Liputan6.com, Jakarta Beragam pertunjukkan teater biasanya menyimpan beragam makna dan simbol. Bersama Teater Djarum, Galeri Indonesia Kaya mempersembahkan lakon yang berjudul Nara di Auditorium Galeri Indonesia Kaya. Kelompok teater asal Kudus ini memberikan penampilan dengan warna tersendiri di dunia teater.
"Kali ini, Teater Djarum menampilkan lakon NARA yang tidak hanya menghibur, namun juga memiliki banyak pesan-pesan moral yang dapat menginspirasi penikmat seni. Kami harap, lakon yang juga menjadi produksi ke 24 Teater Djarum ini dapat menjadi sajian yang bermanfaat bagi para penikmat seni yang hadir dan dapat memberikan inspirasi bagi para generasi muda Indonesia untuk berkarya,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Jalan cerita pertunjukkan teater ini ditulis dan disutradarai langsung oleh Asa Jatmiko. Selama kurang lebih 60 menit, Nara mengisahkan seorang perempuan sebatang kara bernama Nara. Ia tinggal di pesisir pantai bersama bocah kecil ceria bernama Gendhuk dan Ibunya. Nara pun sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
Advertisement
Jalan cerita NARA
Sebagai seorang perempuan, Nara merupakan sosok perempuan yang cantik, cerdas, pemberani, dan kerap ikut melaut untuk membantu warga pesisir lainnya mencari ikan. Namun Nara dibawa secara paksa ke Kotapraja oleh penguasa pesisir bernama Gola. Tidak ingin terpisahkan, Gendhuk bersama ibunya pun ikut Nara ke Kotapraja.
Di Kotapraja segalanya terpenuhi, Nara, Gendhuk, dan Ibu Gendhuk bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa harus berusaha keras. Namun kemudahan itu tidak serta merta membuat Nara bahagia. Di Kotapraja Nara merasa kemerdekaannya direnggut karena ia dijauhkan dari warga-warga pesisir yang ia cinta, suasana pantai, dan ombak yang menjadi sumber keceriaannya.
Namun, segala fasilitas dan kemudahan yang ia dapatkan pun hilang ketika Gola tiada, segala kebutuhan yang awalnya terpenuhi mulai menghilang. Nara harus membayar pajak kepada Wira, pemimpin baru di Kotapraja. Sebagai sosok yang selalu bersemangat dan berusaha, Nara tidak menyerah.
Ia membuka usaha galeri bersama seorang pengusaha bernama Prana. Sayangnya, kesuksesan bisnis Nara membuat Wira geram dan akhirnya membakar galerimilik Nara. Bukan hanya usahanya saja yang hilang, Nara juga harus kehilangan Gendhuk, ibu Gendhuk, dan Prana. Nara yang merasa putus asa, akhirnya bangkit dengan semangat yang membara dan memulai semuanya kembali dari awal.
Advertisement
Menjadi contoh pentingnya semangat hidup
“Lakon Nara merupakan simbolisasi dari semangat hidup yang tidak pernah menyerah. Nara yang beradaptasi dengan cara berpikir, budaya dan gaya hidup yang berbeda dengan apa yang biasa ia rasakan. Melalui sosok Nara ini kami ingin mengajak penikmat seni untuk selalu bersemangat, gigih dan pantang menyerah dalam menghadapi berbagai rintangan dan masalah di dalam kehidupan, seperti api yang menyala, selalu menerangi dan memberi semangat bagi sekitarnya” ujar Asa Jatmiko, penulis naskah dan sutradara Nara.
Teater Djarum merupakan kelompok seni pertunjukan yang menjadi wadah ekspresi dan berbagai gagasan estetika para karyawan PT. Djarum. Teater Djarum terus berproses dan bermetamorfosa, berusaha menjadi kelompok teater yang semakin baik, indah, dan karyanya dapat memberi manfaat pembelajaran dan penyadaran bagi anggota dan organisasinya.
Jumari HS, Yudhi Ms, dan Asa Jatmiko merupakan sosok-sosok pendiri Teater Djarum, dengan dukungan penuh Thomas Budhi Santoso dan Oey Riwayat Slamet. Termasuk di dalamnya ada Adi Pardianto ketika masih di Kudus, sempat turut mengawal dan mengolah Teater Djarum.
Saat ini anggota Teater Djarum tidak kurang dari 35 orang. Menjalankan proses berteater, dan juga melakukan agenda-agenda pembelajaran untuk dunia teater di lingkungannya. Selain memproduksi karya-karya seni pertunjukan, Teater Djarum juga mengembangkan kegiatan kunjungan ke teater-teater sekolah, mengadakan Festival Teater Pelajar secara rutin setiap tahunnya, melakukan kegiatan sosial.