Liputan6.com, Jakarta - Tantowi Yahya ternyata tak hanya piawai musik dan politik, tapi juga soal lukisan. Dalam unggahan terbarunya, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru itu memamerkan karyanya.
"Ini adalah lukisan saya yang saya beri nama Harmony in Monochrome," kata Tantowi, Minggu (22/8/2021).
Advertisement
Baca Juga
Kata Tantowi, lukisannya itu terdiri dari tiga blok motif batik Indonesia, yaitu Parang, Kawung, dan Mega Mendung, dan empat blok motif Maori. Tantowi mengatakan motif-motif tersebut indah, tapi ketika semuanya disatukan membentu satu harmoni baru yang lebih indah.
"Lukisan ini menggambarkan indahnya hubungan kedua negara. Banyaknya persamaan budaya antara kedua bangsa menjadi perekat abadi persahabatan kedua negara," tutur Tantowi.
Unggahan tersebut sempat mendapat beragam tanggapan positif dari warganet. Mereka memuji karya Tantowi Yahya tersebut. "Ide yg sangat menarik....harmony ini monochrome...keren mass👍👍👍," ungkap seorang warganet.
Dijadikan Batik
Sebelumnya, Tantowi Yahya sempat mengungkapkan kebanggaannya terkait lukisan tersebut. Ia mengaku lukisannya itu diminta untuk dijadikan batik.
"Tak bisa digambarkan kebahagiaan dan kebanggaan yang saya rasakan ketika sahabat saya, Lisa dari Alleira Batik minta agar lukisan saya, Harmony dijadikan batik. Tentu saya terima dengan bangga," kata Tantowi.
Setelah beberapa minggu menunggu, akhirnya kain batik itu selesai dibuat. "Mudah-mudahan bisa dinikmati penggemar batik di Indonesia dan juga di Pasifik," kata Tantowi.
Advertisement
Arti Motif-Motif Batik
Seperti katakan Tantowi, ia menggunakan tiga motif batik Indonesia, yaitu Parang, Kawung, dan Mega Mendung. Lalu, apa yang dimaksud dengan motif-motif tersebut? Dilansir dari berbagai sumber, berikut tiga motif tersebut.
Motif Parang merupakan salah satu motif batik yang paling tua di Indonesia. Motif ini menggambarkan sebuah garis menurun dan tinggi ke rendah secara diagonal. Motif ini sudah ada sejak zaman keraton Mataram Kartasura atau Solo.
Motif Kawung ini berbentuk bulatan-bulatan yang menyerupai buah kawung atau buah aren yang disusun secara geometris. Dalam kebudayaan Jawa, motif kawung yang disusun geometris ini diartikan sebagai lambang terjadinya kehidupan manusia.
Motif Mega Mendung ini berasal dari Kota Cirebon, Jawa Barat. Berbeda dengan batik Parang, batik Mega Mendung mengangkat corak awan mendung. Motif ini ditampilkan dengan tujuh gradasi warna yang berlapis.