Liputan6.com, Jakarta - Pandemi global membuat sejumlah kafe di berbagai negara di dunia tutup, entah sementara maupun permanen. Menambah daftar panjangnya adalah sebuah kafe di kota Agra, India yang memberdayakan para perempuan penyintas serangan zat asam, melansir SCMP, Sabtu, 17 Juli 2021.
Kehadirannya sempat menarik para perempuan penyintas serangan zat asam keluar dari "pengasingan mereka," dan berani menghadapi dunia dengan memasak, serta melayani pelanggan. Ya, Sheroes Hangout yang dibuka pada 2014 lalu telah jadi awal kehidupan baru bagi enam perempuan yang bekerja di sana.
Operasionalnya memberi mereka penghasilan yang sangat dibutuhkan dan kesempatan bersosialisasi, serta mendapat kembali kepercayaan diri setelah menderita luka bakar kimia. Sebagian besar serangan ini dilakukan kekasih yang ditolak cintanya atau pelamar yang ditolak.
Advertisement
Baca Juga
Beberapa dari mereka tidak pernah menunjukkan wajah bekas luka di depan umum sebelum bergabung dan menyadari bahwa mereka tidak punya alasan untuk bersembunyi. Pasalnya, seperti yang dikatakan salah satu dari mereka, "bukan kami yang bersalah."
Perempuan-perempuan yang semuanya berasal dari keluarga miskin ini memberanikan diri bepergian dengan angkutan umum. Penghasilan mereka, meski kecil, penting karena keluarga telah menghabiskan banyak uang untuk berbagai operasi dan operasi rekonstruktif.
Populer di kalangan turis, terutama orang asing yang pernah mendengar tentang stafnya, kafe ini dulunya merupakan tempat yang ramai dengan sajian berupa kopi dan makanan ringan. Ada pula ruang yang dipenuhi buku-buku tentang feminisme, sesuatu yang langka di kota lokasi monumen cinta yang terkenal, Taj Mahal.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tidak Bisa Dipertahankan dengan Donasi
Pandemi telah membuat kafe mengalami kerugian selama berbagai penguncian dan karena jumlah turis berkurang. Pendapatannya tercatat turun hingga 80 persen.
Pendiri LSM Stop Acid Attacks di New Delhi, sekaligus penyusun ide kafe, Alok Dixit, mengatakan donasi membantu mempertahankannya untuk sementara waktu, tapi hanya sampai titik tertentu.
"Ini membantu membayar sebagian gaji untuk menjaga staf tetap memenuhi kebutuhan dasar mereka. Pemilik gedung kafe kami juga sangat pengertian. Kami belum membayar sewa selama setahun. Tapi, ketika kewajiban terus meningkat, kami tahu kami terpaksa harus tutup," katanya.
Dengan mencatat skenario terburuk, beberapa wanita menggunakan periode penguncian untuk belajar keterampilan komputer dasar, Bahasa Inggris, menjahit, atau membuat perhiasan dan kerajinan lain. Beberapa barang kerajinan ini akan dijual sebagai bagian dari layanan pemberian hadiah online yang telah dimulai LSM untuk membantu mereka mencari nafkah.
Advertisement
Statistik Serangan Zat Asam
Meski undang-undang di India telah melarang penjualan zat asam melalui konter, banyak toko nyatanya masih menjualnya pada pembeli tanpa lisensi. Hal ini menjadikan zat asam sebagai "senjata pilihan bagi pria yang membalas dendam" karena uang muka atau lamaran pernikahan mereka ditolak dengan menodai wajah dan tubuh wanita.
Statistik resmi menunjukkan bahwa hampir 1,6 ribu serangan zat asam terjadi di India antara 2014--2018, hampir satu kali sehari.
Kafe kedua LSM di Lucknow, yang juga mempekerjakan para perempuan penyintas serangan zat asam, pun terkena dampak negatif pandemi. Tapi, karena kafe ini tidak terlalu bergantung pada turis dan lebih pada penduduk lokal, Dixit berharap kafe itu dapat bertahan.
"Seluruh industri perhotelan telah sangat terpengaruh di seluruh dunia, sehingga apa yang terjadi pada kami tidak dapat dihindari. Tapi, saya merasa bahwa kerja sama dengan para wanita Sheroes sangat positif, sehingga saya akan tetap bersama mereka selamanya," katanya.
Infografis Tarik Ulur RUU Penghapusan Kekerasan Seksual
Advertisement