Liputan6.com, Jakarta Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan bahwa Revolusi Industri 4.0 memang membuat banyak orang gagap, terutama yang “gagal paham” teknologi digital. Era Creative atau Cultural Industry adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindarkan di hampir semua lini. Termasuk di sektor pariwisata yang semakin bersinar menuju core ekonomi bangsa Indonesia ke depan.
“Saat ini travelers, apalagi millennials, 70 persen sudah search and share dengan digital. Mereka look, book, pay sudah dalam satu gadget, satu aplikasi, dengan cepat, murah dan mudah. Digital mengubah semua services yang mahal, rumit, lambat, berbalik 180 derajat,” ujarnya.
Baca Juga
Walaupun begitu, Arief mengakui bahwa masih ada beberapa pihak yang masih mengadarkan cara konvensional.
Advertisement
“Ya itu ada! Bentul-betul ada, jumlahnya banyak 30%, kalau millennials 70% yang digital, mobile, interactive. Ketika customers berubah, maka kita sebagai penyedia jasa atau produk destinasinya, juga harus berubah, sesuai selera anak muda yang millennials juga,” jelas pria asal Banyuwangi ini.
Arief Yahya memang lama bergulat dengan teknologi digital. Mantan Dirut PT Telkom ini kuliah S-1 di Teknik Elektro ITB Bandung, lalu melanjutkan S-2 ke Surrey University, Inggris. Lalu ketika kembali ke Indonesia, sekaligus menyelesaikan Program Doktoral di Unpad Bandung.
Bagi Arief, era digital dengan creative industry itu “makanan”nya setiap hari selama di Telkom. Pada saat itu, dia sudah memikirkan bahwa model bisnis di sektor telekomunikasi bakal berubah. Namun, ternyata jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.
“Saya sering menyebut Revolusi 3T, Telecommunication, Transportation, dan Tourism. Suka tidak suka, mau tidak mau, 3T mengalami revolusi besar-besaran karena hadirnya teknologi digital terbaru,” ucapnya.
Di Telekomunikasi, dulu Telkom berjualan voice, telepon kabel, telepon rumah. Lalu Telkomsel jualan pulsa, untuk voice, SMS, dan komunikasi data. Sekarang, ada WhatsApp sudah memiliki layanan gratis WA, voice call, video call, pengiriman data dan semua free. Transportasi juga mengalami perubahan model bisnis yang makin cepat dengan prinsip yang sama yakni sharing economy. Muncullah layanan seperti Grab dan Gojek. Superweb yang membuat semuanya menjadi terjangkau, murah, mudah, dan cepat.
Begitu juga dengan bidang pariwisata. Hadirnya Online Travel Agent semakin banyak dan menguat, jauh meninggalkan bisnis travel agent konvensional. Traveloka misalnya, jauh melesat dan menjadi unicorn digital company Indonesia. Inilah implementasi dari kata-kata yang dulu sering oleh Arief, The more digital, the more personal. The more digital, the more global. The more digital, the more professional.
“Kami antisipasi dengan menyiapkan platform digital untuk market place yang sudah dua kali kita luncurkan dengan nama New ITX-Indonesia Tourism Exchange. Etalase produk Pariwisata melalui digital ini dibangun agar UMKM, yang kecil, mikro, menengah tetap eksis dengan berjualan paket melalui digital marketplace,” kata Arief.
Ia sudah banyak menjelaskan detail revolusi industri digital yang serba cepat itu. CEO Message adalah cara Arief membimbing “Orang Lama” untuk memasuki era baru yang serba digital. Sampai dengan Rakornas terakhir pada triwulan I 2019, masih mengangkat “Transforming Tourism Human Resources, Winning The Global Competition in 4.0 Era.” Presiden Jokowi sudah menggariskan di banyak momentum, tahun 2019 adalah tahun pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Kita menyiapkan SDM Pariwisata yang bakal menghadapi era Digital Tourism 4.0. Proses ini sebenarnya sudah dilakukan sejak empat tahun silam, saya sebut evolusi dipercepat. Dari tradisi analog konvensional menuju era digital di semua lini,” ujarnya.
Namun, harus diakui juga bahwa hingga hari ini belum 100 persen insan Pariwisata Indonesia ramah digital. Masih ada 30 persen yang belum masih menjalani cara konvensional. Itu sudah disadari Menpar Arief sejak dulu, karena itu di banyak CEO Message, dia jelaskan secara detail agar semakin mudah memahami program Kementerian yang dinamis dan cepat.
“Karena itu silakan, pahami dan pelajari melalui CEO Message. Di era millennials ini, revolusi ke-4 Cultural – Creative Industry, sudah terasa dan makin terlihat di depan mata. Orang menyebut Revolusi Masa Depan, tetapi sudah dicicil dan hadir di Zaman Now. Maka kita harus berlari lebih cepat, melompat lebih tinggi, agar bisa memenangkan persaingan global,” ucapnya.
(*)