Liputan6.com, Jakarta - Media sosial bak pedang bermata dua, bisa mendatangkan hal positif dan negatif sekaligus. Namun, kebanyakan menganggap dampak negatifnya lebih dominan. Menurut survei yang digelar Marina terhadap 1.000 responden, 82 persen mengaku setuju jika media sosial membuat mereka tidak produktif.
Namun, hal itu tak berlaku bagi penulis dan co-founder Storial.co, Aulia Halimatussadiah. Meski sehari-hari, ia bisa menghabiskan waktu sekitar lima jam bermain media sosial, itu dilakukannya semata karena tuntutan pekerjaan.
Baca Juga
Ia mengatakan kunci mengatasi dampak negatif media sosial terletak pada kemampuan menyeimbangkan kehidupan online dan offline. Setiap pagi, perempuan yang juga menggagas Jakarta Book's Club itu menahan diri dari menyentuh media sosial.
Advertisement
"Kita harus tahu who you are dan prioritas diri. Kalau sudah ada itu, enggak perlu lagi ketergantungan sama media sosial," ujarnya dalam acara Marina Beauty Journey di Jakarta, Selasa, 30 Juli 2019.
Lia, akrab disapa, biasanya mengisi pagi dengan beribadah kemudian membuat gratitude journal. Hal-hal yang dilewati pada hari sebelumnya, disyukurinya dan dicatatnya dalam jurnal yang bisa menghabiskan waktu hingga dua jam.
"Menurut aku, pagi itu waktu produktif aku. Kalau mau nulis, itu saatnya," kata penulis 30 buku tersebut.
Kalaupun ada sejumlah pesan atau komentar yang muncul di notifikasi ponselnya, ia menganggap hal itu tak harus buru-buru direspons. Menurut Lia, kemampuannya mengontrol media sosial sangat menentukan kualitasnya menjalani hari itu.
"Kalau dari awal sudah reaktif, seharian bakal reaktif," katanya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Jangan Diatur oleh Media Sosial
Sementara itu, psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana mengatakan tak semua orang bisa menerapkan pola serupa, semua dikembalikan kepada individu masing-masing. Keterampilan mengontrol dampak media sosial menjadi sangat diperlukan.
"Detoks medsos boleh-boleh saja, sehari dua hari. Kalau sebulan itu jago banget. Tapi, itu kembali ke individu masing-masing," katanya.
Ia menyatakan niat bermain media sosial harus diluruskan. Bila sudah ada orang lain yang menegur, artinya kita wajib mengevaluasi diri apakah sudah kelewatan bermain media sosial.
"Jangan ganggu waktu tidur. Berapa waktu tidur yang diperlukan? Bisa cek dari usianya. Pola makan tiga kali sehari juga enggak boleh terlewat dan tepat waktu," ujar Vera.
Mengingat media sosial adalah milik individu, ia menyatakan perlakukan hal itu seperti barang lainnya. Jangan sampai mau diatur oleh media sosial, tetapi kita lah yang wajib memagari diri.
"Jaga kesehatan mental kita. Kita pasang pagarnya," ucapnya.
Advertisement