Nasib Apes Debt Collector yang Tagih Utang Pakai Busana Pemakaman 

Debt collector itu tak hanya mengenakan busana pemakaman, tetapi juga membawa banner dengan wajah pengutang terpampang di sana.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 17 Jan 2020, 03:03 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2020, 03:03 WIB
Debt collector
Debt collector pakai busana pemakaman ketika menagih utang. (dok. screenshot video Zaobao)

Liputan6.com, Jakarta - Masih ingat dengan kisah debt collector yang menagih utang kliennya sambil berbusana pemakaman ala Tiongkok? Ada kabar terbaru dari lelaki bernama Peh Chong Wee (59) tersebut.

Bukan kabar manis, melainkan nasib apes yang dialami debt collector tersebut. Ia divonis lima minggu penjara oleh hakim pada Rabu, 15 Januari 2020.

Dilansir laman South China Morning Post, Kamis, 16 Januari 2020, ia dinyatakan bersalah atas empat kasus kekerasan dan melawan seorang petugas polisi. Sementara, satu kasus kekerasan lainnya masih dalam proses peradilan.

Kasus yang menimpa Peh tersebut bermula saat ia berteriak lantang dan meniup peluit saat berjalan di sepanjang koridor demi menarik perhatian karyawan pemilik utang. Peh juga membawa banner yang menampilkan wajah pengutangnya seraya menuliskan permintaan agar lelaki tersebut mengembalikan uang kliennya.

Seorang rekan sesama debt collector lalu memvideokan aksinya yang berteriak dalam bahasa Hokian. Video tersebut lalu diunggah ke media sosial. Tak disangka, unggahan tersebut menjadi viral.

Selama beraksi pada pertengahan tahun lalu itu, ia bertindak sebagai satu-satunya pemilik Layanan Penagih Utang Bergaransi. Sementara, debt collector yang bersamanya, Koh Yew Ghee, bekerja untuk menagih utang atas nama sebuah firma teknik dan konstruksi. Kasus Koh masih menunggu untuk diadili.

Sepasang debt collector itu pertama kali mencoba menagih utang pada 27 Mei 2019. Ketika itu, manajer HRD perusahaan tersebut membukakan pintu dan mempersilakan mereka masuk.

Peh dan Koh lalu menanyakan direktur perusahaan tersebut tetapi ia dibilang tak berada di tempat. Tak senang dengan jawaban manajer tersebut, Peh lalu memukul meja kantor dengan keras.

Sang manajer lalu meminta keduanya untuk pergi, tetapi mereka justru berbaring di lantai. Manajer tersebut lalu menghubungi polisi yang menyarankan mereka menyelesaikan masalah dengan cara damai.

Koh dan Peh akhirnya meninggalkan kantor itu tanpa ditahan. Lantaran gagal pada usaha pertama, Peh kembali datang ke kantor dengan penampilan berbeda. Ia mengenakan busana pemakaman selama tiga hari berturut-turut, yakni 28--31 Mei 2019. Koh mengikutinya di belakang sambil merekam video.

 

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Sempat Berusaha Kabur

Debt collector
Debt collector pakai busana pemakaman ketika menagih utang. (dok. screenshot video Zaobao)

Peh akhirnya ditangkap pada 31 Mei 2019 dan ditahan di Kantor Polisi Divisi Woodlands. Saat dua petugas polisi yang menjaganya akan memindahkan lelaki itu ke sel lain, dia berdiri di pintu dan meminta gelas kertas yang ditinggalkannya di sel lama.

Petugas sempat bilang bahwa mereka bisa memberikan gelas baru. Tetapi, ia bersikeras meminta gelas lama. Salah satu petugas akhirnya mengalah dan memenuhi permintaannya.

Tiba-tiba, Peh berusaha kabur dari sel dan melawan seorang petugas yang memborgolnya. Ia mendorong petugas itu ke dinding, namun si petugas melawan balik dengan menjatuhkannya ke lantai.

Aksi itu terekam seluruhnya di CCTV. Peh akhirnya dibebaskan dengan jaminan. Namun, ia tak kapok. Pada 21 Juni 2019, dia mendekati pria berbeda dan menawarinya 200 dolar Singapura untuk merekam cideo. Setelah lelaki tersebut setuju, mereka kembali ke perusahaan tersebut untuk menagih utang.

Manajer HRD akhirnya bertindak. Ia mengambil video lelaki itu berdasarkan perintah atasannya. Peh pun berkeliling membawa banner yang memajang wajah direktur yang disebut berutang sekitar 30 detik.

Tindakan Peh dinilai melanggar perintah pengadilan yang melarangnya mendekati direktur tersebut baik di rumah maupun tempat lain hingga batas waktu tertentu.

Dalam proses mitigasi, pengacara Peh, Wee Hong Shern meminta pengadilan untuk mempertimbangkan pemicu tindakan Peh. Lelaki itu, kata pengacara, biasanya menelepon si pengutang dan mengatur jadwal pembayaran kembali.

Namun, perusahaan tersebut justru memblokir nomornya. Hal itu memaksanya datang ke kantor lelaki yang berutang itu untuk bernegosiasi.

"Dia tidak pernah menghadapi klien sesulit itu sepanjang hidupnya. Dia hanya mencoba kreatif. Sebagai debt collector, reputasinya sangat bergantung apakah dia dapat membuat pengutanya membayar utangnya...dia melalui kondisi menyedihkan sejauh ini," kata pengacara itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya