Liputan6.com, Jakarta Pepatah “Gajah mati meninggalkan gading” memang benar adanya. Karena usaha yang besar dan menginspirasi orang lain, seorang seniman akan tetap hidup dalam karya-karya apik yang telah diciptakan. Hal inilah yang membuat Indonesian Dance Festival memberikan IDF Award tahun ini kepada Hoerijah Adam yang diterima oleh anak-anaknya, Muhammad Jujur dan Muhammad Ikhlas di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Selasa (1/11/2016).
IDF Award diberikan untuk penghormatan dan penghargaan kepada para seniman yang masih ada, maupun yang sudah tiada yang memiliki jejak penting di dunia seni tari Indonesia. Hoerijah Adam, seorang koreografer Indonesia yang lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat pada 6 Oktober 1936 ini, dipandang memiliki warisan penting yang menjadi inspirasi berbagai seniman tari saat ini.
Salah satu warisan yang diberikan oleh Hoerijah Adam adalah menggali kekayaan dalam tari Minang, berdasarkan gerak gerik silat Minangkabau. Pada tahun 1968 beliau menetap di Jakarta dan mendirikan “Bengkel Tari” di Taman Ismail Marzuki. Berbagai penghargaan juga diberikan kepada Hoerijah, yaitu penghargaan anugerah seni dari Presiden Soeharto pada tahun 1977. Pada tahun 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga memberikan penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma kepada Hoerijah.
Advertisement
Secara khusus, IDF 2016 menghadirkan program Retrospeksi tentang Hoerijah Adam yang membahas tentang karya dan perjalanan hidup hingga berpulang pada tahun 1971. Kegiatan ini juga akan menampilkan film kisah hidup Hoerijah “Playing Barabah”, yang telah direkonstruksi oleh Katia Engel dari Jerman. Film ini akan dipadukan dengan pertujukan tari oleh Sentot Sudiharto dari Indonesia.
Berbagai arsip yang berkaitan dengan Hoerijah Adam juga akan dipamerkan kepada khalayak seperti foto dan dokumen, yang menjadi saksi perjalanan karya seniman ini. Penampilan dan workshop mengenai Barabah juga akan dipertunjukkan pada IDF 2016 yang dibawakan oleh SMKN 7 Padang di bawah bimbingan Ery Mefri.