Sedapnya Makanan Lawas di Festival Kuliner Solo

Mengusung tema Heritage Culinary, Festival Kuliner Solo menyajikan beragam makanan tradisional yang kini mulai langka keberadaannya.

oleh Fajar Abrori diperbarui 09 Apr 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2017, 17:00 WIB
Festival Kuliner Solo
Tengkleng

Liputan6.com, Solo Gempuran makanan asing tak terelakkan. Seiring waktu makanan tradisional terpinggirkan. Imbasnya, tidak sedikit orang zaman sekarang yang tidak mengenal dengan kuliner tradisionalnya sendiri. 

Berangkat dari hal tersebut, Solo Indonesia Culinary Festival (SICF) digelar. Bertajuk "Heritage Culinary", SICF ketiga digelar di Stadion Manahan pada Kamis-Minggu (6-9 April 2017).

Puluhan makanan tradisi tersaji dalam seratusan stan, yang di antaranya makanan khas Puro Mangkunegaran. Ada bubur suran, lodoh pindang, moden tape, ketan srikaya, dan minuman wedang secang.

Bubur suran merupakan bubur dengan taburan suwir ayam opor, perkedel kentang mini, sambel goreng, telur, sayur bumbu tumbuk. Kemudian lodoh pindang adalah olahan nasi dengan taburan sosis basah, acar wortel dan mentimun, telur, perkedel ditambah sayur lodoh dan pindang.

Sajumi, penjaga stan Puro Mangkunegaran saat ditemui Liputan6.com, Sabtu (8/4/2017) mengatakan, bubur suran dan lodoh pindang merupakan khas dari Mangkunegaran. Makanan ini biasanya disantap khusus pada acara-acara tertentu.

"Kalau jenang suran dimakan saat bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Sedangkan lodoh pindang biasanya dimakan saat ada wayang kulit di Mangkunegaran zaman dulu," ungkap Sajumi.

Yang tak kalah unik adalah moden tape. Makanan penutup ini merupakan olahan tape ketan dicampur dengan telur dan susu.

"Rasanya manis, harganya Rp 5 ribu. Kalau nasi lodoh pindang Rp 10 ribu," kata Sajumi.

Sate Kere

Lalu ada lagi makanan yang kini semakin langka keberadaanya, yaitu nasi wiwit dan nasi jagung dari wilayah Boyolali. Menurut Dian Utami, pemilik stan Nasi Wiwit Desa Penggung, Boyolali, kuliner ini terdiri dari nasi dengan lauk gundangan, telur, suwir ayam, ikan asing dengan taburan bubuk kacang dan kedelai hitam. Menariknya makanan ini hanya disajikan ketika masyarakat menyambut masa panen.

"Nasi wiwit itu bahannya nggak digoreng semua. Jadi rebusan dan dipanggang. Ini khas Boyolali. Sudah jarang yang jual makanan kayak gini," kata Dian Utami.

Kue Putu

Sementara nasi jagung bahannya adalah nasi jagung dengan lauk urap, ikan asing dan sambel tumpang. Ada satu jenis makanan lagi yang menjadi pelengkapnya, yakni sambel oyok-oyok.

"Sambel ini (oyok-oyok) terbuat dari tempe semangit dengan campuran kelapa," katanya.

Di festival ini juga terdapat beberapa makanan tradisional lain, seperti putu, sate kere, tengkleng, dawet gempol pleret, dawet telasih, pecel ndeso, hingga brambang asem.

Dawet Gempol Pleret

Daryono, Ketua SICF mengatakan, event yang ketiga ini sengaja mengambil tema "Heritage Culinary". Karena ingin mengenakan kembali makanan tempo dulu yang menjadi sumber kekayaan ragam kuliner di daerah.

"Tahun ini ada sekitar 140 stan, sekitar 30 persennya adalah makanan kuliner lawas di beberapa daerah. Ada yang dari Solo, Purworejo, Pati dan Boyolali," ungkap Daryono.

Bubur Suran

Nasi Jagung

Nasi Wiwit

Lodoh Pindang

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya