Liputan6.com, Jakarta - Ada kabar terbaru dari putri penguasa Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) Sheikha Latifa binti Mohammed bin Rashid Al Maktoum, yang belum lama ini jadi perbincangan di media sosial. Putri Latifa jadi buah bibir karena muncul perdana di tengah publik setelah kabar penyekapan oleh ayah kandungnya.
Setelah tiga tahun, Putri Latifa dikabarkan sudah bebas. Hal itu terlihat dari sejumlah foto yang menampilkan dirinya sedang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan di Kota Dubai.
Advertisement
Baca Juga
Foto itu diunggah teman dekatnya, Sioned Taylor, di Instagram. Sedangkan dalam potret lain, Latifa terlihat sedang bersama seorang teman lain di sebuah restoran Italia di pusat Kota Dubai.
Sebelum mengunggah dua foto itu, Sioned mengaku sudah mendapat izin dari otoritas Dubai, "memperlihatkan kebebasan Putri Latifa." Teman dekat lainnya mengaku, sekarang Putri Latifa sudah dibiarkan keluar tanpa penjagaan dan bisa bertemu teman-temannya.
"Putri Latifa sudah keluar dari apa yang disebutnya sebagai ‘vila penjara’. Ia tidak lagi ada di bawah penjagaan bersenjata. Ia bisa menjalani hidup normal lagi," ungkap seorang teman dekat Putri Latifa pada Daily Mail, Selasa (25/5/2021).
Wanita 35 tahun itu kabarnya sekarang tinggal bersama teman-temannya di Dubai. Ia dilaporkan bebas dari penyekapan selama tiga tahun yang merupakan hukuman karena sudah mencoba kabur dari negaranya.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
1 dari 30 Anak Penguasa Dubai
Putri Latifa sendiri merupakan salah satu dari 30 anak penguasa Dubai, sekaligus Perdana Menteri Uni Emirat Arab, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum.
Pada 2018, Putri Latifa berusaha melarikan diri dari Dubai dengan kapal. Namun, usahanya gagal karena ia dicegat pasukan komando di lepas pantai India dan dipaksa kembali ke Dubai. Setelah itu, ia dikabarkan menghilang.
Program berita investigasi BBC, Panorama, pada 16 Februari 2021 menerbitkan sebuah video terkait Latifa. Menurut laporan itu, Latifa ditahan di sebuah vila yang dibarikade. Dalam video yang direkam secara diam-diam, sang putri mengatakan, ia takut akan hidupnya.
Rekaman itu mendorong panggilan global supaya PBB melakukan penyelidikan. Komisioner tinggi HAM PBB bahkan sempat meminta UEA memberi informasi lebih lanjut tentang status Latifa dan ada bukti bahwa ia masih hidup.
Advertisement