Cerita Akhir Pekan: Ketentuan Fitting Room di Pusat Perbelanjaan

Sejumlah pusat perbelanjaan sudah kembali buka, termasuk di Jakarta dan Bekasi, di masa mempersiapkan kenormalan baru.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Jun 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2020, 08:30 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi fitting room. (dok. pexels.com/Ksenia Chernaya)

Liputan6.com, Jakarta - Menghadapi kenormalan baru atau new normal, sekian banyak pusat perbelanjaan kembali membuka pintu mereka. Berkaca pada kondisi pandemi, terdapat sejumlah penyesuaian yang diadopsi dalam praktiknya.

Di samping penerapan standar protokol kesehatan, seperti pemeriksaan suhu tubuh, penyediaan tempat cuci tangan maupun hand sanitizer, aturan memakai masker, dan menjaga jarak aman antarindivdu, implementasinya pun sampai pada ketentuan fitting room.

Mencoba baju sebelum dibeli tentu bukanlah pemandangan asing di pusat perbelanjaan. Namun, kebiasaan ini jadi dipertanyakan di tengah ragam upaya pencegahan transmisi COVID-19.

"Forever 21 memutuskan menutup fitting room di seluruh cabang. Tapi, ada juga beberapa (merek lain) yang tetap membuka (fitting room) dengan memberlakukan aturan tertentu," kata store manager Forever 21 Grand Indonesia, Jakarta, pada Liputan6.com lewat sambungan telepon, Jumat, 19 Juni 2020.

Soal ketentuan menutup fitting room di masa pandemi sebenarnya sudah sempat disinggung desainer Musa Widyatmodjo.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Prediksi Perubahan Standar Fesyen

Boxing Day di London
Ilustrasi department store. (Niklas HALLE'N/AFP)

Lewat siaran Instagram Live bersama Caren Delano, Minggu, 14 Juni 2020, Musa mengatakan, membeli pakaian tanpa mencoba lebih dulu sudah mulai diterapkan di sejumlah butik di New York, Amerika Serikat.

Selain mengubah kebiasaan konsumen, adaptasi ini secara tak langsung mendorong pelaku bisnis fesyen untuk lebih kreatif demi melanggengkan eksistensi.

"Jadi, brand akan membuat standar lebih bagus. Mau-tidak mau kita (pelaku industri fesyen) harus ciptakan sesuatu dengan sistem, serta standar baru dan kuat. Itu jadi tantangan tentang apa yang kita lakukan sebagai retailer maupun pembuat koleksi," tutur Musa.

Sementara, bagi label yang memutuskan tetap membuka fitting room, protokol dengan kesehatan dan keselamatan, baik pelanggan maupun karyawan, sebagai prioritas pun diberlakukan.

The Goods Dept adalah salah satu yang tetap menyediakan fitting room bagi pelanggan. "Secara operasional, terdapat perubahan di beberapa SOP, terutama yang menyangkut kesehatan dan traffic," kata Anton Wirjono selaku Founder The Goods Dept lewat pesan pada Liputan6.com, Jumat, 19 Juni 2020.

Saat ini pihaknya membatasi jumlah pengunjung, serta secara aktif mengimbau pelanggan maupun karyawan untuk menjaga jarak aman dan menggunakan masker selama berada di area toko.

Operasional Fitting Room

Ilustrasi
Ilustrasi fitting room. (dok. pexels.com/Anna Shvets)

Di samping standar kesehatan yang telah disusun, Anton menambahkan, terdapat beberapa protokol tambahan terkait operasional fitting room. Pertama, pembatasan jumlah produk apparel yang dapat dicoba, yakni maksimal dua potong per pengunjung.

"Lalu, larangan mencoba produk kecantikan dan menyediakan shoes cover sekali pakai sebelum pengunjung mencoba produk sepatu," imbuhnya.

Selain itu, pihak The Goods Dept juga sangat menyarankan pembayaran non-tunai. "Kami juga telah mengembangkan kerja sama untuk pembayaran menggunakan barcode," sambung Anton.

Semua protokol yang telah dipersiapkan tersebut dijelaskan berlaku di seluruh outlet The Goods Dept.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya