Liputan6.com, Jakarta Setiap wanita Indonesia itu cantik dengan segala kelebihan dan keunikannya masing-masing. Dengan keragaman suku dan budaya yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia, kecantikan wanita Indonesia begitu beraneka ragam dengan ciri khas masing-masing.
Dove, sebagai merek produk perawatan tubuh, pun sangat mempercayai hal tersebut. Karena itu, dengan menjunjung semangat Bhineka Tunggal Ika, Dove melakukan gerakan #CantikSatukanKita. Kampanye ini mengajak perempuan Indonesia untuk merayakan keberagaman kecantikan dan mendukung terciptanya lingkungan positif.
Para perempuan Indonesia diajak mengunggah foto diri bersama teman mereka ke Instagram. Mereka juga diajak untuk melihat kelebihan yang dimiliki sang teman dan menceritakannya di kolom caption. Beberapa peserta juga telah berkolaborasi dengan fotografer Diera Bachir dan para influencer Dove.
Advertisement
Merayakan kesuksesan gerakan tersebut, Dove merayakan Beauty Gathering dengan mengundang para wanita-wanita hebat di Indonesia, seperti beauty editor dan jurnalis senior, fotografer perempuan, dan beauty influencers. Bersama-sama mereka berdiskusi mengenai keberagaman kecantikan wanita Indonesia dan cara membangun lingkungan positif.
Adapun tiga narasumber yang diundang dalam kegiatan diskusi tersebut ialah Senior Brand Manager Dove & Tresemme Miranti Burhan, fotografer profesional Diera Bachir, dan psikolog klinis RSJ Sanatorium Dharmawangsa Tara de Thouars.
Dalam kesempatan tersebut, Diera Bachir menceritakan pengalamannya sebagai fotografer yang telah memotret perempuan Indonesia dari berbagai latar belakang ras, suku, dan budaya berbeda-beda. Menurutnya, kecantikan itu tidak hanya terpaku pada satu standar.
"Kalau pengalaman saya sebagai fotografer profesional di Indonesia telah membukakan pintu bagi saya untuk bertemu dengan orang-orang yang beragam dan dengan pengalaman yang juga berbeda-beda. Namun, di balik lensa, kecantikan yang beragam itu justru menjadi nilai tambah perempuan Indonesia. Kita itu unik karena kita memiliki kecantikan yang berbeda," ujar Diera, dalam acara Beauty Gathering Dove di Eastern Opulence Restaurant, Jakarta Selatan, Selasa (25/9/2018).
Sayangnya, masih banyak perempuan Indonesia yang tidak menyadari betapa cantiknya diri mereka. Riset Indonesia Beauty Confidence Report 2017 yang dilakukan oleh Dove menunjukkan bahwa 84 persen dari 306 partisipan tidak mengetahui bahwa diri mereka cantik.
Menurut Miranti, para partisipan tersebut lebih bisa melihat kalau perempuan lain itu cantik, sehingga lebih mudah memuji orang lain daripada diri mereka sendiri. Hal ini dibuktikan dari hasil riset yang menyatakan kalau 92 persen responden setuju bahwa setiap perempuan memiliki kecantikan dalam versi mereka sendiri dan 86 persen setuju kalau perempuan bisa tampil cantik di usia berapapun.
Tara de Thouars mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kepercayaan diri perempuan Indonesia. Salah satunya adalah kurang beragamnya standar kecantikan yang ditunjukkan di Indonesia.
"Di mana mereka merasa dirinya tidak mirip dengan standar yang ada, walaupun penduduk Indonesia beragam. Untuk itu saya lihat perlunya kita mengubah pola pikir kita dan standarisasi kita yang terbatas akan kecantikan. Kita harus melihat keberagaman itu justru hal yang baik. Kita semua cantik. Saat diri pribadi juga menyadari dan menerima keberagaman ini, tentu kita juga menciptakan lingkungan yang melihat keberagaman kecantikan sebagai kekuatan dan keunikan," ucapnya.
Tara melanjutkan, pola pikir tersebut juga akan berpengaruh terhadap gaya interaksi seseorang, baik offline maupun online. Menurutnya, tekanan-tekanan negatif sering kali justru menahan perkembangan diri.
Menciptakan lingkungan positif
Guna meningkatkan kepercayaan diri para perempuan Indonesia, Dove mengajak seluruh masyarakat untuk menciptakan lingkungan positif. Tara pun mengakui pentingnya lingkungan positif ini untuk membantu orang tak lagi membandingkan dirinya dengan orang lain.
"Lingkungan positif sangat penting untuk diciptakan, hal ini tentu akan membantu menghilangkan trauma-trauma. Nah hal ini harus bisa diterapkan dalam berbagai tempat kita berinteraksi secara sosial, baik offline maupun online. Ciptakan suasana positif, bijak dalam memberi komen dan mem-posting sesuatu saat kita berinteraksi di media sosial," kata dia.
Tak bisa dipungkiri, kini media sosial memang sangat berpengaruh terhadap penilaian seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain. Apabila ia banyak membaca komen negatif terhadap dirinya, maka akan mudah bagi dirinya untuk merasa rendah diri. Ia juga akan begitu mudah membandingkan dirinya dengan orang lain yang banyak mendapat komentar positif.
"Perkembangan digital telah mengubah cara kita berkomunikasi, dengan platform online kita dapat menyampaikan suara kita dengan lebih mudah. Namun di ranah digital ini, masih banyak orang yang mengkritisi atau berkomentar tanpa maksud atau landasan yang jelas dan tidak memiliki tujuan yang baik. Cercaan dan kata-kata negatif sering mengisi media sosial. Saya juga setuju dengan Mba Tara, situasi positif harus bisa kita ciptakan dimanapun kita berinteraksi, baik lingkungan offline ataupun ranah digital," ujar Diera.
Tambahnya, menciptakan ranah digital yang positif dan inklusif tersebut harus menjadi tanggung jawab setiap orang.
Yuk, mulai sekarang sebarkan konten positif dan pujian kepada orang-orang di sekitar kita, baik secara langsung maupun online. Jangan lupa juga untuk selalu merasa percaya diri ya, ingat kamu itu cantik!
(Adv)