Cerita Akhir Pekan: Apa Itu Influencer?

Influencer ramai dibicarakan akhir-akhir inim termasuk di dunia pariwisata. Apa makna influencer tersebut?

oleh Komarudin diperbarui 01 Mar 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2020, 08:30 WIB
Melihat Para Turis Berlibur di Pantai Kuta Bali
Dua turis wanita berpose saat difoto di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Daerah ini merupakan tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Liputan6.com, Jakarta - Istilah influencer mendadak ramai jadi pembicaraan publik, terutama di dunia maya. Perbincangan tersebut mencuat setelah pemerintah merencanakan untuk menggunakan jasa mereka untuk mendongkrak industri pariwisata di Tanah Air.

Terkait influencer, pakar marketing Hermawan Kartajaya menyebutkan ada lima hal atau 5A yang perlu diperhatikan di era digital saat ini, yaitu Aware (kesadaran), Appeal (ketertarikan), Ask (bertanya), Act (bertindak), dan Advocacy (advokasi).

"Kita harus bikin Awareness dulu, setelah itu Appealing (ketertarikan). Jadi, buat orang lain itu tertarik pada kita. Jika tidak, maka kita akan dilewati karena saat ini banyak orang yang juga bergerak secara online," ujar Hermawan Kartajaya, kepada Liputan6.com, di ruang kerjanya di MarkPlus, Inc, di Eighty Eight, Casablanca, Jakarta Selatan, Jumat, 28 Februari 2020.

Setelah tertarik, kata Hermawan, maka influencer akan bertanya lebih lanjut, kemudian bertindak, dan terakhir advokasi. Dengan mengetahui hal-hal itu, apakah orang itu mau jadi influencer untuk kita atau tidak.

Hermawan membagi influencer ada dua, yaitu influencer yang dibayar dan influncer yang suka rela. Namun, kualitas influencer yang dibayar kalah dengan influencer yang sukarela.

"Kalau dibayar, dari kacamata marketing itu bagus. Tapi, rasanya kualitas influencer yang dibayar kalah dibandingkan dengan  influencer yang voluntary," kata Hermawan.

Ketimbang istilah influencer, Hermawan menilai yang paling bagus menyebutnya Advocate. "Yang paling bagus, saya menyebutnya Advocate, bukan influnecer. Mereka adalah orang yang sudah pernah datang ke Indonesia dan dia mau membela kita. Meski mereka tidak dibayar, mereka akan melakukan apa pun," kata Hermawan Kartajaya. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pengaruh Media Sosial

Ilustrasi Influencer
Ilustrasi Influencer (Dok.Pixabay)

Kata influencer secara resmi ditambahkan ke dalam kamus bahasa Inggris pada Mei 2019, seperti dilansir dari laman Social Media Today, Sabtu, 29 Februari 2020.

Salah satu kolaborasi influencer pertama dimulai pada 1760, ketika seorang perajin tembikar bernama Wedgwood membuat satu set teh untuk Ratu Inggris.

Karena monarki adalah pemberi pengaruh pada zaman itu, keputusannya yang berpikiran maju itu untuk memasarkan merek tembikar itu. Dengan persetujuan itu, maka memberi status kemewahan pada set teh itu hingga saat ini. 

Perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir, tentu saja, adalah media sosial. Media sosial itu memberi kita megafon, untuk memberi dan membagikan rekomendasi dari yang lain ke seluruh dunia.

Jadi, influencer adalah siapa pun yang memiliki kekuatan untuk memupuk pengikut dan dapat menerima rekomendasi mereka secara instan.

Perjalanan Influencer

Kate Moss
Kate Moss (YouTube/Liu Jo Photoshoot by Mario Sorrenti)

Setelah 1760, perkembangan tentang istilah influencer muncul pada 1920 sebagai ikon mode. Dengan gaun hitam kecil dan setelan celana panjangnya, Coco Channel dianggap sebagai salah satu pengaruh paling transformatif dalam fesyen.

Selanjutnya, Michael Jordan meng-endorse Nike yaitu, Air Jordan yang dirancang secara khusus. Berlanjut pada 1997 dengan munculnya potongan rambut The Rachel di serial Friends yang membuat wajah Jennifer Aniston tampak sempurna untuk L'Oreal Elvive.

Muncul diari digital  dengan nama  Blog pada 2004. Platform itu mulai bermunculan yang memudahkan siapa pun di mana saja untuk berbagi pemikiran dan membangun audiensi.

Supermodel Kate Moss merancang koleksi pertamanya dengan pengecer Inggris Topshop pada 2007. Kemudian Instagram diluncurkan pada 2010. Pengguna, blogger, dan merek menemukan cara baru untuk berkomunikasi dan berbagi.

Pada 2013, Huda Kattan meluncurkan lini kecantikannya Huda Beauty, mengikuti kesuksesan fenomenal di blognya dan YouTube chanel. Forbes kemudian menamainya salah satu dari wanita kaya raya.

Vamp didirikan untuk menghubungkan merek dengan pengaruh sosial secara mulus pada 2015. Industri pun tumbuh dengan pengguna Instagram mencapai satu miliar pada 2018. Google menerima 61 ribu permintaan pencarian untuk pemasaran lewat influencer sebulan.

Influencer pertama diberi kekuatan untuk menjual langsung melalui Instagram  pada 2019. Industri bisnis melalui influencer akan bernilai 5-10 miliar dolar AS pada 2020.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya