Liputan6.com, Jakarta - Sederet gambar presiden dan pemimpin Indonesia menarik perhatian tim Liputan6.com ketika menyambangi Pekan Kebudayaan Nasional, Sabtu, 12 Oktober 21019. Bukan di gambar di kertas atau kanvas seperti yang selama ini kebanyakan dilihat, melainkan pakai medium daun kering.
Tak hanya wajah presiden yang digambar, situs warisan budaya seperti rumah tradisional, topeng-topeng, hingga arca di Borobudur juga terlukis dengan indah di atas daun. Karya tersebut dibuat seniman Indonesia Andhi Wahyudi dan dipamerkan di sebuah instalasi di Pekan Kebudayaan Nasional.
Advertisement
Baca Juga
Berawal dari melihat banyak daun berguguran di pekarangan rumah, Andhi mencoba berinovasi dengannya. Hal ini disampaikan Endah Marjoen, perwakilan dari Cagar Budaya Indonesia sekaligus Program Director Komunitas Luar Kotak.
"Rumahnya (Andhi) itu banyak pohon. Jadi, saat lihat daun-daun banyak jatuh, ia pikir mau diapain ya, sayang gitu kan. Terus mulai bereksperimen, coba berbagai jenis daun dan ada beberapa karakter jenis daun yang bisa digambar," ujar Endah saat ditemui pada Sabtu, 12 Oktober 2019.
Pameran karya seni karya Andhi, tambah Endah, merupakan permintaan langsung dari Direktoran Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Dibutuhkan proses sekitar tiga bulan untuk mempersiapkan karya, mulai dari konsultasi ide hingga eksekusi.
Koleksi lukisan daun di sini juga merupakan campuran dari koleksi Andhi yang sudah dibuat dari beberapa waktu lalu.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jaga Keaslian Bentuk Daun
Seniman Andhi Wahyudi menggunakan berbagai jenis daun, seperti daun ketapang, jati, talas, palem, dan lainnya. Penggunaan jenis daun disesuaikan dengan kebutuhan, seperti jika ingin membuat wayang, Andhi pakai daun pohon pisang bertangkai.
Tanggal 8 Oktober lalu, wayang daun tersebut sempat dimainkan di acara Pekan Kebudayaan Nasional.
Uniknya, Andhi tidak memotong bentuk daun. Ukuran dan kondisi daun dijaga keasliannya sehingga bentuk gambar lah yang menyesuaikan. Salah satu contohnya adalah daun anggrek tanduk rusa yang digunakan untuk menggambar berbagai jenis lukisan, seperti objek bayi dan telinga.
"Ini bentuk asli. Kalau ada yang sobek, ya sobek. Paling supaya rapi, diselotip belakangnya. Cuma memang ada daun yang tipis banget, jadi belakangnya harus dikasih card board karena sangat lemes," tambah Endah.
Lukisan-lukisan yang ada digambar dan diwarnai menggunakan pen gambar, spidol dan cat akrilik.
Advertisement
Perkenalkan Cagar Budaya
Menggunakan medium tidak biasa, yaitu daun yang merupakan sampah organik, membuat lukisan ini dapat dikatakan sebagai cara mengenalkan karya ramah lingkungan.
Meski akan terurai karena faktor alam, Endah mengatakan lukisan dapat lebih tahan lama jika disimpan dengan cara yang tepat, seperti diletakkan di kotak kaca sehingga tidak terkena udara dan panas.
Lukisan daun ini memiliki dua manfaat dalam satu jenis lukisan. Selain mengenalkan tren ramah lingkungan, pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga ingin mengenalkan cagar budaya yang dimiliki Indonesia.
Tak heran, lukisan daun yang ada di instalasi tersebut banyak mengandung unsur kebudayaan Indonesia, termasuk Candi Borobudur, Waruga, dan rumah-rumah tradisional. Endah mengatakan bahwa medium ini merupakan salah satu cara pengenalan budaya yang kreatif.Â
"Kemendikbud mengajak kita supaya menjadikan wayang daun medium kampanye pelestarian cagar budaya. Makanya temanya di sini kan (temanya) 'Lestarikan Lingkungan, Lestarilah Cagar Budaya'," pungkasnya.
(Novi Thedora)