Tips Isolasi Mandiri dari Lelaki yang Sudah 14 Tahun Jadi Satu-satunya Warga di Desa Terpencil

"Tak ada yang berubah bagi saya. Saya bebas pergi keluar rumah kapanpun saya mau," kata seorang lelaki yang sudah melakukan praktik isolasi mandiri selama belasan tahun.

oleh Asnida Riani diperbarui 23 Apr 2020, 01:01 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2020, 01:01 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi lelaki tua. (dok. Pexels/Craig Dennis)

Liputan6.com, Jakarta - "Tak ada yang berubah bagi saya. Saya bebas pergi keluar rumah kapanpun saya mau," kata seorang lelaki bernama Fausto Mottalini yang sudah melakukan praktik isolasi mandiri selama bertahun-tahun.

Bukan seperti kebanyakan penduduk Bumi yang melakukannya demi memutus rantai penyebaran corona COVID-19, Mottalini menjalaninya atas dasar keinginan pribadi. Ya, kakek 69 tahun tercatat sebagai satu-satunya penduduk desa terpencil, Sostila, di bagian utara Italia.

Mengutip laman South China Morning Post, Rabu, 22 April 2020, sudah 14 tahun lamanya kehidupan macam ini dilakoni Mottalini. Dalam kondisi penyebaran virus corona baru, kendati desa tersebut masuk dalam wilayah Lombardy yang notabene banyak mengonfirmasi kasus corona COVID-19, Mottalini menganggap dirinya beruntung.

Desa tempatnya tinggal yang bahkan saat akhir pekan di waktu-waktu normal tak begitu banyak disambangi turis, membuat sang kakek punya kemungkinan paling minim bertemu orang lain, apalagi pelarangan bepergian telah secara resmi berlaku sejak bulan lalu.

"Saya tetap melakukan keseharian seperti biasa. Saya bangun pagi, potong kayu untuk perapian, merawat anggrek dan kebun, lalu pergi mendaki bukit, mengambil foto pemandangan, bunga, dan panorama cantik. Saya pulang saat matahari terbenam dan mempersiapkan makan malam," ucapnya.

Di kondisi ini, ia hanya menyesal tak bisa mengunjungi anak perempuannya yang tinggal jauh di kaki bukit karena larangan bepergian pemerintah. "Tapi, sangat penting untuk saya menaati peraturan tersebut," imbuh Mottalini.

Di tengah pandemi corona COVID-19, ia menyadari benar betapa berat melakukan isolasi mandiri bagi kebanyakan orang. "Walau tinggal di rumah bersama keluarga, mungkin tetap ada beban tertentu karena dilakukan berdasarkan keharusan," ucapnya.

 

Manfaatkan Waktu Isolasi Mandiri

Ilustrasi
Ilustrasi lelaki tua. (dok. Pexels/Abdel Rahman Abu Baker)

Mottalini disebut bukti konkret bahwa manusia bisa hidup dengan hal-hal sederhana, yakni makanan, tempat tiinggal, dan rasa bahagia dikelilingi alam. Kehidupan ini merupakan caranya menerapkan filososi yang disebutkan berasal dari teks kuno Asia tentang makna hidup dan punya kalimat-kalimat kunci untuk menguasai pikirannya sendiri.

Karenanya, meski dalam keadaan berbeda, ada satu keyakinan yang bisa dibagikan Mottalini selama melakukan isolasi mandiri. Dalam pandangannya, orang-orang bisa memanfaatkan kondisi ini untuk bermeditasi dan berbincang pada diri sendiri.

"Kita harus sama-sama merenungkan apa-apa yang sudah kita lakukan, apa yang bisa diperbuat untuk memperbaiki ekstistensi kita. Karena bahagia datang dari diri sendiri. Tanyakan pada diri sendri, apakah sudah benar-benar bahagia dengan kehidupan sekarang," ungkapnya.

Ruang gerak terbatas, sambung Mottalini, dengan sedikit akses ke berbagai hal disebut sebagai waktu ideal untuk mengenal diri lebih baik.

"Tak ada bar, restoran, atau apapun di sini. Jadi, saya bisa fokus dengan apa yang saya lakukan, yakni tetap sehat dan memenuhi hari-hari dengan rasa bahagia yang hakiki," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya