Aksi Petani Lansia di Festival Marching Band Etnik Banyuwangi

Ribuan penonton terpukau penampilan para petani lansia yang ikut tampil di Festival Marching Band Etnik di Banyuwangi

oleh Dian Kurniawan diperbarui 30 Apr 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2017, 17:00 WIB
Marching Band
Ribuan penonton terpukau penampilan para petani lansia yang ikut tampil di Festival Marching Band Etnik di Banyuwangi (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta Banyuwangi selalu punya cara menarik dalam memampilkan budayanya. Kali ini, daerah di ujung timur Pulau Jawa itu menggelar Festival Marching Band Etnik pada Sabtu (29/4/2017). Pertunjukan marching band yang menggabungkan drum band modern dengan alat musik dan kesenian tradisional.

Teriknya matahari juga tidak menyurutkan ribuan peserta festival unjuk unjuk kemampuan di event yang masuk agenda Banyuwangi Festival (B-Fest) pertama kali ini. Pertunjukan diawali dengan penampilan drum band lansia Lalangan asal Desa Temuguruh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi.

Meski mayoritas pesertanya adalah petani dan ibu rumah tangga, mereka mampu tampil menghibur dan atraktif. Memainkan alat musik sambil berjoget mengikuti irama yang mereka mainkan. Penonton pun dibuat kagum dengan penampilan dan stamina mereka.

Festival dilanjutkan dengan penampilan 42 grup marching band dari SD, SMP, dan SMA/SMK. Dalam ajang ini, para peserta membawakan sejumlah lagu dengan iringan musik etnik yang dihasilkan dari alat musik drum band (klarinet, sexophone, drum, terompet, dan simbal) dengan alat musik tradisional seperti angklung, suling, kendang, dan saron.

Selain unik dan kental dengan nuansa etnik, peserta juga memakai pakaian tradisional khas Suku Osing Banyuwangi. Festival semakin semarak dengan kesenian tradisional seperti barong-barongan. Begitu juga lagu-lagu yang dibawakan, seperti lagu nasional dan lagu khas Banyuwangi, Donge Mekar, Ulan Andung-andung, Kali Lo, Tanah Kelahiran, dan Lagu Grajagan.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang membuka acara tersebut mengatakan festival ini menjadi media untuk penyaluran bakat dan potensi pelajar, khususnya kepiawaian bermusik.

“Kami terus mendorong agar anak-anak tak hanya piawai di bidang akademik, namun juga mampu mengeksplorasi potensi lain yang mereka miliki. Kami beri mereka ruang dan panggung untuk mengeksplorasi potensi dan kreativitas dalam memainkan alat musik,” tutur Anas, Sabtu (29/4/2017).

Sebelumnya, Banyuwangi telah menggelar beberapa rangkaian spesial yang ditunjukkan bagi pelajar daerah yaitu Festival Pendidikan dan Festival Sastra. Kedua festival ini menjadi etalase bagi segenap potensi pelajar Banyuwangi mulai karya inovasi siswa di bidang teknologi sampai ajang menyalurkan bakat sastra.

“Kami ingin memajukan kecerdasan akademik anak-anak Banyuwangi berbarengan dengan kecerdasan seni dan sastra agar anak-anak tumbuh dengan jiwa yang kaya," lanjutnya.

Ketua Komisi Pendidikan dan Penataran Pengurus Besar Persatuan Drumband Indonesia (PB PDBI) Kolonel Murianto Babay yang ikut menyaksikan Festival Marching Band mengaku bangga. Dia mengatakan baru pertama kali menyaksikan marching band yang berkolaborasi dengan alat musik tradisional.

“Banyuwangi luar biasa, ini menjadi pengalaman baru bagi saya selama berkecimpung di dunia drum band. Kolaborasi alat-alat drum band konvensional dan alat musik tradisional ini jadi inspirasi baru buat kami. Ide ini akan saya bawa ke pusat untuk bisa didopsi secara nasional,” ujar Kolonel Murianto.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya