Menilik Perubahan Karakter UMKM Bali di Next Normal

Tiga sektor UMKM Bali yang paling menonjol sekaligus paling terdampak pandemi adalah kuliner, kerajinan seni, dan fashion.

oleh Putu Elmira diperbarui 02 Jul 2020, 19:01 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2020, 19:01 WIB
Menteri BUMN dan Kepala Bekraf Tinjau Pameran Produk UMKM di IMF-WB 2018
Menteri BUMN Rini Soemarno bersama Kepala Bekraf Triawan Munaf mengunjungi salah satu stand milik perusahaan BUMN selama ajang Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group 2018 di Nusa Dua Bali, Selasa (9/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona Covid-19 telah memberi hantaman kuat kepada beragam sektor, tak terkecuali dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bali. Untuk dapat kembali bangkit, ada beragam upaya adaptasi yang diterapkan hingga UMKM mampu berjalan di masa mendatang.

"Perubahan karakter UMKM pasca-Covid-19 bukan lagi new normal, tapi next normal. Tentu dengan asumsi-asumsi bahwa ada tiga pihak yang sudah siap dalam hal ini masyarakat, memang harus disiplin, bukan lagi diawasi, timbul kesadaran, ini kesiapan masyarakat," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dalam bincang daring bersama MarkPlus, Kamis (2/7/2020).

Wagub Bali yang juga akrab disapa Cok Ace ini menyampaikan pula soal kesiapan dari pihak swasta yang dilihatnya bergerak cepat jika bicara soal mengarah pada pasar. Demikian juga pemerintah yang memiliki kesiapan, baik mengendalikan virus corona hingga menjalankan fasilitas kesehatan.

"Ketiga ini harus siap. Asumsi saya adalah asumsi dalam kondisi siap, baru kita bisa berbicara tentang next normal," tambah Cok Ace.

Di Pulau Dewata sendiri, dilihat Cok Ace, ada tiga sektor yang menonjol yakni kuliner, kerajinan seni, dan fashion. Ia menyebut, pandemi Covid-19 telah mengubah karakter UMKM di Bali yang menyangkut bagaimana karakter dari produsen.

"Perubahan dari sisi produsen, nanti saya yakin next normal akan banyak mengalami perubahan, perubahan bahan baku misalnya sering kita mendengar adanya deglobalisasi. Dalam keadaan globalisasi saja, pengusaha kita ada hal-hal yang sulit dapatkan bahan baku dari luar negeri," tambahnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Hal-Hal yang Berbeda

Ilustrasi Memasak
Ilustrasi memasak (dok. Unsplash.com/Kevin McCutcheon @kevinmccutcheon)

Begitu pula menyangkut metode-metode, yang disebutkan Cok Ace, di mana dahulu dapat dikerjakan ramai-ramai, namun tidak ketika penerapan social distancing. Perubahan di metode produksi apakah sudah mengaitkan beberapa hal dengan teknologi dan sebagainya.

"Begitu juga SDM tentu kita tak bisa lagi seperti dulu, kita sudah diikat ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam protokol kesehatan dalam konteks memproduksi sebuah hasil misalnya membuat proses memasak," katanya.

Lalu dari aspek penjual, disebutkan akan banyak melihat dari ketiga sektor baik kuliner, kerajinan, hingga fashion yang tak dapat lepas dari pengemasan, penyimpanan. Begitu pula dengan tempat berjualan hingga cara bertransaksi.

Sementara dari sisi pembeli untuk mengakses informasi juga perlu jadi perhatian. Bagaimana dapat menyediakan informasi hingga saat datang ke toko atau apsar seni, mereka tahu apa yang dijual dan ada di tempat mana saja.

"Ini yang saya lihat perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang pada akhirnya semua dari proses produksi, menjual, sampai pembeli satu hal yang sudah pasti dampak dari Covid dan penerapan protokol kesehatan, pasti akan menimbulkan biaya yang lebih tinggi," kata Cok Ace.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya