Painting A Better Future, Karya Lukis Luar Biasa Anak-Anak Berkebutuhan Khusus

Ternyata, kondisi anak berkebutuhan khusus berpengaruh pada jenis lukisan yang dihasilkan karena karya itu merupakan ekspresi dari pembuatnya.

oleh Putu Elmira diperbarui 22 Feb 2019, 08:15 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2019, 08:15 WIB
Pembukaan Pameran Lukisan
Pemukulan gong oleh Dr. Poppy Dewi Puspitawati, M.A. Senin (20/2/2019) menandai dibukanya pameran lukisan peserta didik Daya Pelita Kasih. (dok. Liputan6.com/Esther Novita Inochi)

Liputan6.com, Jakarta – Anak-anak memiliki naluri yang besar untuk mengembangkan bakat. Baik anak-anak normal ataupun berkebutuhan khusus, mereka berhak mengembangkan potensi mereka sehingga menjadi orang yang mandiri dan berhasil.

Bentuk potensi mereka salah satunya adalah di bidang seni, terutama lukisan. Untuk itulah, pameran lukisan karya orang yang berkebutuhan khusus diadakan oleh Yayasan Daya Pelita Kasih. Pameran yang menampilkan 30 lukisan dari 16 siswa di yayasan tersebut bisa dikunjungi mulai tanggal 21 Februari - 15 Maret 2019 di Gedung Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta Selatan.

"Pameran ini diadakan secara umum agar masyarakat tidak memandang rendah orang yang berkebutuhan khusus," papar Katharina Lita Wewengkang, Ketua Yayasan Daya Pelita Kasih pada acara pembukaan pameran lukisan Rabu, 20 Februari 2019.

Katharina juga menegaskan bahwa tidak boleh ada diskriminasi antara orang yang hidupnya normal dan yang berkebutuhan khusus. "Orang berkebutuhan khusus juga memiliki hak untuk hidup dan memiliki harkat kemanusiaan," lanjutnya.

Pameran lukisan yang bertajuk ‘Painting A Better Future’ ini secara umum bertujuan untuk memberikan penghargaan terhadap bakat yang dimiliki oleh siswa berkebutuhan khusus dari Yayasan Daya Pelita Kasih. Mereka tahu bahwa setiap anak didik mereka itu memiliki keunikan, sehingga lukisan yang dipamerkan pun memiliki keragaman sesuai dengan karakternya.

Lukisan Berdasarkan Kemampuan Berkomunikasi

Ragam Lukisan
Ragam Lukisan yang dipamerkan di Erasmus Huis. (dok. Liputan6.com/Esther Novita Inochi)

Pameran ini membagi ragam dan aliran lukisan menjadi dua berdasarkan karakteristik yang dimiliki anak didiknya, yakni mereka yang memiliki kemampuan komunikasi dan yang kemampuan komunikasinya terbatas.

Menurut keterangan tertulis yang diterima, anak yang memiliki kemampuan komunikasi memiliki hasil lukisan yang beraliran realis dan naturalis yang pengerjaannya dilakukan secara berulang-ulang. Karena itu, mereka cenderung perfeksionis dan mengharapkan kesempurnaan dari karyanya tersebut.

Anak-anak yang kemampuan komunikasinya terbatas memiliki hasil karya lukisan yang berbeda. Mereka bebas mengekspresikan karya mereka untuk mengungkapkan perasaan dan semangat mereka. Karena itu, aliran lukisan mereka cenderung bersifat ekspresionis, abstrak dan impresionis yang objeknya kurang jelas wujudnya.

Meskipun terdapat ragam karakteristik lukisan tersebut, Yayasan Daya Pelita Kasih tidak hanya berpatok pada satu aliran. Bagi yayasan yang sudah berdiri sejak 2003 tersebut, anak didik bebas melukiskan apa saja sebagai bentuk luapan emosinya.

Ini bukan pertama kalinya mereka mengadakan pameran ini. Sejak 2012, mereka telah mengadakannya secara tahunan di Jakarta. Sementara, khusus 2017, perhelatan digelar di Bali.

Lukisan peserta didik Daya Pelita Kasih banyak dikoleksi oleh penikmat seni dari dalam dan luar negeri. Tak hanya itu, ada pula anak didik yang berhasil menoreh prestasi di kancah internasional melalui lukisannya. Salah satunya adalah Diego Luister Brend yang berpartisipasi di acara kediaman Yang Mulia Duta Besar Inggris untuk Indonesia di Jakarta pada 2017.

Karya Seni Lainnya

Membatik
Alit, siswa Daya Pelita Kasih menunjukkan kebolehannya membatik di acara pameran lukisan. (dok. Liputan6.com/Esther Novita Inochi)

Daya Pelita Kasih tidak hanya memamerkan lukisan, tetapi juga menampilkan karya seni lainnya yang mereka ajarkan kepada anak didik mereka. Ada siswa bernama Alit yang menampilkan kebolehannya membatik dengan memperagakannya di depan umum. Di mata guru pendampingnya, Dini Halida, Alit merupakan anak yang detail sehingga mampu menghasilkan beberapa karya seni yang rumit.

"Mas Alit ini kalau sudah membatik pasti detail banget, hal yang paling kecil pun dia perhatikan," tuturnya. Tak hanya membatik, Dini juga bercerita bahwa Alit juga menjahit tote bag yang juga dipamerkannya dalam pameran tersebut.

Dini berpesan, walaupun anak memiliki kekurangan, jangan pandang kekurangannya tersebut. Justru, perhatikan kelebihan atau bakat anak tersebut dan bantu mereka mengembangkannya hingga mereka menjadi anak yang mandiri.

Seni musik pun diajarkan di yayasan ini. Hasil pengajaran mereka menghasilkan karya yang bervariasi. Pada acara pembukaan pameran tersebut, penampilan angklung, sasando, piano, dan vokal solo dipersembahkan oleh siswa Daya Pelita Kasih.

Mewakili Daya Pelita Kasih, Katharina memiliki harapan yang besar kepada masyarakat dari terselenggaranya pameran ini. "Harapan saya, semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap anak-anak berkebutuhan khusus," ucapnya. (Esther Novita Inochi)

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya