Malaysia Berfokus pada Ekowisata untuk Buka Kembali Langkawi

Turis domestik Malaysia jadi sasaran utama pembukaan kembali Langkawi yang kemudian disusul wisatawan asing pada akhir tahun ini atau awal 2022.

oleh Asnida Riani diperbarui 15 Agu 2021, 12:31 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2021, 12:31 WIB
Suasana Pulau Langkawi yang Ditutup Akibat COVID-19
Kolam renang kosong di wisata Pantai Cenang di pulau liburan Langkawi, yang ditutup untuk sebagian besar pengunjung luar karena penguncian parsial yang ditetapkan pihak berwenang untuk mengekang penyebaran Covid-19. di negara bagian Kedah, Malaysia utara (18/11/2020). (AFP/Mohd Rasfan)

Liputan6.com, Jakarta - Langkawi Development Authority (Lada) mengumumkan Rencana Pemulihan Pariwisata Langkawi tiga fase 2021--2022. CEO Lada Nasaruddin Bin Abdul Muthalib mengatakan pihaknya berfokus pada mempersiapkan dan mengubah citra Langkawi sebagai tujuan bebas COVID-19, berkonsentrasi pada keselamatan dan ekowisata.

"Kami telah diminta mempersiapkan pembukaan kembali (Langkawi)," kata Alexander Isaac, CEO Tropical Charters dan wakil presiden Asosiasi Bisnis Langkawi, melansir SCMP, Sabtu (14/8/2021). "Jika semuanya berjalan dengan baik, Langkawi akan mencapai kekebalan komunal pada minggu ketiga Agustus, ketika 80 persen atau lebih dari 76.400 penduduknya divaksinasi penuh."

Isaac mengatakan bahwa yang pertama kembali ke pulau itu adalah turis domestik yang sudah divaksinasi penuh. Turis asing dikatakan menyusul pada Desember 2021 atau Januari 2022. Berbeda dari Phuket, Thailand yang mengizinkan turis asing yang divaksinasi masuk tanpa karantina, pengunjung pertama yang kembali ke Langkawi harus menjalani karantina dalam waktu singkat.

Lada pun telah memperkenalkan MySafe Langkawi, sertifikasi bisnis pariwisata yang mematuhi protokol jarak sosial. Ini akan berjalan seiring myvacation, portal pemesanan yang diluncurkan Isaac untuk menawarkan paket liburan sesuai prosedur operasi standar.

Jika pembukaan kembali terbukti berhasil, pemerintah Malaysia berencana memperluas "travel bubble bebas COVID-19" ke Kuching, ibu kota negara bagian Sarawak. Selanjutnya, mereka menargetkan pulau-pulau tujuan wisata lainnya di luar semenanjung Malaysia, seperti Redang, Perhentian, Pangkor, dan Tioman.

Selama penutupan, banyak orang di Langkawi berupaya mempersiapkan kembalinya turis. Mereka berusaha melepaskan pulau dari ketergantungan pada status bebas beanya, sebuah inisiatif pada 1987 untuk menarik pengunjung dengan belanja bebas pajak dan alkohol termurah di Malaysia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Upaya Operator Tur

Suasana Pulau Langkawi yang Ditutup Akibat COVID-19
Pemandangan wisata Pantai Cenang di pulau liburan Langkawi, yang baru-baru ini ditutup untuk sebagian besar pengunjung luar karena penguncian parsial yang ditetapkan pihak berwenang untuk mengekang penyebaran Covid-19. di negara bagian Kedah, Malaysia utara (18/11/2020). (AFP/Mohd Rasfan)

Penyetelan ulang ekologis bertujuan melestarikan lingkungan dan aset Langkawi, seperti Taman Geoforest Kambrium Machinchang yang berusia 550 juta tahun. Taman itu diresmikan UNESCO pada 2007 sebagai geopark pertama di Asia Tenggara.

