Kota Semarang Mulai Masuk Radar Pariwisata

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo serius dan berkomitmen menyulap Semarang menjadi destinasi berkualitas.

oleh Liputan6 diperbarui 27 Nov 2016, 11:05 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2016, 11:05 WIB

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang bertanya-tanya, apa top mind destinasi wisata Kota Semarang? Jawaban nomor satu selalu saja kuliner, lumpia atau leonpia, wingko babat, mie jowo, tahu gimbal, soto bangkong, dan sebangsanya. Itu tidak salah, tetapi bagi wisatawan mancanegara, butuh sesuatu yang monumental dan berkesan di mata dan hati.

Beruntung, belakangan ibu kota Jawa Tengah ini banyak dikunjungi tokoh penting dunia, yang memberi impact pada promosi pariwisatanya. Pertama, istri Perdana Menteri Singapura, Ho Ching yang hadir bersama PM Lee Hsien Loong dan sejumlah menteri-menterinya. Mereka disambut oleh Presiden Joko Widodo yang juga didampingi para menteri kabinet kerja.

Lalu Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte, dan Menteri Infrastruktur dan Lingkungan Kerajaan Belanda Melanie Schultz van Haegen yang juga hadir di Semarang. Pamor Semarang langsung terdongkrak oleh kehadiran tokoh-tokoh tersebut.

“Semarang ada Lawang Sewu, sudah bisa digelar pemotretan peragawati, konser kecil juga sudah bisa. Kota lama juga sudah mulai diperbaiki berbagai fasilitas umunya, bisa menjadi destinasi wisata, bisa juga untuk pameran. Semarang memiliki tempat budaya seperti Sam Poo Kong. Selalu ada kegiatan perayaan datangnya Laksamana Cheng Ho dan selalu jadi rujukan pariwisata,” kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Gubernur yang menyukai lagu-lagu rock itu memang terbilang serius dan berkomitmen menyulap Semarang menjadi destinasi berkualitas. Kawasan yang dulunya dikenal dengan hal yang seram-seram dan kumuh, sekarang suasananya beda.

Seperti pengakuan Istri Perdana Menteri Singapura, Ho Ching, di sela-sela Leaders’ Retreat, di Semarang, Senin (14/11) silam. Saat itu, Ibu Negara Singapura itu dibuat terkagum-kagum dengan keindahan kaca patri di Lawang Sewu, yang berselera Eropa, dengan warna warni jika ditimpa cahaya matahari pagi.

Pada 22 November 2016, giliran Perdana Menteri Belanda Mark Rutted an Menteri Infrastruktur dan Lingkungan Kerajaan Belanda Melanie Schultz van Haegen, yang dibuat terpana dengan keindahan Kota Tua dan Gereja Blendhuk Semarang. Dalam kunjungannya ke kawasan yang dikenal dengan nama Little Netherland itu, Rutte dan van Haegen beberapa kali mengungkapkan kekagumannya terhadap keutuhan beberapa bangunan kuno di Kota Lama.

Menpar Arief Yahya menyebut, Kota Semarang menemukan momentum untuk bangkit sebagai kota wisata. Kota Lama bisa menjadi ikon baru yang bisa dipromosikan, ketika semua infrastruktur dan penataannya sudah baik. Dan itu akan menjadi kekuatan tersendiri bagi Kota Semarang.

Arief Yahya yang lama sekolah di Surrey University Inggris itu sangat kenal dengan kekuatan Eropa dalam pariwisata. Yakni heritage building dengan segala ornament dan kekuatan sejarah masa lalunya. Dan Semarang punya banyak peninggalan Belanda yang kondisinya masih kelihatan bagus. “Perbaiki drainase, biar airnya tidak mampet dan tidak menimbulkan aroma tidak sedap, jalan dirapikan, dibuat lebar, ada tempat jalan kaki dan ruang terbuka public, lalu lighting yang terang dan artistic, menyorot ke detail bangunan,” katanya.

Tinggal diatur landscape yang cantik, dan lokasi-lokasi yang bagus untuk fotografi dan selfie yang dengan sekali jepret itu sudah menunjukkan Kota Lama Semarang. “Saya percaya komitmen Pak Gubernur Ganjar Pranowo, pada asset Pariwisata di Jawa Tengah,” kata Arief Yahya.

“Kami jadi makin pede mengajak 32 Travel Agent/Travel Operator MATTA, jurnalis dan blogger Malaysia FAM Trip di Jateng dan Jogjakarta. Banyak testimoni positif dari tokoh-tokoh dunia. Banyak yang bisa dieksplor dan semuanya keren-keren,” timpal Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran Asia Tenggara Kemenpar, Rizki Handayani Mustafa yang didampingi Kabid Perjalanan Wisata Pengenalan Pasar Asia Tenggara Kemenpar, Hari Budiarti.

Lawang Sewu misalnya. Gedung peninggalan Belanda itu kini telah disulap menjadi gedung yang cantik. Dilengkapi dengan berbagai ruangan seperti showroom, ballroom hingga museum Kereta Api. Di sana dipamerkan berbagai macam benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan Kereta Api, selain itu ada juga sebuah gedung yang digunakan untuk memamerkan foto-foto proses ketika Lawang Sewu dipugar.

Setiap ruangan memamerkan berbagai macam benda bersejarah yang berbeda-beda. Di lantai duanya, terdapat kaca patri yang menceritakan kemakmuran dan keanekaragaman hayati di tanah Jawa, kemudian juga menceritakan bahwa saat itu Semarang dan Batavia berada di bawah kekuasaan kerajaan Belanda. Kaca patri ini bukan replika tetapi asli didatangkan dari Belanda. Dan di bulan November ini, kaca patri tadi sudah mendapatkan banyak pujian dari istri Perdana Menteri Singapura, Ho Ching.

“Bangunannya sangat artistik. Halamannya juga cukup luas. Saya jadi ingin membuat konsep penjualan paket wedding di sini,” ujar Samuel Chung Khong Nee, Managing Director Straits Central Travel & Tours Malaysia.

Kelenteng Sam Poo Kong punya cerita lain lagi. Bangunan yang difungsikan sebagai tempat beribadah masyarakat Tionghoa itu juga menyimpan sejuta pesona. Arsitektur, dupa, patung singa, lampion, semuanya bergaya Tiongkok. Sangat keren untuk dijadikan spot fotografi. Sejarahnya lebih ‘ngeri’ lagi. Kelenteng ini tak bisa dipisahkan dari nama besar Laksamana Cheng Ho, tokoh penjelajah bumi yang mashyur dan juga seorang penyebar agama Islam yang disegani.

Namanya sangat legendaris di tengah-tengah peranakan Tionghoa. Jejak Cheng Ho di Semarang sangat mendalam, karena konon keturunan Tionghoa di Indonesia telah bekerja susah payah bersama pribumi untuk membangun Kota Semarang.

Tak hanya itu, ekspedisi Cheng Ho yang dilakukannya membuahkan persahabatan dan ilmu pengetahuan. “Parkirnya luas, halamannya luas, sejarah dan arsitekturnya kental dengan nuansa Tionghoa. Ini bisa dikemas menjadi paket tour untuk komunitas Tionghoa yang populasinya mencapai 23,7% dari keseluruhan penduduk Malaysia,” tambah Samuel Chung Khong Nee.
Terakhir, ada kawasan Kota Tua Semarang yang tak kalah memesonanya. Waktu seolah berhenti di sana. Bangunan-bangunan yang berusia ratusan tahun itu masih terlhat eksis. Sebagian bahkan sudah direvitalisasi sehingga turut memberikan warna pada karakter kota Semarang. Kota jadi tidak kehilangan identitas.Denyut nadinya bahkan makin terasa lantaran hotel, penginapan, sentra kuliner, pusat cendera mata berkembang saling beriringan.

“Selama ini pesanan paket wisata ke Indonesia didominasi Bali, Lombok dan Jogjakarta. Belum banyak yang tahu soal Semarang. Ini harus segera dibuat paket-paket menarik karena ada begitu banyak yang bisa dinikmati di sini,” ujar Misharina Binti Laman, Tour Executive Sanbumi Holiday Malaysia. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya