Cara Sederhana Mengurangi Sampah Makanan untuk Keberlangsungan Bumi

Lewat kampanye "Make It Last," Electrolux mendorong masyarakat memilih makanan yang tidak hanya sehat untuk tubuh, namun juga Bumi.

oleh Komarudin diperbarui 13 Des 2021, 04:31 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2021, 18:03 WIB
Peggy Anastasia, Head of Marketing Electrolux
Peggy Anastasia, Head of Marketing Electrolux dalam kampanye Make It Last (Liputan6.com/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Sampah makanan merupakan persoalan yang menarik perhatian banyak pihak, tidak terkecuali Electrolux. Mereka berusaha mengurangi dan mengedukasi masyarakat tentang sampah makanan agar hidup bisa berkelanjutan.

Melalui kampanye bertajuk "Make It Last," pihaknya mendorong masyarakat Indonesia untuk membangun budaya makan secara berkesadaran, berkelanjutan, dan sehat. Jadi, aktivitas ini tidak hanya sehat untuk tubuh, namun juga Bumi.

"Electrolux itu punya tiga pilar, yaitu taste, care, dan well-being," ujar Head Of Marketing Communications Electrolux, Peggy Anastasia, dalam konferensi pers, Selasa (30/11/2021).

Peggy mengatakan, mengurangi sampah makanan bisa dilakukan dengan memaksimalkan bahan-bahan makanan yang ada. Artinya, kita harus bertanggung jawab terhadap makanan yang sudah dibeli.

"Jadi, kita harus berpikir dulu sebelum membeli makanan itu. Kita menyarankan untuk memperbanyak sayur dalam satu porsi, karena makan sayur itu sangat baik untuk kesehatan. Makan sayur juga bisa mengurangi limbah, di mana emisi karbonnya (lebih) rendah," imbuh Peggy.

Ia juga menyarankan masyarakat untuk mengurangi konsumsi dagaing. Karena supaya daging menjadi makanan yang bisa disantap itu harus melalui proses yang panjang.

"Itu emisi karbon dioksidanya banyak sekali. Jadi, kami menyarankan untuk mengonsumsi lebih banyak sayur," kata Peggy.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Timbunan Sampah

Ilustrasi sampah makanan
Ilustrasi sampah makanan (dok. wikimedia commons)

Public Relations & Marketing Coordinator Zero Waste Indonesia, Fildzah Amalia Putri Herdina, menyambung, "Bagaimana sisa makanan yang kita hasilkan setiap hari bisa diolah dan tidak menjadi sampah saja. Karena tidak mungkin kita makan tidak ada sisanya."

Di Indonesia, 40 persen timbunan sampah pada 2020 adalah sampah makanan. Itu termasuk sampah buah dan sayuran.

"Makanan ini paling sering terbuang, dari proses sebelum tanam, distribusi, hingga ke piring kita. Itu lost-nya banyak sekali. Ironinya sekitar 90 persen lebih masyarakat Indonesia di atas umur lima tahun ke atas kekurangan nutrisi dari sayuran dan makan," ujar Fildzah.

Mengajarkan Anak

Andrew White dan Nana Mirdad
Andrew White dan Nana Mirdad dalam peluncuran kampanye Make It Last Electrolux (Liputan6.com/Komarudin)

Sementara itu, Nana Mirdad dan Andrew White selalu membiasakan anak-anaknya untuk memakan sayur. "Kita pastikan bahwa apa pun yang kami makan, selalu harus ada sayur yang banyak," ujar Andrew White.

Setelah makan, Andrew dan Nana menyarankan anak-anaknya untuk makan buah. Bagi mereka, buah dan sayur sangat mudah diperoleh di Indonesia.

"Kami juga mengajarkan anak-anak untuk mengambil piring sendiri saat makan. Jadi, kami mengajari mereka untuk bertanggung jawab apa yang mereka taruh di piring mereka, dan harus dihabiskan," imbuh Nana.

Selain itu, lanjut Nana, seminggu sekali mengadakan plant-based night. "Kami masih tetap makan daging, tapi seberapa banyak daging yang dikonsumsi, itu yang penting bagi kami," imbuh Nana.

Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan

Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan
Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya