Cerita Akhir Pekan: Siasat Pengusaha Oleh-Oleh Hadapi Larangan Mudik 2021

Pandemi memberi pelajaran bagi para pengusaha oleh-oleh.Untuk saat ini mereka tak terlalu banyak menyetok oleh-oleh.

oleh Komarudin diperbarui 18 Apr 2021, 10:03 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2021, 10:03 WIB
Keripik Balado
Keripik Balado. (Liputan6.com/dinaskerin.padang.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Christine Hakim berharap Lebaran kali ini usaha oleh-olehnya akan ramai dikunjungi pembeli dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu, meskipun pemerintah menerapkan larangan mudik bagi masyarakat tahun ini. Ia memahami keinginan pemerintah dengan kebijakannya itu.

"Saya memahami keinginan pemerintah dengan membuat larangan mudik agar pandemi Covid-19 cepat berlalu. Namun, mudik sudah merupakan tradisi bagi orang Minang," ujar pemilik usaha keripik balado Christine Hakim itu kepada Liputan6.com, Sabtu, 17 April 2021.

Perempuan kelahiran 29 Agustus 1956 ini mengatakan bisnisnya turut ditopang Usaha Kecil Menengah (UKM). Tahun lalu, para pengusaha UKM yang bergabung dengan bisnisnya tak mendapatkan uang karena adanya kebijakan tersebut. Situasi benar-benar sepi dan tak terasa suasana Lebaran.

"Nah, tahun ini mereka berharap bisa mendapatkan keuntungan. Tahun ini kayaknya akan ramai karena orang akan mudik lebih dulu, sekarang ini mulai terasa. Orang mulai berbelanja, tapi belum seramai tahun-tahun sebelum adanya Covid-19," kata Christine yang telah membuka usaha keripik balado sejak 1990.

Christine mengungkapkan saat ini ada sekitar 300 UKM yang bergabung dengan usahanya se-Sumatera Barat, termasuk dari Payakumbuh dan Solok. Ia memproduksi keripik balado, sedangkan UKM lain memasok rendang dan makanan lainnya.

"Ada 500 lebih produknya, tapi yang paling laku itu rendang dan keripik balado. Rendang saja ada bermacam-macam. Kalau rendang itu, orang banyak beli untuk buka puasa dan sahur," imbuh Christine.

Jelang Lebaran seperti ini, kata Christine, ia biasanya menyetok produk dari UKM. Untuk produksinya, ia membiayainya lebih dulu, nanti ditukar dengan produknya.

"Jadi, saya nggak pakai sistem konsinyasi, saya langsung bayar. Nah, kalau menjelang Lebaran biasanya, saya membiayai mereka, nanti ditukar dengan apa yang mereka produksi, seperti dengan kue. Tahun lalu nggak ada, tapi tahun ini hanya sikit (sedikit), jadi nggak terlalu banyak modal," ujar Christine.

Selama pandemi, kata Christine, usahanya selalu menerapkan protokol kesehatan. Bagi dia, protokol kesehatan sangat penting agar orang merasa aman. Ia bahkan mewajibkan mereka yang datang ke tempat usahanya harus memakai masker.

"Saya sediakan masker, bagi mereka yang nggak bawa masker. Harus begitu, kita harus menjaga supaya aman," tutur Christine.

Bagi Christine, seharusnya larangan mudik jangan dikeluarkan dulu, tapi yang harus digencarkan adalah mengajak masyarakat agar bisa mengikuti vaksinasi. Artinya, mereka yang sudah divaksin, mereka boleh mudik.

"Dengan begitu, mereka akan tentu akan mau divaksin, karena akan mudik, kan. Jadi, vaksin dulu, baru mudik. Itu saran saya saja," kata Christine. "Atau juga mudiknya beberapa hari setelah Lebaran," lanjut dia. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Belajar dari Pengalaman

Ilustrasi oleh-oleh, buah pariwisata
pariwisata merupakan sektor yang paling efektif untuk mendongkrak devisa Indonesia

Secara terpisah, Presiden Komunitas Tangan di Atas (TDA), Donny Kris Puriyono, yang juga pemilik outlet-outlet di Malang Strudel mengatakan larangan mudik pada 2020 berdampak pada usahanya sangat signifikan. Saat itu, tahun pertama pandemi Covid-19 dan sangat berpengaruh terhadap industri oleh-oleh.

"Biasanya UKM itu produksinya H-3 bulan sebelum Lebaran. Mereka menyediakan stok banyak agar saat Lebaran barangnya bisa dijual. Pada Maret barang harus masuk toko karena Lebaran pada Mei, ya. Karena banyaknya batasan-batasan, akhirnya banyak barang yang menumpuk di gudang sehingga harus dimusnahkan karena sudah expired," ujar Donny saat dihubungi Liputan6.com.

Tahun lalu, kondisinya sangat parah karena mereka tidak bisa berjualan sehingga merugi. Belajar dari pengalaman Lebaran tahun lalu saat awal pandemi, saat ini para UKM hanya memproduksi 50 persen saja.

"Hal itu untuk mengantisipasi adanya larangan mudik. Kami juga tidak meng-order banyak kepada teman-teman UKM yang memproduksi barang yang masa expired-nya pendek. Seperti kue dan keripik, kami meng-order agak lebih banyak, karena ada kue dan keripik yang masa expired-nya bisa sampai tiga bulan," imbuh Donny.

Sementara untuk merchandise, seperti daster malangan dan tas rajut, pesanannya normal. Hal itu untuk mengantisipasi jika ada kunjungan wisatawan yang membludak sehingga masih ada barang yang bisa dijual.

Kondisi UKM di Malang saat ini mulai adanya peningkatan. Pada Juni hingga Desember 2020, kondisinya terbilang bagus, tapi awal Januari 2021 mengalami penurunan karena adanya PSBB. "Kita berharap pada Lebaran omset bisa naik tiga hingga lima kali lipat," tegas Donny.

Diplomasi Lewat Jalur Kuliner

Infografis Diplomasi Lewat Jalur Kuliner
Diplomasi Lewat Jalur Kuliner (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya