Kemenpar Maksimalkan Potensi Destinasi Perbatasan

Kemenpar garap potensi destinasi digital di Crossborder.

oleh Cahyu diperbarui 07 Des 2018, 11:13 WIB
Diterbitkan 07 Des 2018, 11:13 WIB
Jembatan Barelang Dari Udara
Kemenpar garap potensi destinasi digital di Crossborder. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pariwisata (Kemenpar) semakin serius menggarap potensi destinasi perbatasan atau crossborder. Salah satunya lewat Seminar Destinasi Digital Crossborder di Batam, Kepulauan Riau. Kegiatan berlangsung di Grand I Hotel Nagoya Batam, pada 6-8 Desember 2018.

Ketua Umum Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Nasional, Mansyur Ebo, mengatakan bahwa Kemenpar akan melibatkan GenPI di crossborder sebagai peserta. Harapannya, mereka bisa membuat konten-konten digital yang membuat crossborder jadi lebih menarik.

“GenPI akan selalu mendukung tiap kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata, termasuk di crossborder. Terlebih lagi, acara ini bertujuan untuk memberikan strategi pemasaran destinasi digital agar dapat meningkatkan target kunjungan 20 juta wisatawan ke Indonesia pada 2019 nanti,” ujarnya, Kamis (6/12/2018).

Staf Kemenpar akan mengisi materi dalam kegiatan tersebut. Ada dari Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Teknologi Informasi, Samsriyono. Ia akan berbagi materi tentang strategi promosi pariwisata daerah crossborder.

Kemudian, ada Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Komunikasi dan Media, Muh. Noer Sadono. Ia akan membawakan materi media sosial sebagai promosi wisata digital. Selain itu, berbagai informasi lain juga akan disampaikan dari perwakilan GenPI Indonesia.

Samsriyono mengatakan, ada tiga formulasi dalam strategi marketing yang harus diterapkan.

“Strategi bisa dijalankan melalui program Branding, Advertising, dan Selling (BAS), kemudian insentif akses, hot deals, dan CDM. Juga melalui program Border Tourism, Tourism Hub, dan Low Cost Terminal,” ucapnya.

Adapun implementasi strategis dalam program Border Tourism adalah melalui program Joint Promotion. Misalnya, dengan penyedia transportasi, event crossborder, hot deals, destinasi digital, dan Mobile Positioning Data (MPD).

Program Tourism Hub memiliki implementasi strategis pada peningkatan peran VITO Singapore. Juga menjaring wisatawan mancanegara (wisman) Asia Tenggara dan Australia di Singapura.

“Sedangkan untuk Low Cost Terminal terdapat dua implementasi strategis, yaitu joint promo dengan Terminal 2 CGK dan joint promo dengan airlines yang membuka rute internasional ke LCT tersebut,” kata Samsriyono.

Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Komunikasi dan Media, Muh. Noer Sadono, menambahkan bahwa pengembangan pariwisata melalui destinasi digital harus didukung banyak pihak. Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota harus ikut mendukung melalui pengadaan infrastruktur dasar. Contohnya, jalan, air, listrik (JALI), dan utilitas dasar berupa telekomunikasi, yaitu koneksi Wi-Fi, tempat sampah, dan toilet.

“Selain itu, perlu juga menggandeng sejumlah anak muda di berbagai daerah untuk membangun destinasi digital melalui GenPI. Mereka adalah anak muda yang tergabung dalam komunitas yang akan membantu pengembangan pariwisata daerah,” ujarnya.

Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional I Kementerian Pariwisata, Masruroh, didampingi Kepala Bidang Area II Regional I Kepulauan Riau, Kiagoos Irvan, menambahkan bahwa terdapat tiga destinasi digital di Kepulauan Riau yang didukung oleh Kementerian Pariwisata. Tiga destinasi itu ialah Pasar Mangrove Kampung Terih Batam, Pasar Warisan Tanjungpinang, dan Pasar Bintan Bertuah.

Menurutnya, seminar tersebut merupakan salah satu bentuk dukungan Kemenpar untuk program pengembangan destinasi digital dan border tourism. Masruroh menjelaskan, target besar diberikan kepada crossborder, karena itu promosi melalui media digital menjadi sangat penting.

“Ketika media digital penting, kontribusi GenPI crossborder dan konten digital juga menjadi sangat penting,” ucapnya.

Sementara itu, Kiagoos Irvan, mengatakan bahwa tujuan dari seminar adalah meningkatkan sinergisitas stakeholder pariwisata di Indonesia. Juga pemahaman terhadap strategi pemasaran melalui destinasi digital di crossborder.

“Sasaran kegiatan ini adalah Dinas Pariwisata di wilayah crossborder, serta GenPI khususnya di wilayah crossborder, serta yang telah memiliki destinasi digital,” kata dia.

Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau, Buralimar, menambahkan bahwa peran GenPI dalam promosi cukup penting.

“Keberadaan GenPI sangat membantu promosi pariwisata Indonesia. Hal itu juga dirasakan di Kepulauan Riau. Banyak kegiatan dan destinasi menjadi viral setelah diangkat GenPI,” ujarnya.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, pun mengatakan bahwa Kemenpar akan meningkatkan potensi pariwisata perbatasan pada 2019. Ini sekaligus upaya untuk mencapai target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan 275 juta pergerakan wisatawan nusantara (wisnus).

“Tahun 2018 ini diperkirakan pariwisata perbatasan dapat menyumbang 18 persen dari total kunjungan wisman. Karena itu, tahun depan harus naik menjadi 20 persen atau sekitar 4 juta dari total 20 juta target wisman,” ucapnya.

Selain Batam (Kepulauan Riau), daerah lain yang dibidik untuk bisa menyumbang banyak wisman lewat crossborder adalah Atambua, Nusa Tenggara Timur yang bersebelahan dengan Timor Leste. Sayangnya, sejauh ini strategi pariwisata di dua daerah tersebut belum sistemik atau menjadikan crossborder tourism sebagai yang utama. Padahal, potensinya sangat besar.

“Kita akan segera benahi stateginya. Potensi pariwisata perbatasan atau crossborder tourism harus sudah kita maksimalkan tahun depan,” kata Arief.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya