Kejar Kunjungan 6 Juta Wisatawan, Banyuwangi Luncurkan 123 Event pada 2020

Salah satu dari event yang bakal diselenggarakan Banyuwangi adalah menjadi tuan rumah lomba selancar tingkat dunia. Kapankah itu?

oleh Dinny Mutiah diperbarui 08 Jan 2020, 20:02 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2020, 20:02 WIB
Kalender Event Banyuwangi
Peluncuran calender of event Banyuwangi di Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf, Rabu (8/1/2020). (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi meluncurkan calender of event 2020. Jumlah acara yang bakal digelar pada tahun ini bertambah sekitar 24 persen dari tahun sebelumnya, yakni menjadi 123 event.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menerangkan penambahan event tersebut berkaitan dengan meningkatnya target kunjungan wisatawan ke Bumi Blambangan. Bila pada tahun lalu berhasil menarik 5,3 juta kunjungan wisatawan, pada 2020 diharapkan bisa menarik hampir 6 juta turis.

"Tapi tentu tidak mudah karena tren ekonomi dunia yang menurun. Maka, strategi untuk tahun ini adalah dengan memperbanyak event," jelas Anas di sela-sela acara di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Jakarta, Rabu (8/1/2020).

Dari sederet event yang bakal diselenggarakan, beberapa di antaranya berskala internasional. Selain yang sudah menjadi acara rutin seperti Gandrung Sewu dan Tour de Ijen, salah satu yang menjadi perhatian adalah penyelenggaraan World Surf League (WSL) di Pantai G-Land pada Juni 2020.

Terpilihnya Banyuwangi sebagai tuan rumah event selancar tingkat dunia itu diputuskan dalam rapat di Amerika Serikat. Menurut Anas, pantai tersebut sebelumnya kerap didatangi para peselancar dunia. Namun, mereka kebanyakan datang lewat Bali.

"Sekarang kita mau populerkan bahwa Pantai G-Land itu di Banyuwangi," kata dia.

Bila ajang tersebut biasanya mensyaratkan tuan rumah menyiapkan sejumlah dana, Banyuwangi justru memperoleh dana 2,5 juta dolar AS dari sponsor. Anas menyebut, panitia percaya bila pemkab mampu menyelenggarakan event internasional mengingat pengalaman sebelumnya, seperti Tour de Ijen yang meraih status excellent dari Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI).

"Lokasinya juga relatif unik. Kalau Barcelona itu kan latarnya gedung-gedung tinggi, sementara Banyuwangi itu taman nasional. Jadi nanti lihat surfing itu pemandangannya bukan gedung, tapi Taman Nasional," kata Anas.

Meski begitu, panitia mensyaratkan tiga hal yang harus disediakan Pemkab Banyuwangi agar event bisa terlaksana. Itu meliputi infrastruktur jalan yang memadai, ketersediaan listrik, dan Wifi.

"Jalan sudah halus sampai ujung, listrik sudah masuk, tinggal fiber optic. Kalau penginapan tidak masalah, kita akan bangun glam camping," tutur Anas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Belajar dari Vietnam

Kalender Event Banyuwangi
Peluncuran calender of event Banyuwangi di Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf, Rabu (8/1/2020). (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Selain lomba surfing tingkat dunia, Pemkab Banyuwangi juga menggenjotkan wisata kuliner. Pada tahun ini setidaknya 15 festival kuliner bakal digelar, di antaranya Chocolate Food Festival, Muncar Food Festival, Bamboo Food Festival, dan Osing Food Festival.

Pemkab juga membuat pasar rakyat tematik yang diakui Anas meniru cara Vietnam. Beberapa di antaranya adalah Arabian Street Food yang menampilkan 126 jenis makanan khas Timur Tengah, Glenmore Food Market yang menghadirkan lontong campur khas setempat, Pasar Kampung Osing Kemiren, dan Malangsari Food Market.

"Kami buat per kecamatan. Kami percaya wisata itu tidak hanya keindahan pantai, tetapi juga kekayaan kuliner. Wisata itu jadi kabel penghubung agar kesejahteraan lebih terurai sampai di bawah," ia menerangkan.

Salah satu yang jadi unggulan terbaru adalah peluncuran food market dan premium kopi di Malangsari. Hal itu tak terlepas dari produk kopi setempat yang berhasil menembus pasar Italia.

Wisatawan yang datang ke sana nantinya akan disuguhi kopi yang persis seperti yang dijual di Italia. Keunikan lainnya, saat meminum kopi di sana, pengunjung juga akan dihibur dengan musik gambus. Turis juga bisa membeli kopi premium dengan harga yang didiskon 20 persen.

"Tapi maksimum lima kilogram. Kalau tidak dibatasi, takutnya dijual lagi," ujarnya.

Selain Malangsari, ada pula kopi lego yang merupakan singkatan dari leret gombel. Wisatawan juga akan diajak untuk memeras susu kambing Etawa dan mencicipi jus jambe.

"Februari nanti kami akan ekspor sidat atau unagi ke Jepang. Jadi, kalau mau mencoba unagi kualitas satu, datanglah ke Banyuwangi," imbuh Anas.

Tak Minta APBN

Kalender Event Banyuwangi
Peluncuran calender of event Banyuwangi di Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf, Rabu (8/1/2020). (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Anas menyebut seluruh event yang digelar Banyuwangi tidak memakan dana APBN. Ia juga menegaskan tidak akan meminta bantuan pemerintah pusat, tetapi tak menolak jika dibantu.

"Pasti banyak pemerintah daerah yang mengeluh kepada Pak Menteri (Menparekraf) dan membuat pusing. Karena itu, kami tidak akan mengeluh, tetapi kalau dibantu, tidak akan menolak," ujarnya.

Menanggapi hal itu, Menparekraf Wishnutama Kusubandio menegaskan akan mendukung penuh langkah yang diambil Banyuwangi dalam pengembangan pariwisata. "Benar bahwa Banyuwangi enggak pernah minta apa-apa, tetapi jika saya bisa dan saya mampu, Kemenparekraf pasti akan mendukung sepenuhnya Banyuwangi," kata dia.

Ia menyebut Banyuwangi merupakan bukti nyata bahwa pariwisata yang didukung dengan kreativitas, bisa berdampak luar biasa kepada kesejahteraan masyarakat secara luas. Dengan mengemas event secara baik dan serius, pariwisata bisa berkembang maksimal.

"Saya tentunya berharap event-event di Banyuwangi makin baik dan digarap makin sempurna. Kalau bisa sekalian buat yang spektakuler. Kalau ada destinasi super prioritas, kita juga bisa bikin event super spektakuler," ujar Tama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya