Fashion Show Busana Muslim dengan Sentuhan Tenun Meriahkan Festival Bau Nyale 2019

Memperpanjang usia warisan budaya, Kemenpar gelar fashion show busana muslim di tengah kemeriahan Festival Bau Nyale 2019.

oleh Asnida Riani diperbarui 22 Feb 2019, 16:15 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2019, 16:15 WIB
Festival Bau Nyale 2019
Fashion show busana muslim meriahkan Festival Bau Nyale 2019. (dok. Kemenpar)

Liputan6.com, Jakarta - Menggandeng perancang busana Samuel Wattimena, desainer perhiasan mutiara Riana Meilia, dan dua pengrajin tas ketak khas Lombok, Kementerian Pariwisata menggelar fashion show busana Muslim dengan sentuhan tenun.

Digelar di Selasar Bazar Mandalika, peragaan busana ini jadi bagian tak terpisahkan dari Festival Bau Nyale 2019 yang diadakan di Mandalika, Lombok Tengah, pada 17-25 Februari 2019. Selaras dengan tema festival “The Precious Culture of Mandalika”, fashion show ini juga menampilkan warisan budaya dari Lombok.

Pada salah satu rangkaian kemeriahan Festival Bau Nyale 2019 ini, Samuel mengoordinasikan dan menggelar karya busana muslim 10 desainer muda dari Jakarta maupun Nusa Tenggara Barat. Dalam peragaannya, terdapat 30 rancangan busana Muslim kontemporer untuk lelaki dan perempuan yang seluruhnya menggunakan kain tenun.

Pemilihan busana Muslim sebagai tema kali ini dikarenakan pemerintah melihat Lombok telah jadi salah satu destinasi wisata religi bagi Muslim di Indonesia. Sementara, untuk pilihan kain tenun dilandasi pertimbangan Samuel.

"Sebab, saya ingin agar desainer muda mengenal kain daerah. Kedua, supaya kain daerah tersebut mendapat penanganan baru," katanya di siaran pers yang diterima Liputan6.combeberapa waktu lalu.

Gagasan ini diperkuat lantaran ia melihat selera pasar, cara pemasaran, dan market yang berkembang pesat pada era desainer sekarang. Samuel berharap, lewat acara ini, ia bisa menginspirasi para desainer muda untuk menunjukkan potensi mereka dalam 'memanjangkan' umur kain tenun yang sudah jadi warisan budaya.

Rancangan busana Muslim sarat sentuhan tenun itu kemudian dilengkapi Riana dengan lebih banyak menampilkan bros, kalung, dan cincin unik, juga etnik. Desainer yang belajar mendesain secara otodidak ini memadupadankan 20 buah perhiasan karyanya agar tampil elegan dan menyatu dengan busana Muslim.

"Semoga acara ini bisa membuat craft daerah kami, baik tenun, mutiara, maupun kerajinan lain khas Lombok kembali bangkit dan maju, setidaknya dikenal di seluruh Indonesia dan negara-negara tetangga," ujar Riana soal fashion show ekspansi kemeriahan Festival Bau Nyale 2019 tersebut.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

 

Warisan Budaya nan Berharga dari Lombok

Ditunggu Semalaman, Cacing-Cacing Tak Muncul di Prosesi Bau Nyale
Warga yang memburu cacing di prosesi Bau Nyale bahkan ada yang sengaja menginap semalaman. (Liputan6.com/Hans Bahanan)

Festival Pesona Bau Nyale 2019 sendiri dihelat Kementerian Pariwisata guna mengangkat kembali budaya unik dan berharga dari masyarakat Lombok yang berasal dari Legenda Putri Mandalika. Bau Nyale berasal dari bahasa Sasak, yaitu Bau yang berarti menangkap dan Nyale yang merupakan cacing laut berwarna-warni.

Budaya menangkap nyale memiliki makna meniru keberanian Putri Mandalika dalam mengorbankan diri demi kedamaian negaranya. Nyale dipercaya masyarakat Lombok sebagai jelmaan Putri Mandalika yang menceburkan diri ke laut.

Sesuai tradisi yang selama ini berjalan, bau nyale dilaksanakan setiap tanggal 20 bulan 10 penanggalan suku Sasak setiap tahunnya. Ribuan masyarakat berkumpul di pantai untuk menangkap nyale sebanyak-banyaknya sebelum subuh menggunakan alat penerangan dan peralatan sederhana.

Melihat besarnya antusiasme ribuan masyarakat Lombok selama bertahun-tahun, pemerintah memberi perhatian khusus. Sejak beberapa tahun belakangan, Kementerian Pariwisata membuat perhelatan besar dengan menggelar serangkaian acara untuk memeriahkan bau nyale.

Tahun ini, selain fashion show, beragam acara ikut memeriahkan Festival Pesona Bau Nyale 2019. Beberapa di antaranya adalah surfing contest, photo contest, creative dialogue, peresean, kampung kuliner, pagelaran seni budaya, lomba masak ikan, dan pemilihan Putri Mandalika yang diadakan pada malam puncak festival.

Pemerintah berharap, festival yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat NTB, termasuk pelajar, UKM, dan anak muda, ini bisa meningkatkan kunjungan wisatawan, baik dalam maupun luar negeri ke Lombok. Hal yang pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya