Liputan6.com, Jakarta Saat berwisata ke pantai misalnya, Anda akan melihat begitu banyak sampah plastik terjebak di cabang-cabang pohon. Banyaknya sampah plastik yang Anda lihat tiap hari mungkin menjadikan Anda terbiasa melihat itu, dan akhirnya abai dengan persoalan yang sebenarnya tidak sepele ini.
Lebih dari 300 juta ton bahan plastik diproduksi tiap tahun yang akhirnya menjadi sampah, dan tahukah Anda bahwa perlu waktu ribuan tahun untuk menunggu plastik-plastik tersebut terurai dan rusak. Ini tidak adil, tiap berbelanja seseorang hanya menggunakan kantung plastik hanya 15 menit, namun dibutuhkan waktu paling tidak seribu tahun agar plastik tersebut terurai.
Yang paling mengerikan, dari ratusan juta ton bahan plastik yang diproduksi tiap tahun, sekitar 8,8 juta ton di antaranya dibuang ke laut, yang tentu mengancam kepunahan 700 spesies laut.
Di tengah ancaman sampah plastik di laut, Christine Ren, seorang pembuat film dokumenter bekerjasama dengan Brett Stanley yang juga merupakan seorang fotografer tergerak hatinya untuk membuat karya video epik di bawah laut.
Menurut informasi yang dikutip dari laman onegreenplanet, Selasa (27/12/2016), proyek video yang diberi judul “Blind Spots” memberi gambaran bagaimana sifat konsumerisme mendorong banyak orang untuk makin tidak perduli dengan ekosistem laut.
“Penggunaan penutup mata menunjukkan sikap apatis banyak orang terhadap dampak dari sampah plastik. Tentu jika tiap orang sipaksa untuk mau melihat bagaimana akhir dari sampah-sampah plastik yang mereka produksi, mereka akan berpikir dua kali sebelum sembarangan menggunakannya,” ungkap Ren.
Lebih jauh Ren mengatakan, pasar dapat mengubah dengan cepat pola konsumerisme, itu artinya tiap orang perlu punya kesadaran lebih untuk mau beralih ke bahan-bahan yang ramah lingkungan. Tidak perlu mengunggu, mengingat semua orang bisa melakukannya secara mandiri dengan menggunakan bahan alternatif untuk mengurangi jumlah polusi plastik yang sudah mencapai kadar mengkhawatirkan.