"Inisiatif keberlanjutan di Langkawi telah mencatat banyak momentum, bahkan sebelum pandemi COVID-19," kata Claudia Mueller, direktur pelaksana Dev's Adventure Tours. "Sebagian besar pelaku industri pariwisata perlahan tapi pasti beradaptasi dan mengadopsi pariwisata berkelanjutan dengan cara mereka sendiri yang kecil, namun bermakna."

Pihaknya mengoperasikan safari laut yang berfokus pada lingkungan, membawa kelompok sangat kecil ke pantai dan jalur air yang jarang dijelajahi dengan kayak. Mereka pun mengadopsi kebijakan larangan plastik yang ketat pada 2018, menyediakan botol kaca yang dapat digunakan kembali para tamu dan menghindari memberi makan satwa liar.

Tropical Charters adalah perusahaan lain dengan semangat serupa. Mereka telah membangun kembali salah satu katamarannya untuk dijalankan dengan motor listrik dan baterai bertenaga surya. Di samping, pihaknya juga memulai pelayaran pendidikan geopark, membawa siswa dan guru dalam tur tentang keajaiban Machinchang Langkawi.

Jangan Menaruh Semua Telur dalam Satu Keranjang

Suasana Pulau Langkawi yang Ditutup Akibat COVID-19
Papan nama Pantai Cenang, tujuan wisata populer di pulau liburan Langkawi, yang ditutup untuk sebagian besar pengunjung luar karena penguncian sebagian yang ditetapkan pihak berwenang untuk mengekang penyebaran Covid-19, di Kedah, Malaysia utara (18/11/2020). (AFP/Mohd Rasfan)

Ketidakaktivan akibat pandemi memberi kesempatan pada perusahaan-perusahaan ini memahami pentingnya pariwisata berkelanjutan. "Pelajaran terpenting yang kami pelajari adalah jangan pernah menaruh semua telur dalam satu keranjang. Kami mengabaikan investasi di bidang pertanian, perikanan, dan industri," kata naturalis Irshad Mobarak.

"Tidak ada waktu lebih baik untuk memperkenalkan pertanian, perikanan, dan pariwisata berkelanjutan. Semakin dini kita melakukan ini, semakin kompetitif Langkawi ketika perjalanan dibuka kembali," kata Irshad, yang memperkirakan Langkawi telah kehilangan setidaknya 50 persen warisan alamnya untuk pengembangan infrastruktur pariwisata massal.

"Untuk memastikan ekowisata terus berkembang, kita tidak hanya perlu melindungi zona ekologi inti yang tersisa, tapi melangkah lebih jauh dengan program reboisasi di seluruh pulau, dan menciptakan jaringan koridor yang memungkinkan satwa liar mencari perlindungan dan makanan," tuturnya.

Selama penguncian, Lada telah memanfaatkan kembali lebih dari sembilan hektare lahan untuk pertanian dan akuakultur, sekaligus melatih pertanian sayuran dan pemuliaan udang karang pada masyarakat setempat. Tanpa tamu yang harus dilayani, Karina Bahrin, pemilik hotel butik La Pari-Pari, terinspirasi membuka pertanian organik.

"Kami bermaksud mengatasi masalah ketahanan pangan pulau ini dengan menyediakan sayuran bebas pestisida (pada penduduk setempat),” kata Bahrin, yang menyebut kebunnya Kebun Republik. "Metode kami termasuk ruang dingin untuk menanam sayuran beriklim sedang karena pandemi mengganggu logistik, bahkan pasokan makanan."

Ahli lingkungan Anthony Wong, yang membuka resor ramah lingkungan pertama di Langkawi, mengatakan seharusnya tidak ada yang menghentikan pengembangan pulau itu untuk jadi lebih hijau. "Metode paling sederhana adalah memanen air hujan, menggunakan energi panas matahari, dan menanam lebih banyak makanan, karena sebagian besar resor di Langkawi memiliki lahan," ujarnya.

Infografis 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya