Liputan6.com, Jakarta - Merayakan Hari Batik Nasional yang jatuh hari ini, Jumat (2/10/2020), Google Arts and Culture bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Museum Tekstil Jakarta, Yayasan Batik Indonesia (YBI), dan didukung Kok Bisa mengumumkan tambahan terbaru halaman Batik di Google Arts and Culture.
Halaman ini sekarang berisi lebih dari 1,1 ribu tekstil Indonesia dalam resolusi ultra-tinggi yang ditangkap dengan Art Camera. Koleksinya meliputi 900 batik, di mana terdapat 45 motif batik baru, serta 200 tradisi tekstil Indonesia lain, seperti ikat, ulos, dan songket.
Juga, terdapat 23 cerita digital yang imersif pilihan kurator ahli. Sebagai wadah informasi kain batik Indonesia, disediakan pula materi edukasi yang terintegrasi dan dapat diunduh bagi para pengajar, pelajar, dan orangtua, serta sorotan UMKM kain batik lokal.
Advertisement
Baca Juga
"Pelajar ini terkhusus berusia 11--14 tahun. Terkait cara mempelajari kain batik, materinya ada dua bab," kata Ryan Rahardjo, Kepala Hubungan Publik Asia Tenggara Google Asia Tenggara, dalam webinar Menuju Hari Batik Nasional, Kamis, 1 Oktober 2020.
Ryan menjelaskan, yang pertama berupa materi guna memahami kain batik Indonesia dalam waktu 60 menit. Termasuk di dalamnya adalah sejarah, teknik, evolusi, simbol, dan motif. "Nantinya audiens bisa saja membuat (kain) batik sendiri," imbuhnya.
Kemudian, ada extra discovery. Selama 45 menit, audiens akan diberi paparan informasi terkait inovasi seputar desain dan warna. Juga, terdapat kuis supaya pembelajaran tentang kain batik Indonesia terkemas lebih menarik.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bentuk Lain Upaya Pelestarian Batik
Ryan mengatakan, pihaknya terus berkomitmen membuat pemulihan ekonomi secara keseluruhan. Karenanya, mereka juga melatih lebih dari 50 pakar batik melalui lokakarya Gapura Digital untuk membantu mereka memajukan bisnis melalui media digital.
"Kami sudah menyelenggarakan kelas pelatihan digital bagi UMKM yang fokus ke kain batik. Hal ini dilakukan supaya mereka bisa transformasi dan memahami tren yang bergerak cepat, terutama selama pandemi," tutur Ryan.
Juga, publik bisa mengakses Google Street untuk tur virtual Museum Tekstil Jakarta. "Semoga ini bisa jadi tambahan pembelajaran yang bisa disimak bersama keluarga di rumah," tandasnya.
Advertisement