Kental Nuansa Tradisional, Buleleng Festival 2019 Hadirkan Tipat Blayag

Setiap daerah selalu memiliki cirinya masing-masing, termasuk Buleleng yang identik dengan Tipat Blayag. Cita rasanya nikmat kulinernya sangat menyita perhatian publik disepanjang gelaran Buleleng Festival.

oleh Gilar Ramdhani pada 10 Agu 2019, 12:00 WIB
Diperbarui 10 Agu 2019, 12:17 WIB
Kental Nuansa Tradisional, Buleleng Festival 2019 Hadirkan Tipat Blayag
Buleleng Festival 2019 Hadikan Tipat Blayag.
Liputan6.com, Buleleng Nuansa tradisional Buleleng Festival 2019 semakin lengkap. Selain warna budaya, event juga menampilkan kekayaan kuliner otentiknya. Cita rasa nikmat ini bisa dijumpai melalui Tipat Blayag. Posisinya berada di Zona Kuliner, Buleleng Festival, Buleleng, Bali.
 
Sekilas, Tipat Blayag mirip ketupat atau lontong sayur. Namun, yang membedakan adalah bungkusnya. Tipat Blayag bungkusnya menggunakan daun enau atau aren. Daun yang digunakannya juga harus muda. Harapannya, agar saat disajikan cita rasanya menjadi lebih nikmat. Apalagi, pembuatannya masih dilakukan secara tradisional.
 
“Bali banyak memiliki kuliner khas. Setiap daerah selalu memiliki cirinya masing-masing. Pun demikian Buleleng yang identik dengan Tipat Blayag. Cita rasanya nikmat. Kuliner khas tersebut sangat menyita perhatian publik disepanjang gelaran Buleleng Festival,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.
 
Bahan baku Tipat Blayag sangat sederhana. Mudah dijumpai dalam keseharian, yaitu beras. Beras ini lalu dimasukan dalam anyaman daun enau atau aren. Berikutnya, dilakukan pengukusan melalui teknik tungku. Kuahnya sendiri berupa ayam nyat-nyat, yaitu tepung beras yang dtumbuk halus lalu diberi bumbu khas Bali.
 
Untuk menyajikannya hampir sama dengan ketupat sayur. Tipat Blayag dipotong dan dicampur dengan sayuran berupa toge dan bayam. Ditambahkan juga suwiran ayam, telur, dan kacang kedelai. Bila sudah siap, baru disiram dengan kuah ayam nyat-nyat. Pemilik Stand Tipat Blayag di Buleleng Festival 2019 Dwi Cahyani menjelaskan, jumlah penikmat kuliner khas daerah sangat banyak.
 
“Ya awalnya mereka penasaran dengan makanan khas Buleleng ini. Tapi, setelah menikmati, kebanyakan mengatakan kalau kuliner ini gurih dan nikmat. Setiap hari stand kami selalu ramai. Pengunjungnya ada wisman maupun wisnus,” ujar Intan.
 
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adnyani menambahkan, kuliner Indonesia tidak hanya denganmenyangkut cita rasa yang nikmat saja. Namun, kuliner Indonesia memiliki sejarah, teori, hingga filosofinya.
 
”Semakin banyak daerah memiliki kuliner khas, maka pergerakan wisatawannya akan optimal. Semakin banyak makanan yang dikenal owisatawan, image daerah tersebut semakin baik. Kita harapkan bisa mengenalkan Indonesia melalui kuliner dan destinasi unggulan,” ujarnya.
 
Setiap daerah idealnya memang mengedepankan kuliner sebagai daya tarik wisata. Sebab, kuliner jadi elemen penting dalam sebuah industri pariwisata. Selain alam dan budayanya, wisatawan datang ke daerah karena pesona kulinernya.
 
“Berpromosi dengan mengedepankan kuliner adalah cara efektif untuk Pariwisata Indonesia. Kuliner itu adalah sebagai kultur diplomasi bangsa, juga bagian dari budaya tiap daerah di negara kita. Di Buleleng Festival 2019 ini memiliki kuliner yang sangat baik,” kata Ketua Tim Pelaksana CoE Kemenpar Esthy Reko Astuty.
 
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Indonesia memiliki jumlah makanan otentik melimpah. Jumlahnya lebih dari 5.350 resep asli tradisional dan telah menjadi warisan bangsa Indonesia.
 
”Masakan Indonesia adalah makanan terbaik di dunia, sangat meriah, penuh warna dan cita rasa bumbu yang kuat. Masakan Indonesia memiliki rentang yang sangat luas dari berbagai karakter. Bagus Buleleng Festival juga menyediakan zona kuliner. Sebab, itu membuat wisatawan semakin betah berkunjung ke sana,” ujar Menpar Arief Yahya.
 
 
(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya