Liputan6.com, Jakarta - Selain fotografi, batik juga menjadi favorit Ani Yudhoyono. Bahkan, istri Presiden ke-6 Republik Indonesia itu memesankan batik bermotif burung phoenix untuk keluarganya pakai saat lebaran tahun ini.
Namun, takdir berkata lain. Kain berwarna gelap itu nyatanya dipakai untuk menutup jenazah Ani saat masih berada di National University Hospital. Batik itu kemudian dipakai keluarga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat berziarah ke makam Ani pada hari pertama lebaran, Rabu (5/6/2019).
Advertisement
SBY dan kedua putranya, Agus Harimurti Yudhyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) beserta dua cucu laki-laki mengenakan batik bermotif sawunggaling sebagai kemeja dan melengkapi penampilannya dengan celana bahan hitam. SBY, AHY, dan Ibas juga kompak mengenakan kacamata hitam.
Baca Juga
Sementara, dua menantu Ani Yudhoyono, Annisa Pohan dan Aliya Rajasa mengenakan busana atasan putih gading dan batik bermotif phoenix sebagai bawahan. Sementara, putri bungsu Aliya Rajasa dan Ibas, Gayatri Idalia Yudhoyono mengenakan gaun batik selutut tanpa lengan.
Hanya Almira Tunggadewi Yudhoyono yang saat itu tak memakai busana yang sebenarnya sama seperti yang keluarga SBY kenakan saat mengantarkan jenazah Ani ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, pada Minggu, 2 Juni 2019 lalu.
Menurutnya, warna batik yang selalu dipilih Ani Yudhoyono berwarna terang. Namun, ia tak mengerti warna batik yang dipilih kali ini berwarna gelap atau jenis batik Sawunggaling.
"Bu Ani memilih batik berwarna hitam Sawunggaling, yang konon dari pengertian itu mengibaratkan sebuah burung yang terbang ke surga. Saya baru tahu memahami apa makna dari pilihan ini," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Asal Mula Batik Sawunggaling
Batik Sawunggaling adalah karya Go Tik Swan, seorang pembatik terkemuka asal Solo. Ia bahkan dikenal sebagai pencipta Batik Indonesia demi memenuhi gagasan Bung Karno.
Dalam buku Batik dan Membatik karya Chandra Irawan Soekanto, batik sawunggaling menggambarkan pertarungan dua burung Gurda. Gurda berasal dari kata Garuda.
Dalam cerita-cerita rakyat Indonesia, burung Garuda adalah burung yang sangat kuasa dan kuat dan dapat mengalahkan manusia. Dengan begitu, motif gurda ini menggambarkan kegagahan dan keberanian.
Dalam buku Jawa Sejati: Sebuah Otobiografi Go Tik Swan Hardjonagoro karya Rustopo, Sawunggaling diketahui adalah nama tokoh heroik dalam cerita rakyat Jawa Timur. Ia dikenal sebagai pembela rakyat jelata memerangi penjajah Belanda.
Karya itu disebut diilhami oleh pakaian Bali yang dikenakan rekannya yang berlatar merah dan Sawunggaling yang berwarna emas. Batik Sawunggaling karya Go Tik Swan digubah dalam campuran warna soga dan merah darah dengan latar hitam.
Advertisement