Kopi di Masa Depan Tidak Lagi Terbuat dari Biji Kopi?

Alternatif minuman kopi tanpa menggunakan biji kopi telah dirilis dan diklaim lebih ramah lingkungan.

oleh Asnida Riani diperbarui 29 Nov 2021, 20:03 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2021, 20:03 WIB
Waktu Terbaik untuk Minum Kopi
Ilustrasi Mengonsumsi Kopi Credit: pexels.com/Rachel

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Atomo Coffee, startup berbasis di Seattle, Amerika Serikat yang menawarkan rilisan produk minuman kopi secara terbatas September lalu. Perusahaan yang berdiri sejak 2019 ini membuat minuman dingin kalengan yang dirancang agar terasa seperti kopi dan memberi Anda dorongan energi, tapi tidak dibuat dari biji kopi.

Sebagai gantinya, merilis CNN, Senin (29/11/2021), merek tersebut menggunakan kombinasi biji kurma, akar chicory, dan kulit anggur, ditambah kafein untuk meniru komposisi kopi tradisional. Sebagian besar bahan-bahan ini didaur ulang, kata perusahaan itu, yang berarti jika tidak digunakan Atomo, kemungkinan akan dibuang.

Biji kurma biasanya "tersebar di ladang," kata CEO Atomo Andy Kleitsch. "Kami memberi mereka kehidupan kedua."

Itu bukan satu-satunya nilai jual ramah lingkungan merek. Pihaknya menggunakan layanan yang disebut Carbon Cloud untuk menghitung jejak karbon mereka dan menyimak penelitian tentang dampak lingkungan kopi untuk melihat bagaimana prosesnya terbentuk, kata Kleitsch.

Disimpulkan bahwa produk Atomo menggunakan 94 persen lebih sedikit air dan menghasilkan emisi karbon 93 persen lebih sedikit daripada kopi cold brew konvensional. Pitch mereka disebut mirip dengan alternatif daging nabati yang jadi populer dalam beberapa tahun terakhir.

Ini, katanya, masih tahap awal. Pihaknya mengklaim dapat memproduksi seribu porsi sehari, menurut Kleitsch. Pada akhirnya, perusahaan rintisan ini ingin menawarkan produk lebih beragam, termasuk kopi instan dan ampas. Rencananya akan diluncurkan secara retail tahun depan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Alternatif Industri Kopi

kopi-kezo
ilustrasi es kopi/unsplash

Kemungkinan berakhir di rak-rak ritel di sebelah kaleng minuman dingin biasa, Atomo bisa mendapatkan tumpangan dari pasar kopi siap minum yang berkembang, yang menurut Euromonitor International, mencapai 4,4 miliar dolar AS pada 2021.  Ada juga peluang di pasar baru untuk alternatif kopi, kata Matthew Barry, konsultan minuman senior di Euromonitor International. 

Pasalnya, tanaman kopi merupakan mangsa cuaca ekstrem. Kekeringan parah dan kondisi es yang tidak biasa di Brasil, pemasok biji kopi terbesar di dunia, telah mendatangkan malapetaka di pasar kopi tahun ini.

Suatu hari, "solusi teknologi tinggi dari analog kopi dan kopi yang dibudidayakan dapat digunakan untuk kebutuhan kafein sehari-hari," dan melengkapi persediaan kopi tradisional, kata Barry. Popularitas protein nabati juga telah membuka jalan bagi konsep seperti Atomo, kata Jim Watson, analis minuman senior di Rabobank.

Konsumen "mengharapkan perusahaan menggunakan teknologi untuk berbuat lebih banyak untuk kita," katanya, dengan mengganti produk tradisional dengan alternatif yang lebih sehat atau lebih ramah lingkungan.

Kleitsch memperingatkan bahwa perubahan iklim dan meningkatnya permintaan kopi akan memaksa petani kopi untuk mencari lahan baru, dan mungkin menebang lebih banyak pohon untuk melakukannya. Pertanian kopi telah menyebabkan deforestasi, dan masih banyak perkebunan kopi yang tidak menggunakan praktik berkelanjutan, kata Tensie Whelan, direktur Pusat Bisnis Berkelanjutan di NYU Stern School of Business.

"Ada tantangan signifikan terhadap cara konvensional menanam kopi," katanya. Tapi, akan ada kerugian untuk mengganti biji kopi sama sekali, ia menekankan. "Ketika ditanam secara berkelanjutan, ini adalah sumber pendapatan yang sangat penting bagi masyarakat lokal, serta bermanfaat positif bagi lingkungan," katanya.

Menanam kopi secara berkelanjutan dapat berkontribusi pada keanekaragaman hayati, katanya, menambahkan bahwa "Terlalu sederhana untuk mengatakan bahwa (menanam kopi) selalu menghasilkan deforestasi."

Kleitsch setuju bahwa ada cara yang berkelanjutan untuk menanam kopi dan, karena tingginya permintaan akan produk tersebut, Atomo tidak akan mengesampingkan petani lokal. Tapi, ia tidak percaya bahwa kopi yang ditanam secara berkelanjutan akan cukup.

"Ini akan memenuhi permintaan kopi," katanya. "Kami hanya berusaha memenuhi permintaan itu dengan cara yang menyebabkan kerugian sekecil mungkin."

Bagaimana dengan Rasanya?

Kata-Kata Kopi yang Pas untuk Temani Hari
Ilustrasi Kopi Credit: pexels.com/Sasha

Untuk benar-benar menarik minat konsumen, perusahaan harus memenangkan faktor penting lainnya: rasa. "Ketika kami pertama kali meluncurkan, kami berpikir bahwa penikmat kopi sejati akan membenci kami, jujur," kata Kleitsch. "Tapi yang terjadi malah sebaliknya."

Tom Bomford, direktur kopi di rantai kopi kelas atas New York City Black Fox Coffee, membagikan pendapatnya tentang minuman tersebut. Ia mengatakan bahwa produk Atomo memang dapat dianggap sebagai produk asli, dengan sebuah peringatan.

"Rasanya seperti kopi seduh dingin," kata Bomford. "Hanya kopi dingin yang buruk, mungkin."

Ini mungkin bukan ulasan yang hangat, tapi produknya masih berhasil melebihi harapan Bomford. "Jika Anda menyukai minuman dingin, ada kemungkinan Anda akan baik-baik saja dengan itu," katanya.

Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona

Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona
Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya