Pasola Membuat Desa Terpencil di NTT Dikenal di Seluruh Dunia

Kalau dalam kegiatan pasola ada yang mengalami kecelakaan, dipercaya akan memberikan hasil yang baik bagi hasil pertanian.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Mei 2021, 12:07 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2019, 17:00 WIB
Pasola
Sejumlah perempuan dan anak-anak membawa sesaji pinang saat prosesi di Desa Ratenggaro sebelum Festival Pasola tahunan, sebuah ritual pertempuran menunggang kuda di Pulau Sumba. (AFP Photo/Romeo Gacad)

Sumba Barat - Salah satu acara khas daerah Sumba adalah Festival Pasola. Di tahun ini, Pasola digelar di Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, NTT, Selasa (26/2/2019) siang. Acara tersebut melibatkan 200 ekor kuda.

Dilansir Antara, Selasa (26/2/2019), Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat, Charles Herman Weru mengatakan para peserta yang terlibat dalam acara tersebut adalah mereka yang sudah terbiasa dengan acara pasola. "Mereka (para peserta pasola) sudah terbiasa dalam acara Pasola dan ini akan menjadi hal biasa buat mereka," terangnya.

Charles menambahkan pihaknya sudah memberi penjelasan pada mereka yang memiliki kuda. Mereka wajib untuk ikut dalam tradisi yang dilakukan setelah pemanggilan Nyale (cacing laut) oleh para Rato.

Pasola
Pasola merupakan tradisi perang di atas kuda dengan menggunakan tongkat kayu yang disebut sola. Foto: Vice.com

Rutinitas Tahunan

"Kegiatan pasola ini kan acaranya hanya satu tahun sekali di Wanokaka. Karena itu, bagi mereka pemilik kuda, bertarung di arena pasola adalah sebuah kewajiban," ujarnya.

Wanokaka adalah salah satu desa terpencil dan terpelosok di NTT yang berjarak sekitar 70-an kilometer dari Kota Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat. Berkat Pasola, desa terpencil itu kini dikenal banyak orang bahkan sampai ke seluruh dunia melalui para wisatawan mancanegara yang sempat menyaksikan acara Pasola di Wanokaka.

Menurut Charles, pelaksanaan Pasola sendiri sangat berkaitan dengan hasil panenan yang akan didapat oleh warga di Kecamatan Wanokaka. Hal tersebut juga diakui oleh Rato atau imam besar dari Kepercayaan Merapu, yaitu Rato Waigali Mawu Hapu.

Menurut Rato, kalau dalam kegiatan pasola ada yang menjadi korban seperti mengalami kecelakaan saat ditombak, akan memberikan hasil yang baik bagi hasil pertanian di daerah itu.

"Itu adalah kepercayaan kami. Namun, kepercayaan itu perlahan-lahan mulai memudar karena perkembangan zaman. Biasanya akan ada tumbal jika ada Pasola, tetapi itu sudah terjadi pada puluhan tahun yang lampau," ujarnya.

Saat ini, menurut Rato, peserta Pasola adalah masyarakat yang memang punya keinginan sendiri untuk turun bertarung di arena pasola. Itu karena masyarakat Wanokaka di Sumba Barat, NTT, tak mau budaya mereka punah atau terkikis.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya