama dalam membangun Indonesia saat ini. Infrastruktur, maritime, pangan, energy dan pariwisata. Baru kali ini Pariwisata menjadi amat penting dalam prioritas pembangunan nasional.

“Karena memang hanya pariwisata diantara penyumbang devisa yang terus mengalami pertumbuhan. Yang lain, seperti minyak dan gas bumi, batubara, kelapa sawit, tiga terbesar itu turun drastis,” ucap Arief Yahya.

Lalu apa yang hendak dibuka untuk investasi di Pariwisata? Menpar Arief menyebut percepatan pengembangan destinasi 10 Bali Baru. Dia memaparkan potensi dari Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu dan Kota Tua Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru Jawa Timur, Mandalika Lombok NTB, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara.

Di semua lokasi itu akan dibuat Badan Otorita yang tugas utamanya membangun KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Pariwisata. Kawasan yang dikelola untuk membangun amenitas, seperti hotel, resort, convention, theme parks, golf course, restoran, café, dan segala fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan saat stay.

“Dari 10 top destinasi itu, dibutuhkan investasi di kisaran USD 20 Miliar. Dari jumlah itu, pemerintah Indonesia akan menyiapkan 50%-nya dalam bentuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan, tol, bandara, pelabuhan, dan sebagainya. Sisanya, USD 10 Miliar mengajak private sector atau swasta untuk membangun amenitas,” kata Arief Yahya di hadapan para pengusaha Tiongkok itu.

Dari USD 10 itu, kata Arief Yahya, diharapkan bisa didapat dari investor Tiongkok yang saat ini memiliki capital yang paling kuat untuk berinvestasi. Apa saja bentuk investasi yang dibutuhkan? Hotel, sampai tahun 2013 baru ada 57.724 kamar, diproyeksikan 120.000 di 2019.

Restoran, existing 9.120 buah, tahun 2019 butuh 15.000. Marina atau tempat sandar yacht (perahu pesiar) baru ada 10 tempat, dibutuhkan 100 biji di tahun 2019. “Masih banyak lagi, seperti KEK Pariwisata, diving operator, international recreation parks, dan lain-lain yang membutuhkan investasi,” kata dia.

Apa keuntungan jika investasi di sector Pariwisata yang ditawarkan Menpar Arief Yahya itu? “Banyak insentif dan fiscal yang didapat. Ada keringanan pajak, import duty, pajak PPn dan PPnBM. Sehingga pengusaha bisa mengimpor barang-barang untuk melengkapi building atau projeknya dengan lebih ekonomis, untuk mendorong agar industrinya segera berjalan di Special Economic Zones (SEZ) itu,” ungkap Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.

Kemenpar sendiri sudah melakukan deregulasi terhadap banyak hal, selama hampir 2 tahun di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo ini.

Tiga regulasi yang terkait dengan international openness itu. Pertama, pemberlakuan kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) yang saat ini sudah 169 negara bebas masuk ke Indonesia. Kedua, implementasi CAIT –Clearance Approval for Indonesia Theritory, untuk yacht, sehingga izin untuk memasukkan perahu pesiar yang hendak sailing ke perairan Indonesia tidak lagi butuh 3 minggu. Cukup 3 jam selesai, dan targetnya sama dengan Singapore maupun Hongkong, 1 jam selesai.

Ketiga, pencabutan asas Cabotage, yang memberi keleluasaan kepada cruise atau kapal pesiar untuk menaik-turunkan penumpang di 5 pelabuhan besar di tanah air. Sehingga orang bisa cruise and fly. Terbang dulu ke destinasi wisata, lalu dilanjutkan dengan cruising, berkeliling pulau-pulau indah di tanah air.

“Indonesia itu, memiliki wisata bahari yang sangat bagus. Tidak perlu diragukan lagi keindahan alamnya. Banyak orang yang tidak tahu, CNN International sudah merilis, snorkeling site terbaik di dunia ada di Raja Ampat. Runner up-nya adalah Labuan Bajo, NTT,” ungkap Arief Yahya.

Vincensus Jemadu, Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah Asia Pasific Kemenpar, yang membawahi China mempresentasikan satu per satu 10 top destinasi itu.

Banyak yang tertarik oleh presentasi pria yang biasa dipanggil Inspektur VJ itu. “Prinsipnya, business lead, government support. Untuk public investment, membangun bacis infrastructure dan fasilitas pendukungnya. Private investment menggarap amenitasnya,'' ujar Vincen.

 

#PesonaIndonesia (*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya