Liputan6.com, Jakarta Wisata sejarah seperti mengunjungi candi dan museum menjadi hal yang mulai diminati saat ini. Kesadaran terhadap kekayaan budaya ini membuat kecintaan terhadap peninggalan sejarah semakin tinggi. Jika ingin menelusuri kekayaan budaya yang masih belum terkuak, Anda dapat mengunjungi Museum Taman Prasasti.
Terletak di Jalan Tanah Abang No 1, Jakarta, Anda dapat menemukan museum dengan konten budaya yang kaya dan tidak biasa. Museum Taman Prasasti, dari namanya Anda sudah dapat membayangkan ribuan prasasti tersusun dengan rapi di dalamnya bukan?
Sebelum menjadi museum, tempat ini awalnya merupakan pemakaman yang bernama Kebon Jahe Kober. Pada 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu. Museum diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 1977.
Advertisement
Museum unik ini menyimpan koleksi nisan yang sebagian besar dipindahkan dari pemakaman Nieuw Hollandse Kerk pada awal abad 19. Nisan yang dipindahkan ini ditandai dengan tulisan HK, Hollandsche Kerk.
"Semula Museum Taman Prasasti dulunya pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 hektare dan dibangun tahun 1795 untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk. Karena perkembangan kota, luas museum ini kini menyusut tinggal hanya 1,2 hektare saja." ungkap Wahyono (46 tahun), salah satu penjaga museum saat diwawancarai Liputan6.com, Rabu (14/9/2016).
Museum ini memiliki koleksi prasasti nisan kuno serta miniatur makam khas dari 27 provinsi di Indonesia, beserta koleksi kereta jenazah antik. Museum berbentuk terbuka ini juga menampilkan karya seni dari masa lampau tentang kecanggihan para pematung, pemahat, dan sastrawan yang menyatu dalam satu kompleks museum.
Legenda Kapiten Jas Masih Menyimpan Misteri
Sebuah makam yang paling menarik ketika mengunjungi museum Taman Prasasti ini adalah Makan Kapitan Jas. Makam ini merupakan salah satu makam misterius di tempat ini namun dipercaya memberi kesuburan dan keselamatan.
Nama Kapiten Jas diduga berhubungan dengan Jassen Kerk, sebuah gereja Portugis. Pada abad ke-17, karena kondisi Batavia yang tidak sehat, banyak warga meninggal dan dimakamkan di halaman gereja ini. Tanah pemakaman di halaman gereja inilah yang disebut “Tanah Kapiten Jas”.
Lantas, siapakah yang dimakamkan di sana? Belum diketahui pasti dan masih menjadi misteri, namun menurut penjaga museum, jasad yang ada di situ ketika dipindahkan mengalami hambatan, yaitu peti matinya terlilit akar pohon yang tumbuh di sampingnya.
Wisata Sejarah Museum Taman Prasasti
Seperti pada museum-museum lainnya di Jakarta, museum yang pengelolaannya berada dalam satu manajemen dengan pengelola Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah ini beroperasi setiap Selasa hingga Minggu, mulai pukul 9 pagi hingga 3 sore, dan tutup di Senin dan hari libur nasional.
Hanya dengan membayar Rp 5 ribu, Anda dan keluarga sudah bisa berwisata sejarah menyaksikan keindahan patung dan karya seni peninggalan zaman Belanda.
Ketika berkeliling taman yang berisi jejeran makam dan batu Anda akan disuguhkan wisata sejarah membawa Anda pada suasana hening duka, suram, dan kematian yang sangat terasa. Seperti merasakan langsung bukti sejarah saat masa penjajahan Belanda.