Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 15 karya budaya dari Sumatera Barat ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021. Beberapa di antaranya didominasi dengan keterampilan dan kemahiran, kerajinan tradisional.
Pada bagian pertama ini akan mengulas lima karya budaya terlebih dahulu. Simak rangkuman selengkapnya seperti dikutip dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, Selasa, 23 November 2021, di bawah ini.
Advertisement
Baca Juga
1. Talempong Pacik
Talempong merupakan alat musik pukul khas Minangkabau yang terbuat dari campuran tembaga atau kuningan. Talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan dan akan berbunyi jika dipukul oleh sepasang kayu.
Alat musik ini termasuk dalam klasifikasi alat pukul berbentuk gong dalam ukuran kecil dengan diameter 14--16,5 centimeter. Pada bagian bawahnya berlubang, dan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter 5 centimeter sebagai tempat untuk dipukul.
Disebut Talempong Pacik (pegang) karena dalam memainkannya alat musik ini memang dipegang. Jumlah instrumennya ada 5--6 buah talempong yang dimainkan oleh tiga orang, satu orang memainkan satu buah Pupuik (sejenis alat tiup) dan satu orang memainkan sebuah Gandang (Gendang).
2. Khatam Qur'an Agam
Upacara ini rangkaian kegiatan tahunan dan tradisi adat masyarakat Nagari Balaigurah, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kata Khatam berasal dari tamat yang berarti menamatkan bacaan.
Dalam hal ini merujuk pada menamatkan bacaan Al Quran atau lebih bermakna lagi mampu membaca Al Quran dengan baik dan menamatkan bacaan-bacaannya. Rangkaian upacara ini dapat diartikan juga sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas keberkahan yang diberikan kepada anak-anak mereka.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3. Randang Paku Dharmasraya
Rendang Paku adalah salah satu masakan tradisi Kabupaten Dhamasraya yang sudah diwarisi dari Nenek moyang dulu. Bahan baku pembuatan Rendang Paku ini banyak ditemukan di Dhamasraya, yakni ikan dan paku (pakis).
Pembuatannya membutuhkan bahan-bahan seperti santan, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, kunyit, dan serai yang dihaluskan, daun salam, daun kunyit, daun ruku-ruku dan daun jeruk. Proses pembuatan randang paku ini cukup memakan waktu sekitar enam jam, tergantung dari porsi yang dimasak.
Semua bahan pendukungnya dan proses pembuatan pada dasarnya sama dengan proses pembuatan randang di Padang pada umumnya. Randang paku ini dimasak hingga kering dan berwarna kekuningan.Â
4. Tenun Kubang
Tenunan Kubang telah lama dikenal sebagai kekayaan budaya di Kabupaten Limapuluh Kota, khususnya di Nagari Kubang. Masyarakat setempat menjadi tenunan sebagai pekerjaan utama. Beragam bentuk hasil kerajian seperti kain songket, sarung, bahan pakain dengan berbagai motif mencirikan adat Minangkabau di produksi di wilayah ini.
Usaha pertenunan di Kubang telah turun-temurun dari nenek moyang mereka dahulu sejak abad ke-19. Semula usaha tenun dilakukan dengan alat yang sangat sederhana sekali, yakni memakai alat yang bernama gedongan.
Advertisement
5. Gamad
Gamad (musik gamat) merupakan salah satu jenis musik tradisional Minangkabau yang berkembang di daerah pantai barat Sumatera Barat (Minangkabau Pesisir). Musik ini lahir dari akulturasi budaya pribumi dan budaya Barat, yang hingga kini tetap hidup dalam masyarakat Minangkabau, khususnya di Kota Padang.
Musik ini terdiri atas gabungan vokal dan instrumental. Secara tradisional instrumen musik yang digunakan dalam ansambel ini adalah biola, akordeon, gitar, kontras bas petik, marakas dan gendang. Vokal berperan sebagai pembawa lagu dalam bentuk pantun dengan menggunakan bahasa Minangkabau, dan teks lagu tersebut pada umunya bersifat metafor (kiasan).
Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO
Advertisement