Liputan6.com, Jakarta - Mengingat pandemi Covid-19 masih berlangsung, Hong Kong sementara tak bisa leluasa dikunjungi para wisatawan. Padahal, bekas jajahan Inggris itu biasanya ramai menerima tamu dari berbagai dunia selama libur Imlek.
Untuk itu, lewat program global Hong Kong Tourism Board (HKTB) pertama bertajuk Hong Kong Super Fans, para turis mancanegara diajak mengikuti tur virtual perayaan Imlek di Hong Kong. Lokasi yang dikunjungi di antaranya adalah tiga kuil yang kerap ramai saat perayaan Tahun Baru China tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Saya berkesempatan mengikuti tur tersebut bersama sejumlah jurnalis dari Malaysia, Filipina, Hong Kong, Taiwan, dan Indonesia, pada Rabu, 10 Februari 2021. Dimulai pada pukul 15.00 WIB, lokasi pertama yang dikunjungi dalam tur tersebut adalah Kuil Man Mo yang dibangun antara 1847 hingga 1862.
Kuil tersebut dibangun sebagai persembahan bagi Dewa Sastra (Man) dan Dewa Perang (Mo). Dewa Man dikisahkan memiliki spesialisasi pada intelektualitas, terutama pada bagian ujian dan penulisan. Bahkan sejak 400 tahun lalu, orang-orang yang akan mengikuti ujian kekaisaran akan memanjatkan doa kepada Dewa Man agar mendapatkan nilai yang bagus dan lulus dalam ujian tersebut.
Kepercayaan itu masih tertanam hingga kini. Para orangtua akan membawa anak-anak mereka ke Kuil Man Mo untuk berdoa kepada Dewa Man agar mereka diberkahi nilai yang baik dalam studi. Ritual tersebut selalu terjadi di setiap Tahun Baru Imlek dan juga beberapa hari sebelum dimulainya tahun ajaran baru pada bulan September.
Saat berdoa itu, mereka membawa buku pelajaran, alat tulis hingga tas sekolah untuk mendapatkan berkah. Dua pemandu tur juga berbagi cerita bahwa tak jarang para peziarah membawa serta daun bawang dan seledri sebagai persembahan kepada Dewa Man.
"Kedua sayuran ini dibawa sebagai persembahan kepada Dewa Man, dengan dasar bahwa kata Chong (daun bawang) pelafalannya sangat mirip dengan bahasa Kanton untuk kata 'pintar, dan Kun (Seledri) pelafalannya dalam bahasa Kanton berarti 'pekerja keras'," kata Annie, salah satu pemandu.
Di depan kuil terdapat patung Pena Emas. Merunut pada kepercayaan orang-orang tua di Hong Kong, jika pena emas itu disentuh para pelajar, mereka akan semakin terampil dalam belajar. Sementara, bila disentuh mereka yang bekerja sebagai penulis, hal itu diyakini akan menambah berkah dalam mencari nafkah.
"Berarti bisa berlaku juga bagi para jurnalis," ucap Annie.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Mencoba Tongkat Permintaan
Perjalanan berikutnya menuju Kuil Wong Tai Sin yang merupakan rumah bagi tiga agama - Taoisme, Buddha,dan Konfusianisme. Kuil ini dibuat untuk menghormati biksu terkenal Wong Tai Sin.
Menurut Annie, sebelum pandemi Covid-19, banyak kru televisi akan berjaga di kuil tersebut untuk mengabadikan momen persembahan dupa pertama di Tahun Baru Imlek. Sementara, ribuan orang akan antre di luar kuil untuk mendapat kesempatan membuat dupa persembahan pertama. Mereka percaya, semakin cepat melakukan dupa persembahan, maka akan semakin cepat permintaannya dikabulkan.
Tak heran bila kuil itu yang paling ramai dikunjungi ketika perayaan Tahun Baru Imlek di Hong Kong. Dikisahkan bawah Wong Tai Sin akan mengabulkan keinginan melalui kao chim (tongkat permintaan). Pengunjung akan mengguncang wadah berisi tongkat ramalan yang dinomori.
Kemudian, setiap nomor yang keluar menjadi jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan pengunjung sebelum mengguncangkan wadah. Para pengunjung kemudian membawa nomor tersebut kepada peramal, tetapi juga terdapat mesin yang menjelaskan arti nomor yang keluar tersebut.Â
Di kuil ini pula, para lajang bisa berdoa kepaada Dewa Cinta untuk diberikan cinta sejati. Apalagi tahun ini, Hari Valentine bertepatan dengan hari ketiga Tahun Baru Imlek. Setelah berdoa kepada dewa, mereka kemudian akan melingkarkan jari-jari di sekitar tali merah dan mengikat tali tersebut di salah satu dari dua patung yang ada di dalam kuil.
Advertisement
Memutar Roda Keberuntungan
Kuil ketiga yang dikunjungi adalah Kuil Che Kung. Kuil tersebut didedikasikan bagi Che Kung, seorang komandan militer dari Dinasti Song Selatan(1127–1279), yang ahli dalam memadamkan pemberontakan di abad ke-13. Dia mengawal kaisar Song ke Hong Kong saat mereka melarikan diri dari penjajah Mongolia.
Penduduk Sha Tin mendedikasikan sebuah kuil untuknya sekitar 300 tahun yang lalu untuk menghentikan penyebaran wabah penyakit lokal. Menurut cerita setempat,penyakit itu lenyap pada hari pembangunan candi. Sebagai sebuah penghormatan, saat ini pengunjung akan menemukan patung raksasa Che Kung.
Salah satu ritual etika hendak berdoa di kuil ini adalah memukul genderang perang yang terletak di luar kuil. Hal ini menyimbolkan pemberitahuan kepada Jenderal Che Kung bahwa mereka hendak berdoa di kediaman sang jenderal.
Ritual penting lainnya yakni terkait dengan Roda Keberuntungan yang akan menentukan garis keberuntungan Anda di tahun baru ini. Jika selama setahun kemarin hidup yang dijalani banyak dihampiri keberuntungan, pengunjung diminta memutar roda keberuntungan searah dengan jarum jam agar keberuntungan terus berlanjut.
Sebaliknya, jika setahun kemarin dalam kehidupan yang dijalani lebih banyak tantangan, pengunjung diminta memutar roda keberuntungan berlawanan dengan arah jarum jam. Maknanya agar setahun ke depan keberuntungan selalu menyertai. Untuk menambah berkah, setelah selesai berdoa, biasanya para pengunjung akan membeli kincir angin warna-warni, yang dipercaya sebagai magnet untuk membawa pulang keberuntungan ke dalam rumah.