Cita-Cita Besar Kongres Berkebaya Nasional, dari Peringatan Tahunan sampai Maju ke UNESCO

Kongres Berkebaya Nasional inisiasi Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) akan terselenggara pada 5 dan 6 April 2021.

oleh Asnida Riani diperbarui 01 Apr 2021, 21:03 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2021, 21:03 WIB
Perempuan Berkebaya Indonesia
Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI). (dok. PBI)

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari sekadar lembaran kain penutup tubuh, kebaya merupakan identitas bangsa yang keberadaannya membentuk ekosistem tersendiri. Termasuk dalam lingkaran itu adalah para perajin, seniman, maupun pegiat fesyen.

Sebagaimana busana tradisional lain, kebaya juga "berebut ruang" untuk tetap hadir di tengah masyarakat. Maka itu, berbagai gaung keberadaannya pun sahut-sahutan disuarakan, salah satunya oleh Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI).

Dalam praktiknya, mereka menginisiasi Kongres Berkebaya Nasional yang akan terselenggara secara daring pada 5 dan 6 April 2021. "Sosialisasi kebaya kali ini tidak hanya ke anak muda, tapi juga orang di luar negeri," kata Rahmi Hidayati, Ketua Umum PBI, dalam jumpa pers virtual, Kamis (1/4/2021).

Ketua Panitia Kongres Berkebaya Nasional, Lana Koentjoro, menyambung, di samping sosialisasi, ada dua cita-cita besar dalam Kongres Berkebaya Nasional. Pertama, mendorong ditetapkannya Hari Kebaya Nasioanl. "Kalau ada peringatan setiap tahun (Hari Kebaya Nasional), sosialisasi (kebaya) lebih mudah," ucapnya di kesempatan yang sama.

Dengan begitu, sambung Lana, setidaknya setahun sekali perempuan Indonesia bersedia berkebaya. Kemudian, ambisi kedua mereka adalah mengajukan kebaya sebagai Warisan Budaya Dunia yang mendapat pengakuan UNESCO.

"Kami paham, pengajuan kebaya ke UNESCO akan menempuh proses yang sangat panjang. Semoga kami tidak kecapean di tengah jalan karena sebetulnya secara materi sudah ada," tuturnya.

Kendati, pihaknya akan berdiskusi dengan banyak pihak, termasuk pemerintah dan komunitas, soal serba-serbi pengajuan tersebut. Yang paling utama adalah mengidentifikasi kriteria benda budaya seperti apa yang bisa masuk kriteria penilaian UNESCO.

"Pengajuannya kan September. Jadi, kami sedang menggodok bagaiamana dari April sampai September ini pengumpulan materinya cukup. Sebenarnya sudah ada kajian tentang sejarah dan perkembangan kebaya. Itu juga ditemukan ditemukan di berbagai wilayah, termasuk Papua," ucapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rangkaian Acara Kongres Berkebaya Nasional

Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia
Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia mengadakan diskusi bertajuk Rumpi Kebaya di Pekan Kebudayaan Nasional (PKN), Jakarta. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Dalam rangkaian Kongres Berkebaya Nasional, ada pula beberapa webinar tentang kebaya dengan tema dan perpektif berbeda yang disajikan narasumber dari berbagai bidang. Masuk dalam daftar ini adalah figur pemerintah, akademisi, budayawan, sampai desainer.

Nama-nama yang dijadwalkan hadir antara lain Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, serta Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Nyoman Shuida.

Ada pula Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid, desainer kenamaan Musa Widyatmodjo, Lenny Agustin, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, serta Pengamat Budaya dan Pendiri Rumah Cinta Wayang Dwi Woro Retno.

Materi yang ditawarkan pun beragam, mulai dari perkembangan kebaya dari masa ke masa, kebijakan pelestarian kebaya, sampai mengembangkan potensi ekonomi kebaya.

Informasi lebih lengkap soal pendaftaran bagi setiap webinar bisa langsung di simak di akun media sosial Kongres Berkebaya Nasional.

Infografis Batik Dunia

infografis batik dunia
Batik-batik Berbagai Negara
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya